Bayangkan kita lagi ada di jalan, perut ngadat, siap meledakkan ampas makanan. Sementara tak ada satupun toilet di sekitar kita. Gimana dong? Kalau Anda seperti saya, pasti sudah tak bisa menahannya…pada saat seperti itu, mungkin kita berharap hidup di pertengahan abad 18 di Eropa sebelum technology toilet dikembangkan. Jadi kita bisa bersama sama buang air besar (BAB) di jalan tanpa malu malu, dan tinggalkan saja ampasnya yang bau itu bertebaran di jalan. Sayangnya ini bukan abad 18, dan kita masih kebelet. Saat seperti itu, baru terasa, toilet adalah pahlawan perut kita. Pahlawan tanpa tanda jasa. Pahlawan yang sering kita jajah, injak injak, dan serahkan nasib kebersihannya kepada orang lain.
Seri toilet stories ini adalah sebagai tribute dan penghargaan kepada toilet yang telah berjasa besar menampung kotoran kita dengan senang hati, yang membantu jaga kesehatan perut kita, dan kesehatan bangsa kita. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai toiletnya. Bukankah kita bangsa yang besar?
Jadi, nikmati toilet stories disini sembari mengejan di toilet hmmmhhghh! Duuttt! Sroottt! Plung! Ahhhh! (leganya…)
Seri toilet stories ini adalah sebagai tribute dan penghargaan kepada toilet yang telah berjasa besar menampung kotoran kita dengan senang hati, yang membantu jaga kesehatan perut kita, dan kesehatan bangsa kita. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai toiletnya. Bukankah kita bangsa yang besar?
Jadi, nikmati toilet stories disini sembari mengejan di toilet hmmmhhghh! Duuttt! Sroottt! Plung! Ahhhh! (leganya…)
No comments:
Post a Comment