Tulisan ini juga termuat di: http://community.kompas.com/read/artikel/2612
Gara garanya buku terjemahan ‘Embroidery’ Bordir, itu buku komik lucu dan jujur keluaran Gramedia, tentang apa apa yang sering diomongin para perempuan di Iran kalau mereka kumpul kumpul. Saya membawa buku tersebut ke pantry kantor di jam istirahat makan, berharap mendapatkan tawa ria dari teman-teman ketika membahas buku ini untuk ngurangi stress dan bikin awet muda.
Sewaktu pembicaraan lagi sampai ke ‘banyak ibu ibu yang belum pernah melihat alat vital suaminya meskipun bertahun tahun berumah tangga, ‘ semua terbahak, dan bertanya sendiri:
“masa’ sih?”
“Ih rugi amat!!!...”
“ya mungkin karena suasananya gelap melulu, mana bisa lihat…”
Jadi lah kami mulai ngobrol masalah budaya keterbukaan bagi perempuan di Indonesia dan Iran tempat latar belakang buku ‘jorok’ (ingat, ini dalam tanda kutip) Bordir itu. Tapi baru saja tawa mereda, salah seorang anggota pantry yang rada serius dan alim, sebut saja Gadis langsung memotong dan menghentikan makannya.
“Udah ah, aku jadi nggak selera makan nih!!” dan seketika dia menghentikan makannya. Reaksi nya membuat semua yang mengelilingi meja bundar terdiam.
Tawa hilang, yang ada kecanggungan. Irma teman saya yang lain terburu buru minta maaf pada Gadis. Sementara dalam hati saya nyap-nyap. ‘ih kalau enggak suka dengerin ya pergi aja dong..’. Harapan saya sia-sia. Gadis tetap duduk di tempatnya. Akhirnya saya yang terpaksa ngeloyor meninggalkan pantry daripada mengalami ‘gegar emosi’. Beberapa orang lain juga ngeloyor pergi melihat suasana nya sudah enggak lucu lagi padahal waktu istirahat masih ada…
Berlanjut sekembali ke ruang kerjaku, laptop ku berbunyi ting-ting, tandanya ada IM Masuk.
“Mbak, sorry ya tadi di pantry, jadi gak enak..gara gara aku ya?”
“Lho Ellen kok ge-er gitu si? Emang kenapa?”
“Soalnya tadi aku kan quote kata kata ‘testis’ dari buku Bordir itu…”
(Haduh Ellen, testis itu kan kombinasi dari tes, sama betis, jadi gak apa apa lah, kata saya dalam hati…)
“Ellen, ini bukan soal elo kok, nyantai aja deh…”
Obrolan Jorok
Bagi teman saya yang tidak setuju obrolan di pantry itu, mungkin menganggapnya sebagai omongan jorok yang menjijikkan sampai sampai dia tak tega meneruskan makan. Jorok itu sebenarnya kayak apa sih? Semuanya tergantung bagaimana kita menyikapi dan dalam konteks apa. Kalo omongnya kayak novel stensilan sih yang jelas jorok lah, tak pantas di omongin di pantry kantor. Salah salah nanti kena Code of Business Conduct, itu tuh kode etiknya dan bisnisnya perusahaan tempat saya menjadi kuli. Salah satunya jika ada orang yang terlalu nyentrik dan menyinggung orang dengan kata katanya, maka dia bisa aja kena Code ini.
Tapi yang namanya di pantry ini omongan bisa apa aja, dari gossip selebriti sampe gossip temen sendiri. Tidak pernah sampai keterlaluan sih, gossip temen sendiri jarang jarang terjadi. Kadang juga kami menggosip kebijakan kantor yang masih belum di mengerti …Tapi yang lebih sering, pantry ini menjadi tempat obrolan pendidikan sex yang aman bagi para perempuan di kantor kami. Ada beberapa pembicara ‘La Rose’ di pantry ini, dan biasanya saya menjadi salah satunya. Kebanyakan cewek pantriers ini biasanya sepakat tanpa diskusi lagi tentang obrolan kecil kami disini. Kalaupun sesekali terlalu nyerempet, biasanya kami semua sepakat menyudahi tanpa ada yang tersinggung..
