Monday, March 26, 2012

Toilet Story: Pengamat Ee

Ok, saya mau ngaku: punya kebiasaan yang bagi sebagian besar orang mungkin jorok. Saya suka memperhatikan dengan seksama ampas kotoran yang keluar dari perut saya, sewaktu pipis dan ‘e’e. Memang sih, enggak sampai mencatat hasilnya di kertas. Tapi saya perhatikan warnanya, bentuknya, banyaknya, teksturnya. Rasanya puas sekali kalau di kotoran itu saya bisa lihat bekas bekas serat dan hijau hijauan, atau warnanya yang bening. Jadwal buang air besar saya biasanya rutin, subuh hari, siang hari sesudah makan, dan malam sebelum tidur. Persis jadwal minum obat, 3 kali sehari, kadang lebih.

Kadang kepuasan mengamati saya terganggu kalau sedang bepergian di tempat umum. Maklum, seringnya toilet umum di Negara saya Indonesia Raya ini banyak peminatnya, sedikit jumlahnya, dan rendah mutu kebersihannya. Tapi di Negara yang toiletnya terlalu responsive seperti Singapore, juga suka bikin kesal. Maklum, kita bergerak sedikit, sensor gerakan di toilet akan mengirim air mengguyur mangkok toilet secara otomatis. Hilanglah kesempatan batin bertatap tatapan dengan sang kotoran. ..

Iya deh, gak apa apa kalau kegiatan ini dianggap menjijikkan, tapi bisa jadi ini kebiasaan yang menguntungkan buat kesehatan kita. Dengan mengamati kotoran sendiri dan perubahannya dari waktu ke waktu, kita bisa tau kondisi kesehatan perut kita. Misalnya air seni yang sehat itu tak berbau, buihnya sedikit, warnanya kuning bening dan cerah seperti jus nanas. Kalau sebaliknya, mungkin kita kurang minum, atau banyak minuman yang mengandung preservatives, atau saringan ginjalnya bermasalah! Tinja yang sehat itu kalau baunya tidak terlalu menyengat, teksturnya indah, bentuknya padat, warnanya muda dan solid. Kalau kebalikannya dari itu, tetapi kita merasa sehat, mungkin makanan berbau seperti duren dan jengkol lah penyebabnya. Kalau warnanya rupa rupa dan banyak potongan sisa makanan, bisa jadi karena kita kurang mengunyah dengan baik. Kalau kotorannya cair, mungkin kita kena diare…

 Jadi mulai sekarang, ayo biasakan mengamati ‘e’e sendiri…(husy! jangan jijik ah!)


No comments: