Sunday, November 29, 2009

Ngobrolin Toilet

Tulisan tentang toilet dan kita ini bisa juga dibaca di
http://www.koki-kolomkita.com/baca/artikel/26/700/ngobrolin_toilett

Menurut hasil riset di beberapa situs internet terpercaya, rata rata orang di dunia menghabiskan 3 tahun dalam hidupnya melakukan bisnis ini, besar dan kecil, di suatu tempat yang sangat pribadi. Bisnis dan kegiatan ini juga sangat pribadi hingga biasanya kita tidak mau berbagi dengan orang lain, betapapun dekatnya hubungan kita dengan orang lain itu. Sayangnya seringkali bisnis ini memang benar benar kotor dalam arti sebenarnya.

Dalam disiplin manajemen waktu, bisnis ini biasanya berada di kwadrant 1, penting dan mendesak, sekarang ya sekarang, tak bisa ditunda lagi. Penundaan akan berakibat fatal, gawat dan memalukan… Saya sedang bicara tentang bisnis Toilet. Siapa yang tak kenal dan tak sayang yang satu ini? Sebagai salah satu tempat yang paling penting bagi hidup kita, seberapa besar kita memberi perhatian kepadanya, terutama di ruang publik? Karena pentingnya bisnis ini, marilah melakukan perbincangan T, Toilet dan membahas bagaimana kegiatan toilet ini bisa berlangsung nyaman dan sukses, terutama saat kita di ruang publik.. Inilah beberapa tips yang bisa kita lakukan:

1. Gunakan waktu T ini semaksimal dan se-spesial mungkin.
Jika Anda seperti saya, pengguna aktif dari toilet, pasti Anda menghabiskan lebih dari hanya 3 tahun saja dari hidup Anda berurusan dengan toilet. Menggunakan waktu sebanyak itu hanya untuk satu kegiatan saja, bukan tindakan yang pintar. Mari kita nyambi, multi-tasking, melakukan banyak hal di saat yang sama. Lagipula secara biologis, kita memang di disain untuk multi-tasking. Bawalah buku, laptop, buku catatan, handphone, MP3, apa saja yang bisa membuat waktu kita berlalu secara efisien disana. Saya sendiri sering harus membawa buku bacaan atau buku catatan kalau kalau inspirasi mendadak datang saat saya menunaikan tugas mulia dan besar di toilet itu. Dengan catatan, jangan lakukan ini di toilet basah ataupun di mall-mall yang punya toilet kotor, basah dan sekedarnya, bisa repot. Hati hati juga dengan penggunaan handphone pada saat menunaikan tugas besar di toilet. Seringkali saya mendengar percakapan tetangga toilet, baik di kantor maupun di mall. ‘Halllooo hheee yaaa,’ (brruuuttt, serrrrr) ‘Hah, apa? Enggak kok, bukan bunyi apa apa, aku di restoran kok…’

Toilet adalah satu satunya tempat dimana kita bisa jujur dan menjadi diri sendiri, tanpa harus pikir pikir tentang ja-im jaga image. Tempat persembunyian yang tepat dari tamu tamu kantor yang tak di kehendaki, atau saat ingin menghindar dari boss dan rekan kerja. Pendek kata, toilet adalah tempat yang kaya akan inspirasi. Banyak perempuan seperti saya yang membuat toilet sebagai tempat menumpahkan gossip, tangisan dan kemarahan bila perlu. Bahkan juga melakukan hal hal terlarang seperti merokok dan ngobat. Dengan catatan, saya tak pernah melakukan keduanya, baik di toilet atau dimanapun. Toilet adalah saksi bisu yang baik hati, gunakan waktu disana se-spesial mungkin.

2. Bersiaplah, Selalu Bersiap…
Jika Anda pergi ke tempat umum seperti pusat belanja, pilihlah yang punya persediaan toilet cukup banyak, berfungsi, dan bersih, cukup air dan kertas toilet. Jangan hanya lihat dari megahnya sebuah bangunan mall. Kebanyakan mall di Jakarta punya kapasitas toilet yang menyedihkan baik secara kondisi maupun pemeliharaan. Jika tidak memasukkan faktor toilet ke dalam pertimbangan tempat berbelanja, percuma juga, Anda tak akan menikmati belanja mata dan dompet anda secara maksimal. Apalagi jika kita tanpa ba-bu lagi langsung menunaikan tugas besar, karena kwadrant 1 tadi, you gotta go when you gotta go, padahal ternyata tak ada air, dan kertas toilet habis. Hayo, mau bilang apa? Keluar dalam keadaan kotor dan bau? Hiiyyy. Jadi bersiaplah selalu dengan membawa air di botol minum, kertas tissue, dan botol pembersih tangan yang mengandung alkohol di dalam tas Anda, jika bepergian.