Kontroversi Jorok
Hari berikutnya, pantry di jam makan siang sudah penuh lagi dengan anggotanya. Nah mumpung ada Gadis di pantry hari ini, saya pingin membagi sudut pandang saya yang berbeda darinya tentang definisi jorok.
Jorok itu adanya di benak (ini bukan omongan ilmiah, jadi kalau tanya letaknya benak di mana, ya saya tak tau. Cari aja ‘ndiri, harusnya sih tiap orang punya ya, kecuali orang tak waras!). Jadi jika kita bicara satu kata, dimana seseorang memandang itu sebagai istilah biologi, sementara yang lain melihat kata itu sebagai tabu dan jorok, ya, susah juga. Kita tak bisa memaksa. Tapi setidaknya, ya si orang yang punya definisi ketat ini mesti jaga jaga diri sendiri, dan tidak bisa berharap semua orang mentolerir dirinya, bila dalam suatu grup kebanyakan orang punya pandangan yang bertolak belakang dari pandangannya.
Jorok itu adanya di benak. Contohnya, ada banyak istilah yang dipakai untuk menggambarkan bagian tubuh kita yang paling private. Beberapa disamarkan, beberapa sangat gamblang. Tergantung konteks dan situasinya. Rasanya sulit berharap dokter kita akan bilang, “Bu, Ms V ibu normal aja kok”, atau “Jadi, burung Bapak bermasalah?”. Malah mungkin ini bisa merunyamkan suasana, apa-apaan dokter kok omongnya begitu?
Bahasa tulisan juga akan lain lagi. Tak bisa berharap, setiap kalinya ada kata kata yang kekiri-kirian, penulis selalu minta maaf. Memangnya lebaran? Bagi saya sendiri, jika tulisan itu adalah tulisan ilmiah tentang sex, kenapa pula harus menggunakan sandi seperti Ms V dan Mr P?
Apanya Yang Jorok?
Omong omong jorok, mengingatkan pengalaman saya semasa sekolah dasar, kelas 4 SD. Masa itu, anak-anak jauh lebih polos daripada anak sekarang. Hobby saya membaca tersalurkan salah satunya dengan membaca koran, yang sekarang sudah tak terbit lagi. Tulisan apapun di koran itu biasanya saya lalap, meskipun mungkin tak bisa dimengerti. Dan sayapun sering tak malu bertanya di sekolah. Pagi itu, setelah membaca sebuah artikel pendek di koran, saya bertanya kepada guru saya, Pak Syahril.
“Pak, boleh tanya? Buah zakar itu seperti apa ya pak? Kok saya belum pernah lihat di pasar”. Pak guru Cuma mesem-mesem saja. Dan dia bilang:”Tanya saja sama orangtuamu…”
Keesokan harinya, ibu saya dipanggil oleh pak Syahril, untuk memberitahu pertanyaan aneh saya, dan menyatakan keprihatinan, karena mungkin saya bermasalah. Kecil kecil kok tau-tauan buah zakar. Ibu saya yang tak tahu juntrungannya menginterogasi saya: “Dari mana kamu dengar istilah itu…?” Oalah! ibu saya saja tak tega memakai kata itu di depan saya. Dengan polosnya saya jawab: “Saya baca di koran langganan Bapak, ada pencangkokan buah zakar yang pertama di dunia. Saya pingin tahu buah zakar itu seperti apa. Siapa tahu kita bisa tanam…”
bu saya tak habisnya tertawa, dan pengalaman itu tak terlupakan sampai sekarang.
Kisah Guru: Siapa Yang Jorok?
Jadi, jorok itu ada di benak. Saya akhiri dengan kisah yang saya kutip dari buku komik berlatar budaya Tionghoa terbitan Gramedia yang saya baca bertahun tahun lalu. Maaf saya lupa judul bukunya. Kurang lebihnya, terima saja, maklum, saya penutur amatiran.
Dikisahkan seorang guru yang alim dan menjauhi dunia diikuti oleh seorang muridnya yang penasaran dengan kealiman sang guru. Sang murid bermaksud mengamati setiap langkah dan tindakan gurunya, untuk mempelajari. Dalam satu perjalanan, mereka harus menyeberang sungai, sementara di tepi sungai sedang duduk seorang perempuan cantik yang nampak kebingungan. Dia ingin menyeberang, tetapi terlalu takut untuk melakukannya sendiri. Sang guru menawarkan untuk membantu perempuan itu menyeberang dengan cara menggendong di punggungnya.
