Tulisan ini juga termuat di: http://community.kompas.com/read/artikel/2612
Gara garanya buku terjemahan ‘Embroidery’ Bordir, itu buku komik lucu dan jujur keluaran Gramedia, tentang apa apa yang sering diomongin para perempuan di Iran kalau mereka kumpul kumpul. Saya membawa buku tersebut ke pantry kantor di jam istirahat makan, berharap mendapatkan tawa ria dari teman-teman ketika membahas buku ini untuk ngurangi stress dan bikin awet muda.
Sewaktu pembicaraan lagi sampai ke ‘banyak ibu ibu yang belum pernah melihat alat vital suaminya meskipun bertahun tahun berumah tangga, ‘ semua terbahak, dan bertanya sendiri:
“masa’ sih?”
“Ih rugi amat!!!...”
“ya mungkin karena suasananya gelap melulu, mana bisa lihat…”
Jadi lah kami mulai ngobrol masalah budaya keterbukaan bagi perempuan di Indonesia dan Iran tempat latar belakang buku ‘jorok’ (ingat, ini dalam tanda kutip) Bordir itu. Tapi baru saja tawa mereda, salah seorang anggota pantry yang rada serius dan alim, sebut saja Gadis langsung memotong dan menghentikan makannya.
“Udah ah, aku jadi nggak selera makan nih!!” dan seketika dia menghentikan makannya. Reaksi nya membuat semua yang mengelilingi meja bundar terdiam.
Tawa hilang, yang ada kecanggungan. Irma teman saya yang lain terburu buru minta maaf pada Gadis. Sementara dalam hati saya nyap-nyap. ‘ih kalau enggak suka dengerin ya pergi aja dong..’. Harapan saya sia-sia. Gadis tetap duduk di tempatnya. Akhirnya saya yang terpaksa ngeloyor meninggalkan pantry daripada mengalami ‘gegar emosi’. Beberapa orang lain juga ngeloyor pergi melihat suasana nya sudah enggak lucu lagi padahal waktu istirahat masih ada…
Berlanjut sekembali ke ruang kerjaku, laptop ku berbunyi ting-ting, tandanya ada IM Masuk.
“Mbak, sorry ya tadi di pantry, jadi gak enak..gara gara aku ya?”
“Lho Ellen kok ge-er gitu si? Emang kenapa?”
“Soalnya tadi aku kan quote kata kata ‘testis’ dari buku Bordir itu…”
(Haduh Ellen, testis itu kan kombinasi dari tes, sama betis, jadi gak apa apa lah, kata saya dalam hati…)
“Ellen, ini bukan soal elo kok, nyantai aja deh…”
Obrolan Jorok
Bagi teman saya yang tidak setuju obrolan di pantry itu, mungkin menganggapnya sebagai omongan jorok yang menjijikkan sampai sampai dia tak tega meneruskan makan. Jorok itu sebenarnya kayak apa sih? Semuanya tergantung bagaimana kita menyikapi dan dalam konteks apa. Kalo omongnya kayak novel stensilan sih yang jelas jorok lah, tak pantas di omongin di pantry kantor. Salah salah nanti kena Code of Business Conduct, itu tuh kode etiknya dan bisnisnya perusahaan tempat saya menjadi kuli. Salah satunya jika ada orang yang terlalu nyentrik dan menyinggung orang dengan kata katanya, maka dia bisa aja kena Code ini.
Tapi yang namanya di pantry ini omongan bisa apa aja, dari gossip selebriti sampe gossip temen sendiri. Tidak pernah sampai keterlaluan sih, gossip temen sendiri jarang jarang terjadi. Kadang juga kami menggosip kebijakan kantor yang masih belum di mengerti …Tapi yang lebih sering, pantry ini menjadi tempat obrolan pendidikan sex yang aman bagi para perempuan di kantor kami. Ada beberapa pembicara ‘La Rose’ di pantry ini, dan biasanya saya menjadi salah satunya. Kebanyakan cewek pantriers ini biasanya sepakat tanpa diskusi lagi tentang obrolan kecil kami disini. Kalaupun sesekali terlalu nyerempet, biasanya kami semua sepakat menyudahi tanpa ada yang tersinggung..
Kontroversi Jorok
Hari berikutnya, pantry di jam makan siang sudah penuh lagi dengan anggotanya. Nah mumpung ada Gadis di pantry hari ini, saya pingin membagi sudut pandang saya yang berbeda darinya tentang definisi jorok.
Jorok itu adanya di benak (ini bukan omongan ilmiah, jadi kalau tanya letaknya benak di mana, ya saya tak tau. Cari aja ‘ndiri, harusnya sih tiap orang punya ya, kecuali orang tak waras!). Jadi jika kita bicara satu kata, dimana seseorang memandang itu sebagai istilah biologi, sementara yang lain melihat kata itu sebagai tabu dan jorok, ya, susah juga. Kita tak bisa memaksa. Tapi setidaknya, ya si orang yang punya definisi ketat ini mesti jaga jaga diri sendiri, dan tidak bisa berharap semua orang mentolerir dirinya, bila dalam suatu grup kebanyakan orang punya pandangan yang bertolak belakang dari pandangannya.
