Tulisan juga dimuat di http://community.kompas.com/read/artikel/2414
Tak perlu melibatkan jin, setan dan kuburan. Tak perlu dukun berdupa, apalagi pergi bertapa. Tak sampai membuat bulu kuduk meremang. Dan tak ada keharusan berpantang. Tak perlu fatma ulama untuk menyatakannya bebas dari cap sebagai berhala… Jimat ini di tanggung hebat, keramat. Tempat para dukunnya pun indah, nyaman dan adem (maklum ber-ac). Dilayani pula oleh gadis gadis cantik yang ramah. Hanya saja, tak ada uang, jimat tak sayang..
Tergantung isi dompet, jimat ini akan memberikan kesaktian dan kehebatan yang berbeda beda. Kesaktian itu berupa kemampuan untuk menerima dan mengirim pesan, bicara jarak jauh, membuat photo, penunjuk jalan, bermain main dengan dunia maya, belanja, mencari cinta, bermain game, dan musik, dan banyak lagi. Kalau jimat biasa konon tak bisa bertuah bila bepergian menyebrangi lautan, maka jimat yang ini ditanggung bertuah dengan variasi level kebertuahannya, tergantung kesaktian dari dukun yang mengeluarkan jimat tersebut.
Dukun dan Kita
Jika jimat jaman baheula punya nama nama gagah dan seram untuk memberi sugesti kehebatannya, jimat yang ini punya banyak variasi nama, tapi biasanya fancy, dan kadang dengan kode kode angka dan singkatan tertentu yang susah diingat saking banyaknya. Biang jimat kita bisa bernama BBB, PDA, HP. Keturunannya bisa bernama aneh aneh yang susah di ingat seperti N781, W680i, R300 (ini sih contoh ngacak dan ngasal aja, karena saya tidak bermaksud mengiklankan produk jimat tersebut)
Para dukun produser jimat ini wah kaya raya dari penjualan jimat dan sesajennya, sementara orang kaya dan miskin membantu mereka bertambah kaya…sesajennya sendiri bisa bermacam macam. Bisa berupa pulsa, kartu, sms, dlsb. Sebagai ganjarannya, kita biasanya menerima berita (ring tone, cerita, tips) atau iming-iming menjadi kaya. Sekarang banyak pula perang terbuka antara para dukun untuk membuktikan diri, siapa yang paling sakti. Lihat saja di TV, majalah, Koran dan di billboard di jalan jalan.
Tua muda, besar kecil, kaya miskin, pekerja dan pengangguran, banyak orang yang terkesima dan tersihir oleh jimat abad 21 ini. Para dukun produsen jimat jimat ini pun sekarang ini mampu menyesuaikan produksinya dengan kebutuhan konsumen berbagai level. Tergantung tingkat kesaktian jimat, harga bisa disesuaikan. Banyaknya variasi produk dan kesaktian tidak membuat kita pusing kepala. Dengan senang hati kita mempelajarinya. Bahkan secara mendadak pula kita mampu menguasai bahasa bahasa baru yang keren yang sebelumnya tak pernah ada di kamus bahasa setempat. 3G, GSM, CDMA, SMS, Roaming, dan kata kata ajaib lainnya.
Dimana saja, Kapan saja (bukan Coca Cola)
Dimanapun kita berada, jimat tak lepas dari tangan. Dia bisa saja berada di kantong, di dompet, di tas, di pinggang, di dada, dan ditenteng. Tiada hari tanpanya. Tak ada satu tempat pun yang Selamat dari jarahan jangkauan jimat. Film dan hiburan musik live dengan biduanita (maksudnya penyanyi lho) yang cantik tidak mampu mengalahkan pesona jimat ini. Di rapat-rapat yang membosankan, dia menjadi pelipur lara. Dan dimanapun, dia bisa membantu mengurangi rasa kurang percaya diri kita. Bahkan di rumah ibadah, kita tak canggung canggung membawanya, membiarkannya bersuara, memanggil, mengganggu kekhidmatan doa. Dia bisa menjadi alasan utama kita untuk berpaling dari obrolan dengan teman dan keluarga. Setia setiap saat lebih dari Rexona, dia akan mengikuti kita, bahkan di tempat yang paling personal seperti WC. Berapa banyak dari kita yang bahkan melakukan percakapan melalui jimat ini pada saat saat monumental di WC? Tak peduli bunyi prett, plung dan serrr yang mungkin mengiringi percakapan…
Jangan lagi bertanya kapan jimat ini bisa digunakan. Dia tak tahu diri dan tak kenal waktu. Situasi apapun memungkinkan kita untuk bermesra dengannya. Tak ada kode etik yang membatasinya. Barangkali Cuma waktu take off dan landing pesawat saja kita terpaksa tak menggunakannya, karena alasan keamanan. Itupun masih banyak dari kita yang mencuri curi kesempatan. Di beberapa negara maju, sudah ada larangan yang berimplikasi hukum, misalnya larangan berkendara sembari bercengkrama dengan jimatnya. Atau seperti di Jepang, suara jimat di larang di tempat tempat umum yang padat seperti kereta api cepat.