Sesampai di seberang, perempuan cantik itu mengucapkan terimakasih yang diterima dengan takzim oleh sang guru, lalu mereka meneruskan perjalanan. Sang murid yang masih terheran heran, berpikir: ‘Kenapa guru sigap sekali menawarkan bantuan untuk menggendong perempuan cantik? Kenapa tak diserahkannya ke saya? Wah, ternyata beliau suka ngelaba juga, pikirnya. Dasar tua-tua keladi! Tergoda juga dia pada perempuan cantik. Haduh, kenapa saya kurang sigap tadi ya? Coba kalau saya yang menggendongnya, hmm alangkah nikmatnya…’ pikirannya berandai-andai…
Tak tahan hatinya, dia sampaikan unek-uneknya pada sang Guru. “Guru, kenapa sih, tadi Anda menggendong perempuan muda cantik itu. Tuan Guru kan seorang suci, kenapa masih tertarik kepada perempuan? Saya kan lebih muda, kalau saya yang gendong kan paling tidak saya beruntung.”
Dengan tenang sang guru menjawab:
“Aku tidak menggendong perempuan. Aku menolong seorang manusia. Sementara kamu, muridku, kamu lah yang masih menggendong perempuan itu sampai saat ini, di dalam benakmu…”
Jorok itu adanya di benak. Bisa saja mata fisik memandang sebatang pohon beringin yang seram, tetapi benak berpikir di balik pohon rimbun itu ada seorang cewek cantik telanjang tersenyum menggoda, melambaikan tangan nya ke arah Anda. Hayo, siapa yang jorok, kalau begitu?
Bukan salah tulisan, bukan salah ucapan, jinakkan saja benak itu…
Monday, November 30, 2009
Sunday, November 29, 2009
Kawan Istimewa Berbulu (atau Tidak)
Tulisan yang sama ada di: http://community.kompas.com/read/artikel/2513
Leher saya hampir saja tercekik karena kaget ketika tetangga teman memperkenalkan Petunia, layaknya memperkenalkan anggota keluarga. Si Ibu yang memperkenalkan Petunia bilang kalau dia ‘cute’. Saya sendiri masih tertegun tegun menyadari kalau nama cantik bunga asal Amerika Selatan itu, Petunia, sungguh terlalu cantik untuk babi Vietnam tambun yang jelek dan hitam itu (ah saya juga hitam kok, tapi tidak jelek hehe).
Petunia hidup di dunia yang berbeda yang tak kan pernah terbayangkan oleh kawan kawan babi nya di Vietnam sana. Sebagai bagian dari keluarga tetangga teman saya di Amerika Utara, dia tak perlu khawatir akan diubah menjadi bacon yang lezat untuk sarapan pagi ala Western.
Petunia adalah salah satu fenomena aneh yang saya jumpai pertama kali saya bersinggungan secara intim dengan budaya Barat. Banyak saya jumpai orang orang yang mencintai dan merawat hewan peliharaannya dengan cara luar biasa. Begitu luarbiasanya mereka punya pesta ulang tahun, kunjungan ke dokter, leha leha di salon… Begitu luarbiasanya, biaya makanan dan perawatan mereka per bulannya bisa setara dengan pemasukan upah buruh Indonesia. Mainan mereka jauh lebih banyak dan mahal dibandingkan mainan kuda kudaan anak desa Indonesia yang cuma dari pelepah pisang. Pendeknya, hidup itu nikmaat untuk para hewan peliharaan ini…
Lihatlah para pesohor Hollywood yang kemana mana sering membawa anjing nya, baik di keranjang, digendong seperti bayi, maupun di ajak berjalan jalan. Banyak dari sahabat berkaki empat ini memakai pakaian (baju, topi, jaket, kalung) setrendy sang empunya. Saya rasa kalau mereka bisa bicara, mereka akan menjerit. ‘Dasar manusia! Tak punya perikebinatangan. Masak aku sudah punya bulu tebal masih harus berjaket sih…’
Di salah satu saluran TV international, ada salah satu program untuk menguji coba bagaimana hewan peliharaan dapat membantu orang connected dengan orang lain. Pria dalam eksperiment ini merasa tidak menarik dan kurang percaya diri. Produser TV memberinya anjing yang ganteng untuk jalan jalan sepanjang pantai California yang ramai dengan cewek cewek seksi dan cantik. Seperti diharapkan, banyak cewek yang memandangnya dengan tatapan kagum. Well, sebenernya sih tatapan kagum itu lebih ke anjing yang ganteng itu. Tapi hal ini menumbuhkan rasa percaya diri cowok kita ini.