Jika kita bepergian jarak jauh dengan pesawat, kereta, atau bis, kenali dimana lokasi toilet berada. Dan sedikit trik mungkin akan membantu. Jika bisa, lakukan tugas toilet Anda sebelum jam makan. Latihlah tubuh dan perut Anda untuk siap beraksi pada jam jam tak biasa, dimana kebanyakan orang lain sedang tertidur atau tengah makan. Ini dapat membantu mengurangi waktu antrian karena orang biasanya akan bertugas ke toilet setelah waktu makan.

ada salah satu penerbangan panjang non-stop ke salah satu negara di Utara, saya belajar trik baru yaitu memesan makanan saji vegetarian saja. Bukannya saya senang sih, tapi biasanya makanan khusus begini akan diberikan kepada kita jauh lebih dahulu daripada makanan normal untuk para penumpang lainnya. Jadi pada saat orang baru menerima nampan makanannya, saya sudah selesai makan, siap beranjak ke kerajaan toilet itu, dan menjadi ratunya untuk waktu lama, dan nyaman buat saya. Meskipun sepanjang 20 jam perjalanan ini, saya mesti puas dengan makanan vegetarian saja hahaha.

3. Tanggung Jawab Sosial
Memimpikan toilet umum yang bersih di ruang public seperti di mall, restoran, pasar tradisional, stasion, bandara dan lainnya mungkin masih jauh panggang dari api. Utamanya hal ini disebabkan fasilitas yang tidak memadai atau rusak, kurangnya pemeliharaan, dan tanggung jawab kita sebagai pengguna.
Banyak dari toilet duduk di mall atau airport menjadi ajang kreatifitas dan ekspresi seni para penggunanya yang selain meninggalkan airseninya, juga meninggalkan seni tapak sepatu di dudukan toiletnya, toilet tissue yang bertebaran di mana mana, dan air yang bercipratan di sekelilingnya. Ini banyak ditemui di tempat publik di negeri kita, bahkan di kantor kantor pun terjadi juga.

Pengguna toilet di tempat umum banyak mengandalkan belas kasihan dari pengguna sebelumnya. Jika orang sebelumnya seniman jadi jadian yang meningggalkan berbagai ekspresi seni disana, sial-lah kita, mungkin terpaksa membersihkan sebelum digunakan kembali, atau membatalkan janji temu toiletnya.

Saya sendiri termasuk orang yang sering bernasib apes di toilet. Di beberapa toilet umum, saya terpaksa membersihkan bekas bekas perjuangan orang lain, karena saya harus menggunakannya. Awalnya saya sering menggerundel, lebih karena kekesalan dan tak habis pikir, kenapa seseorang, utamanya perempuan, sampai sebegitu tidak pedulinya, meninggalkan sisa perjuangan di toilet umum, tidak malukah? Tidak kasihankah pada pengguna berikutnya?

Suatu saat saya sedang berada di ruang bawah pusat belanja negara tetangga kita, ketika tiba tiba kebutuhan toilet datang. Tanpa melihat lihat lagi, saya duduk di salah satu toilet disana, untuk menunaikan tugas besar. Kebanyakan toilet di negara kota ini, mempunyai sensor gerakan yang sensitif, sehingga, jika kita bergerak sedikit saja ketika duduk di sana, secara otomatis, air akan mengguyur mangkok toilet, mengirim semua yang ada disitu ke dasar bumi. Itulah yang saya lakukan, bergerak gerak dan mendapat respon yang cukup bagus, air menyiram sendiri… tapi ketika saya cek dasar toilet, ya ampun macet! Ada segulungan besar kertas toilet yang menyumbat, sementara diatas kertas itu, hasil karya besar saya berenang dengan santainya. (maaf!)

Rupanya orang sebelum saya, melempar setumpukan kertas toilet ke dalam lubang toilet, dan masih bertengger disana. Air naik ke permukaan, saya harap harap cemas tidak ada banjir yang membawa hasil karya besar saya keluar dari toilet. Selama lebih dari 30 menit saya harus menyiram berkali kali dengan sia sia. Setiap kalinya saya mesti menunggu air surut, tapi kertas toilet dan hasil karya saya tetap disana.

Saya putus asa, dan tak berani meninggalkannya, khawatir orang lain yang menemukan pemandangan tak indah disana akan menyumpah serapah. Guru Meditasi saya bilang, hindari energi negative yang tidak perlu, yang bisa saja datang ke kita karena perbuatan kita kepada seseorang, baik disengaja atau tidak. Saya tak mau sumpah serapah orang akan memberikan saya energi negative yang tak perlu, jadi saya tunggui air pasang surut disana. Saya sempat hilang akal. Sampai akhirnya saya temui petugas kebersihan toilet yang baru saja kembali. Saya jelaskan masalahnya kepadanya, dan meminta maaf saya tak mampu menyelesaikan. Sambil membawa peralatan kebersihannya, dengan gagah perkasa, dia bilang, ‘Aaah, don’t worry. Chill out laaah, leave it to me ha…’ tangan nya mengelus lengan saya dengan penuh simpati, mungkin dia iba lihat keringat berkeleleran di dahi dan hidung saya turun perlahan… padahal ruang itu ber-AC.

Semoga itu kejadian sial terakhir yang saya alami dalam petualangan toilet saya. Insiden ini mengajarkan saya untuk lebih hati hati memilih toilet dan menggunakannya. Cek dan cek ulang, sebelum dan sesudah, akan menjamin berkurangnya rasa frustasi yang tak perlu. Dan jangan lupa, pada saat kita di ruang umum, kita punya tanggung jawab sosial. Bersihkan sendiri kotoran kita, dan jadilah pengguna toilet umum teladan. ***

1 comment:

Anonymous said...

sangat menarik, terima kasih