Dandanan Jimat
Sebagai benda keramat, tentu saja kita harus memeliharanya sedemikian rupa sehingga tuahnya tetap mujarab, dan bisa meningkatkan gengsi dan rasa percaya diri kita sebagai empunya. Banyak sekali asesoris dan pelindung yang bisa di gunakan untuk mempercantik penampilan dari jimat kita. Salah satunya adalah kondom. Bukan hanya yang berhasrat seksual saja saat ini yang memasang kondom sebagai pelindung. Jimat ini pun perlu di lindungi dengan kondom attraktif berwarna warni yang akan melindungi dari garukan, gesekan dan goresan. Bahannya yang di buat dari sejenis karet silicon mungkin yang membuatnya di sebut kondom. Pertama kali saya mendengar nya, saya agak kaget kok saru banget ya. Di masa lalu, kata kondom selalu berkonotasi saru dan tabu. Boleh sih, tapi menyebutnya malu malu. Sekarang? Dengan bebasnya, kita bilang “Mas ada kondom yang mungil enggak, yang pas buat jimat buatan dukun Anu…”. Hmm apalagi ya nama menarik untuk produk inovatif asesori jimat? Jangan-jangan… ‘Ah jorok kamu!’
Cinta mati
Sebagai pengguna jimat, kita biasanya sangat responsive terhadap kebutuhan dan tuntutan jimat kita. Telinga kita bisa sangat tajam dan intuitive. Bunyi sekecil apapun darinya, bisa terdeteksi dan bisa menyebabkan penggunanya kehilangan kendali atas situasi. Misalnya pada saat ngobrol dengan rekan kerja, atau bahkan keluarga, tiba tiba sang jimat menuntut perhatian. Hilanglah tata krama jaman baheula. Bukannya meneruskan perbincangan, kita biasanya memutuskan untuk memberi perhatian kepada jimat. Padahal mungkin tuntutannya tidak punya urgensi waktu dan kedaruratan.
Salah satu contoh rada ekstrim, ini kejadian sebenarnya, waktu saya periksa gigi di salah satu rumah sakit terkenal di bilangan Sudirman, sang dokter gigi berhenti mengutak atik gigi saya, begitu dia mendengar suara jimatnya berbunyi. Beberapa saat, dia asyik dengan jimatnya tanpa mempedulikan saya. Pikirnya mungkin lebih baik berkutat dengan jimat, dari pada mendorong dorong jigong (di gigi saya…)
Sebegitu responsive nya kita terhadap tuntutan jimat, tidak peduli sedang berkendara, menyeberang jalan, atau di situasi yang tidak seharusnya, kita tak cemas akan nasib keselamatan kita. Kita sudah teken kontrak cinta mati dengan jimat kita. Buktinya kita tak peduli keselamatan sendiri!
Mengheningkan cipta
Coba perhatikan. Baik di ruang meeting, di tempat umum, bis pesawat, mall, maupun di lift dan terkadang sedang menyeberang jalan, lihatlah khidmatnya kita, para pengguna jimat ini apabila sedang merapalkan pesan pesan panjang dan pendek yang di terima dan dikirim melalui jimat. Dengan gaya bak para pendoa yang serius, dengan kedua tangan di rapatkan, jimat di telapak tangan, kepala di tundukkan… Wah kalah deh kekhusukan nya dibandingkan sedang mengamini doa yang di pimpin pak kyai.
Dahsyatnya kesaktian jimat ini
Begitu dahsyatnya pengaruh dan kesaktian jimat ini, sehingga apapun bisa dilakukan dengan perantaranya. Misalnya mengirim pesan pendek ke pacar, teman dan musuh. Menceraikan dan memutuskan tali cinta. Bahkan juga mampu mengekspos skandal cinta para pesohor negeri. Merubah hidup banyak manusia melalui sms bisnis dan voting idol idol-an. Mengkantrol tingkat percaya diri. Dan membuat stress. Penipuan pun marak menggunakan jimat ini.
Tumbal
Barang siapa tak memiliki jimat di jaman ini, ada baiknya pindah ke gua atau bertapa di puncak gunung sana. Kalaupun memaksa hidup berbaur di antara para pengguna, non-pengguna jimat ini akan merasakan akibatnya. Menderita batin dan penurunan rasa percaya diri. Di kucilkan dari komunitas, dilecehkan keberadaannya, dan di pertanyakan keabsahannya, apalagi bila berurusan dengan bisnis.
Bila satu saat jimat ini tertinggal atau hilang, runyamlah hidup kita. Biasanya ini menimbulkan dampak psikologis yang tidak sedikit. Stress. Gelisah. Menyesal. Terkenang-kenang. Belum pula dampak materi karena kehilangan, bahkan bisa rugi lebih banyak lagi, karir tamat, rumah tangga kiamat, kala semua rahasia nama, photo dengan WIL/PIL, password, nomer rekening bank, dan banyak lagi jatuh ke tangan orang tak bertanggung jawab.
Kecintaan kita nampaknya lebih lebih kepada jimat daripada kepada orang terdekat kita. Buktinya, dia lah yang selalu menjadi perhatian utama. Kesadaran kita akan kehadiran jimat ini sudah pada tingkat akut dan parah. Tak ada lagi yang bisa menyembuhkannya. Jimat dengan intensitas keakraban seperti ini pada akhirnya akan menuntut tumbal. Keluarga kita. Sahabat kita. Diri kita sendiri. Dan keselamatan kita.
Nah, seperti apa jimat Anda? Apakah Anda sang Tuan? Atau sang Budak dari Jimat tersebut? Cuma Anda yang tahu jawabannya. Apa? Anda bertanya bagaimana dengan saya? Haduh tobat tobaaatt! Rasanya gak pengen punya jimat, tapi apa boleh buat…***
No comments:
Post a Comment