Beberapa cewek yang rada agresif, juga sempat teriak padanya. “I will marry you for the dog!” Wah rasa terbang ke langit deh! Para cewek ini mungkin merasa, kalau seorang pria begitu telaten mengurus hewan peliharaan, seperti pria dengan anjing ini, pastinya dia juga akan sabar dan telaten mengurus kita kita, istri, pacar atau tema mereka…Lucu ya, peran mak comblang sekarang bisa dilakukan oleh hewan peliharaan.
Cerita yang berbeda tentang rasa cinta kita terhadap peliharaan di-ilustrasikan di sebuah acara berita TV setempat. Seorang gadis yang hidungnya sempat dikunyah oleh anjing bulldog peliharaannya sendiri, ditanya oleh reporter. Jawabannya singkat, padat dan jelas. Anjing itu tak bersalah. Dia mungkin sedang melatih hak dan nalurinya sebagai binatang buas. ‘Saya tidak marah, dan masih sayang…’ ujarnya. Wow! Indahnya rasa cinta yang memaafkan.
Selain merekat persahabatan dan percintaan, hewan peliharaan bisa juga memisahkan kita dari koneksi dengan orang tercinta kita. Banyak contohnya. Salah satunya saya. Ini kejadian bertahun silam. Putus cinta gara gara kucing. Sebenernya sih, tidak secara langsung disebabkan hewan peliharaan, tapi karena opini saya yang tertulis di majalah internal kampus, Asia Ink.
Dalam tulisan itu, saya menyatakan opini sepihak bahwa banyak dari orang Barat yang memberikan kasih sayang dan atensi berlebihan terhadap hewan peliharaannya. Sesuatu hilang dari hidup mereka, rasa percaya, persahabatan dan hubungan sesama. Mereka bisa lebih kesal karena seorang teman memecahkan gelas anggur di pesta mereka tetapi merasa terhibur dengan anjing dan kucing yang asyik menggaruk garuk sofa kulit Italia mereka yang mahal itu.
Salah satu opini saya yang heboh adalah kenyataan semu di mata saya bahwa banyak orang Barat yang hidup memisahkan diri dari komunitasnya, dari sesama manusia. Tidak tahu siapa tetangga sebelah. Gampang curiga bila seseorang asing mendekati mereka di jalan. Kini mereka mengganti apa yang hilang dari hidup mereka dengan kawan istimewa, mahluk mahluk lucu dan seram yang tak kan curang, tak menipu, jujur dan super setia.
Nah, opini sepihak saya di majalah kampus itu, akhirnya jatuh ke tangan beberapa teman bule saya yang kecewa dengan pandangan sempit saya. Yang paling parah, berita ini jatuh ke tangan pacar saya waktu itu, yang adalah seorang pilot, bukan mahasiswa. Dia kebetulan punya sepasang kucing Persia yang lucu. Dengan ringannya, di putuskannya hubungan percintaan kami. Dia pikir saya tak dapat di percaya. Dia pikir, rasa sayang saya pada Ruby dan Flo, sang kucing itu, adalah aksi pura pura. Biarpun tidak terbukti. Biarpun sewaktu dia pergi ke luar negeri sebulan, sayalah yang mengurus buah hati nya itu, dan mereka sehat sehat. Saat itu saya berharap para kucing itu bisa membantu membela diri saya…apa daya mereka tak bisa sembarang bicara. Meooongg…
Baiklah, itu kan kesan pertama saya berinteraksi dan hidup di dunia yang berbeda, jadi wajar dong kalau sedikit mengejutkan buat saya. Sekarang saya akan coba lebih adil memandang. Tidak semua orang Barat hidup teralienasi dari komunitasnya. Bahkan bisa terjadi orang kita sendiri lebih lebih mengasingkan diri dari lingkungannya. Tergantung banyak faktor seperti kelompok budaya, siapa kita, tingkat sosial ekonomi kita dan di mana kita tinggal.