Jorok itu adanya di benak. Contohnya, ada banyak istilah yang dipakai untuk menggambarkan bagian tubuh kita yang paling private. Beberapa disamarkan, beberapa sangat gamblang. Tergantung konteks dan situasinya. Rasanya sulit berharap dokter kita akan bilang, “Bu, Ms V ibu normal aja kok”, atau “Jadi, burung Bapak bermasalah?”. Malah mungkin ini bisa merunyamkan suasana, apa-apaan dokter kok omongnya begitu?
Bahasa tulisan juga akan lain lagi. Tak bisa berharap, setiap kalinya ada kata kata yang kekiri-kirian, penulis selalu minta maaf. Memangnya lebaran? Bagi saya sendiri, jika tulisan itu adalah tulisan ilmiah tentang sex, kenapa pula harus menggunakan sandi seperti Ms V dan Mr P?
Apanya Yang Jorok?
Omong omong jorok, mengingatkan pengalaman saya semasa sekolah dasar, kelas 4 SD. Masa itu, anak-anak jauh lebih polos daripada anak sekarang. Hobby saya membaca tersalurkan salah satunya dengan membaca koran, yang sekarang sudah tak terbit lagi. Tulisan apapun di koran itu biasanya saya lalap, meskipun mungkin tak bisa dimengerti. Dan sayapun sering tak malu bertanya di sekolah. Pagi itu, setelah membaca sebuah artikel pendek di koran, saya bertanya kepada guru saya, Pak Syahril.
“Pak, boleh tanya? Buah zakar itu seperti apa ya pak? Kok saya belum pernah lihat di pasar”. Pak guru Cuma mesem-mesem saja. Dan dia bilang:”Tanya saja sama orangtuamu…”
Keesokan harinya, ibu saya dipanggil oleh pak Syahril, untuk memberitahu pertanyaan aneh saya, dan menyatakan keprihatinan, karena mungkin saya bermasalah. Kecil kecil kok tau-tauan buah zakar. Ibu saya yang tak tahu juntrungannya menginterogasi saya: “Dari mana kamu dengar istilah itu…?” Oalah! ibu saya saja tak tega memakai kata itu di depan saya. Dengan polosnya saya jawab: “Saya baca di koran langganan Bapak, ada pencangkokan buah zakar yang pertama di dunia. Saya pingin tahu buah zakar itu seperti apa. Siapa tahu kita bisa tanam…”
bu saya tak habisnya tertawa, dan pengalaman itu tak terlupakan sampai sekarang.
Kisah Guru: Siapa Yang Jorok?
Jadi, jorok itu ada di benak. Saya akhiri dengan kisah yang saya kutip dari buku komik berlatar budaya Tionghoa terbitan Gramedia yang saya baca bertahun tahun lalu. Maaf saya lupa judul bukunya. Kurang lebihnya, terima saja, maklum, saya penutur amatiran.
Dikisahkan seorang guru yang alim dan menjauhi dunia diikuti oleh seorang muridnya yang penasaran dengan kealiman sang guru. Sang murid bermaksud mengamati setiap langkah dan tindakan gurunya, untuk mempelajari. Dalam satu perjalanan, mereka harus menyeberang sungai, sementara di tepi sungai sedang duduk seorang perempuan cantik yang nampak kebingungan. Dia ingin menyeberang, tetapi terlalu takut untuk melakukannya sendiri. Sang guru menawarkan untuk membantu perempuan itu menyeberang dengan cara menggendong di punggungnya.
Sesampai di seberang, perempuan cantik itu mengucapkan terimakasih yang diterima dengan takzim oleh sang guru, lalu mereka meneruskan perjalanan. Sang murid yang masih terheran heran, berpikir: ‘Kenapa guru sigap sekali menawarkan bantuan untuk menggendong perempuan cantik? Kenapa tak diserahkannya ke saya? Wah, ternyata beliau suka ngelaba juga, pikirnya. Dasar tua-tua keladi! Tergoda juga dia pada perempuan cantik. Haduh, kenapa saya kurang sigap tadi ya? Coba kalau saya yang menggendongnya, hmm alangkah nikmatnya…’ pikirannya berandai-andai…
Tak tahan hatinya, dia sampaikan unek-uneknya pada sang Guru. “Guru, kenapa sih, tadi Anda menggendong perempuan muda cantik itu. Tuan Guru kan seorang suci, kenapa masih tertarik kepada perempuan? Saya kan lebih muda, kalau saya yang gendong kan paling tidak saya beruntung.”
Dengan tenang sang guru menjawab:
“Aku tidak menggendong perempuan. Aku menolong seorang manusia. Sementara kamu, muridku, kamu lah yang masih menggendong perempuan itu sampai saat ini, di dalam benakmu…”
Jorok itu adanya di benak. Bisa saja mata fisik memandang sebatang pohon beringin yang seram, tetapi benak berpikir di balik pohon rimbun itu ada seorang cewek cantik telanjang tersenyum menggoda, melambaikan tangan nya ke arah Anda. Hayo, siapa yang jorok, kalau begitu?
Bukan salah tulisan, bukan salah ucapan, jinakkan saja benak itu…
No comments:
Post a Comment