Kalau mau jujur cara Barat dan cara orang kita, Indonesia, memperlakukan tetangga, bersosialisasi dengan sekitar, juga tak jauh beda. Dan cara kita memperlakukan hewan peliharaan sebagai sahabat, juga setali tiga uang. Konon banyak orang yang perlakukan peliharaannya seperti anjing, kucing, burung (ini burung beneran lho!) secara super istimewa, dimandikan, dirawat, dielus-elus, dan diberi makan mahal. Bahkan banyak pula dari kita yang saking sayangnya dengan kawan istimewa ini, melupakan hak keluarga dan hak sosial orang orang di sekeliling kita.
Untuk saya sendiri, kenyataan baru sungguh mengejutkan, tulisan saya di Asia Ink itu seolah berbalik arah. Karma. Kini saya adalah pemelihara hewan berkaki empat yang lucu yang biaya makan dan dokternya bahkan melebihi uang SPP anak sendiri. Yang ongkos groomingnya lebih mahal dari ongkos creambath kepala saya di salon. Nah Lho! Tau rasa deh. Karena itulah saya bertekad mencari keseimbangan sembari mengurangi rasa bersalah telah membiayai kucing, padahal saya mampu membantu biaya sekolah anak tetangga dan kerabat. Mungkin pula karena selfish dan malu hati, jadi salah satu cara membayarnya yah bertekad mengalokasikan biaya bukan hanya untuk miss pet, tapi juga untuk anak anak tak mampu di sekitar saya.
Leher saya hampir saja tercekik karena kaget ketika tetangga teman memperkenalkan Petunia, layaknya memperkenalkan anggota keluarga. Si Ibu yang memperkenalkan Petunia bilang kalau dia ‘cute’. Saya sendiri masih tertegun tegun menyadari kalau nama cantik bunga asal Amerika Selatan itu, Petunia, sungguh terlalu cantik untuk babi Vietnam tambun yang jelek dan hitam itu (ah saya juga hitam kok, tapi tidak jelek hehe).
Petunia hidup di dunia yang berbeda yang tak kan pernah terbayangkan oleh kawan kawan babi nya di Vietnam sana. Sebagai bagian dari keluarga tetangga teman saya di Amerika Utara, dia tak perlu khawatir akan diubah menjadi bacon yang lezat untuk sarapan pagi ala Western.
Petunia adalah salah satu fenomena aneh yang saya jumpai pertama kali saya bersinggungan secara intim dengan budaya Barat. Banyak saya jumpai orang orang yang mencintai dan merawat hewan peliharaannya dengan cara luar biasa. Begitu luarbiasanya mereka punya pesta ulang tahun, kunjungan ke dokter, leha leha di salon… Begitu luarbiasanya, biaya makanan dan perawatan mereka per bulannya bisa setara dengan pemasukan upah buruh Indonesia. Mainan mereka jauh lebih banyak dan mahal dibandingkan mainan kuda kudaan anak desa Indonesia yang cuma dari pelepah pisang. Pendeknya, hidup itu nikmaat untuk para hewan peliharaan ini…
Lihatlah para pesohor Hollywood yang kemana mana sering membawa anjing nya, baik di keranjang, digendong seperti bayi, maupun di ajak berjalan jalan. Banyak dari sahabat berkaki empat ini memakai pakaian (baju, topi, jaket, kalung) setrendy sang empunya. Saya rasa kalau mereka bisa bicara, mereka akan menjerit. ‘Dasar manusia! Tak punya perikebinatangan. Masak aku sudah punya bulu tebal masih harus berjaket sih…’
Di salah satu saluran TV international, ada salah satu program untuk menguji coba bagaimana hewan peliharaan dapat membantu orang connected dengan orang lain. Pria dalam eksperiment ini merasa tidak menarik dan kurang percaya diri. Produser TV memberinya anjing yang ganteng untuk jalan jalan sepanjang pantai California yang ramai dengan cewek cewek seksi dan cantik. Seperti diharapkan, banyak cewek yang memandangnya dengan tatapan kagum. Well, sebenernya sih tatapan kagum itu lebih ke anjing yang ganteng itu. Tapi hal ini menumbuhkan rasa percaya diri cowok kita ini.
Beberapa cewek yang rada agresif, juga sempat teriak padanya. “I will marry you for the dog!” Wah rasa terbang ke langit deh! Para cewek ini mungkin merasa, kalau seorang pria begitu telaten mengurus hewan peliharaan, seperti pria dengan anjing ini, pastinya dia juga akan sabar dan telaten mengurus kita kita, istri, pacar atau tema mereka…Lucu ya, peran mak comblang sekarang bisa dilakukan oleh hewan peliharaan.
Cerita yang berbeda tentang rasa cinta kita terhadap peliharaan di-ilustrasikan di sebuah acara berita TV setempat. Seorang gadis yang hidungnya sempat dikunyah oleh anjing bulldog peliharaannya sendiri, ditanya oleh reporter. Jawabannya singkat, padat dan jelas. Anjing itu tak bersalah. Dia mungkin sedang melatih hak dan nalurinya sebagai binatang buas. ‘Saya tidak marah, dan masih sayang…’ ujarnya. Wow! Indahnya rasa cinta yang memaafkan.
Selain merekat persahabatan dan percintaan, hewan peliharaan bisa juga memisahkan kita dari koneksi dengan orang tercinta kita. Banyak contohnya. Salah satunya saya. Ini kejadian bertahun silam. Putus cinta gara gara kucing. Sebenernya sih, tidak secara langsung disebabkan hewan peliharaan, tapi karena opini saya yang tertulis di majalah internal kampus, Asia Ink.
Dalam tulisan itu, saya menyatakan opini sepihak bahwa banyak dari orang Barat yang memberikan kasih sayang dan atensi berlebihan terhadap hewan peliharaannya. Sesuatu hilang dari hidup mereka, rasa percaya, persahabatan dan hubungan sesama. Mereka bisa lebih kesal karena seorang teman memecahkan gelas anggur di pesta mereka tetapi merasa terhibur dengan anjing dan kucing yang asyik menggaruk garuk sofa kulit Italia mereka yang mahal itu.
Salah satu opini saya yang heboh adalah kenyataan semu di mata saya bahwa banyak orang Barat yang hidup memisahkan diri dari komunitasnya, dari sesama manusia. Tidak tahu siapa tetangga sebelah. Gampang curiga bila seseorang asing mendekati mereka di jalan. Kini mereka mengganti apa yang hilang dari hidup mereka dengan kawan istimewa, mahluk mahluk lucu dan seram yang tak kan curang, tak menipu, jujur dan super setia.
Nah, opini sepihak saya di majalah kampus itu, akhirnya jatuh ke tangan beberapa teman bule saya yang kecewa dengan pandangan sempit saya. Yang paling parah, berita ini jatuh ke tangan pacar saya waktu itu, yang adalah seorang pilot, bukan mahasiswa. Dia kebetulan punya sepasang kucing Persia yang lucu. Dengan ringannya, di putuskannya hubungan percintaan kami. Dia pikir saya tak dapat di percaya. Dia pikir, rasa sayang saya pada Ruby dan Flo, sang kucing itu, adalah aksi pura pura. Biarpun tidak terbukti. Biarpun sewaktu dia pergi ke luar negeri sebulan, sayalah yang mengurus buah hati nya itu, dan mereka sehat sehat. Saat itu saya berharap para kucing itu bisa membantu membela diri saya…apa daya mereka tak bisa sembarang bicara. Meooongg…
Baiklah, itu kan kesan pertama saya berinteraksi dan hidup di dunia yang berbeda, jadi wajar dong kalau sedikit mengejutkan buat saya. Sekarang saya akan coba lebih adil memandang. Tidak semua orang Barat hidup teralienasi dari komunitasnya. Bahkan bisa terjadi orang kita sendiri lebih lebih mengasingkan diri dari lingkungannya. Tergantung banyak faktor seperti kelompok budaya, siapa kita, tingkat sosial ekonomi kita dan di mana kita tinggal.
Kalau mau jujur cara Barat dan cara orang kita, Indonesia, memperlakukan tetangga, bersosialisasi dengan sekitar, juga tak jauh beda. Dan cara kita memperlakukan hewan peliharaan sebagai sahabat, juga setali tiga uang. Konon banyak orang yang perlakukan peliharaannya seperti anjing, kucing, burung (ini burung beneran lho!) secara super istimewa, dimandikan, dirawat, dielus-elus, dan diberi makan mahal. Bahkan banyak pula dari kita yang saking sayangnya dengan kawan istimewa ini, melupakan hak keluarga dan hak sosial orang orang di sekeliling kita.
Untuk saya sendiri, kenyataan baru sungguh mengejutkan, tulisan saya di Asia Ink itu seolah berbalik arah. Karma. Kini saya adalah pemelihara hewan berkaki empat yang lucu yang biaya makan dan dokternya bahkan melebihi uang SPP anak sendiri. Yang ongkos groomingnya lebih mahal dari ongkos creambath kepala saya di salon. Nah Lho! Tau rasa deh. Karena itulah saya bertekad mencari keseimbangan sembari mengurangi rasa bersalah telah membiayai kucing, padahal saya mampu membantu biaya sekolah anak tetangga dan kerabat. Mungkin pula karena selfish dan malu hati, jadi salah satu cara membayarnya yah bertekad mengalokasikan biaya bukan hanya untuk miss pet, tapi juga untuk anak anak tak mampu di sekitar saya.
Solusi Instan? Bener Nih?
Tulisan yang sama dimuat disini: http://community.kompas.com/read/artikel/2431
Mi instan? Sedap!… Kopi instan? Hmm mantap! Tapi kalau Anda punya masalah, apakah ada jalan keluar yang instan? Saya ragu deh. Tapi seorang saudara dari teman saya ini percaya, ada jalan keluar yang instan (meskipun kalau di pikir dengan akal sehat, sebenernya juga bukan instan lah).
Sebut saja namanya Gadis. Dia bekerja di sebuah bank swasta. Pekerjaan sehari-harinya termasuk memindahkan uang dari satu tempat ke tempat lain dan membuat laporannya. Di akhir hari, dia harus memastikan bahwa laporan neraca dan keuangannya seimbang. Uang yang keluar harus seimbang dengan yang masuk. Tidak ada document yang terselip, tidak ada uang yang hilang. Sejauh ini, dia melakukannya dengan baik. Gampang banget, yang penting jujur, pikirnya. Sampai suatuketika…uang sejumlah 30 juta raib dari mejanya. Tak ada bukti uang keluar. Tak ada dokument yang mendukung, tak ada sisa sisa bau 30 juta itu di sekitar ruang kerjanya.
“Ya ampun, kemana ya? Perasaan udah aku cek di mana mana, dan aku enggak korup deh. Wah apa kata orang nih, apalagi boss ku! Pasti aku di tuding tidak becus kerja dan enggak bisa di percaya. Sebaiknya aku tunda laporan dulu deh siapa tahu ada jalan keluar beberapa hari lagi …” pikir Gadis ini bingung, dan kesal.
Begitulah. Beberapa hari si Gadis murung dan muram. Belum juga ketahuan kemana lari nya uang itu. Tergoda juga dia untuk nomboki dari kantong nya sendiri. Dia berhitung hitung, dengan bantuan tokek di dinding, to..kek…ganti, to…kek… enggak, to..kek… ganti. Tapi, uang sekian banyak memangnya segampang mencabut bulu ketiak. Cabut bulu saja, kalau tak hati hati sakit lah…apalagi cabut duit dari rekening bank untuk nomboki kehilangan, bisa sakit lah hati ini…
Setelah dua hari tanpa jalan keluar, akhirnya dia menyerah, dan berpikir untuk mencari jalan keluar instan yang dipikirnya paling gampang dan aman. Dia pergi menemui seorang pintar, yang dianggap bisa membaca dan melihat diluar batas baca buku dan lihat lihat belanjaan…Dia pergi ke Ki Dukun, bukan Dik Dukun seperti Ponari.
Tentu saja, mana ada dukun yang katanya tidak punya kemampuan supra natural. Kalo begitu bukan dukun namanya. Baiklah, Ki Dukun bisa membantu memberitahu kemana perginya uang itu. Kalau dicuri, dia akan memberi tahu siapa sang pencuri nya. Hanya saja, dia tidak bisa mengucapkannya langsung dari mulutnya sendiri. Jadi Si Gadis harus membawa seorang wanita tua ke tempat prakteknya Ki Dukun. Melalui perantaranya, sang wanita tua akan bisa melihat apa yang terjadi sekali longok ke dalam tempayan butut berisi air di ruang praktek yang rada suram dan seram itu.
Si Gadis sangat optimis dia akan bisa menemukan, atau setidaknya tahu apa yang terjadi dengan uangnya lewat kesaktian sang Dukun. Dan uang 30 juta sebagai motivasi, jelas membuatnya hilang akal sehat. Dengan bujuk rayu, dia sanggup membawa neneknya yang sudah mulai rabun untuk pergi ke tempat si Aki. Sialnya, seberapapun sang nenek berusaha melongok ke dalam tempayan berisi air itu, dia tak mampu melihat apapun selain riak riak air dan dasar tempayan yang berdaki itu. Yah, apalagi dengan matanya yang rabun senja begitu…
Aki Dukun dengan yakinnya menyatakan bahwa si nenek tak bisa melihat apa yang terjadi di air disebabkan karena kurang bersihnya hati si nenek. (Kurang ajar juga ya sang Aki, menghina nenek-nenek..). Si Gadis hanya bisa pasrah dan mendongkol neneknya dihina sedemikian rupa. Maklum, dia masih membutuhkan dukun itu.
Akhirnya sang Dukun meminta seorang anak kecil yang secara kebetulan tiba tiba ada disana, seperti sudah di rencanakan saja. Tak seorangpun tahu siapa anak kecil itu. Mungkin dia bagian dari rencana rahasia sang dukun. Akhirnya si anak kecil ini pun melongok ke dalam tempayan dan mulai bercerita:
“aku lihat bapak bapak, sebaya dengan mbak. Pakai baju biru. Sedang jongkok dekat meja dan kursi, kayaknya di kantor deh. Dia sedang pegang duit…”.
Kembalilah si Gadis dari sarang dukun dengan keyakinan penuh bahwa seseorang di kantornya telah mencuri uang yang raib itu. Dan ciri-ciri yang diberikan sepertinya cocok dengan seorang teman kerja di kantor yang sudah lama tak di sukainya, sebut saja namanya Djoko. Jangan-jangan… Tapi tentu saja tak mudah menuduh tanpa dasar.
Ah memang mulut ini tak ada resletingnya, jadi gampang sekali terbuka. Tanpa buang waktu dia ceritakan kecurigaannya kepada teman baiknya di kantor. “Tapi jangan cerita cerita lagi lho” pesan sponsornya kepada temannya itu. Nah! Siapa bilang rahasia itu rahasia? Dengan cepat berita menyebar bahwa Djoko telah menilap uang 30 juta dari meja Gadis. Dengan cepat pula Djoko mendapatkan berita burung itu.
Sebagai seorang cowok yang gentleman di hampirinya Gadis untuk meminta dan memberi penjelasan perihal berita burung pencurian uang, dimana dirinya di tuduh sebagai biang keladi nya. Percekcokan pun tak bisa terhindarkan. Entah siapa yang betul dan yang salah. Ditengah seru serunya perdebatan mulut itu, masuklah sang Boss dengan gagah perkasa ke ruang kerja Gadis.
“Ada apa ini…?” tanyanya.
“Ah enggak Pak, biasa …” keduanya sungkan dan enggan menjawab dengan baik dan benar. Dengan serempak mereka mengendorkan urat marah di wajah.
“Oh ya sudah. Gadis, saya cuma mau kembalikan document ini. Bukti expenditure perusahaan sejumlah 30 juta rupiah yang lupa kamu bawa, tertinggal di meja saya beberapa hari lalu. Kamu sih ‘slordig’…” katanya dengan santai ngeloyor dari ruangan.
“HAH?” Gadis melongo, lega, kesal dan malu tidak mampu bicara apapun. Dalam hatinya dia memaki, dasar dukun sontoloyo…
Kapokkah Gadis pergi ke dukun untuk mendapatkan jawaban instan dari masalahnya? Enggak tuh! Kalo butuh ya pergi lagi dong, pantang menyerah, siapa tahu dukunnya waktu itu memang lagi pusing banyak pikiran. Siapa tahu lain kali manjur?! ***
Mi instan? Sedap!… Kopi instan? Hmm mantap! Tapi kalau Anda punya masalah, apakah ada jalan keluar yang instan? Saya ragu deh. Tapi seorang saudara dari teman saya ini percaya, ada jalan keluar yang instan (meskipun kalau di pikir dengan akal sehat, sebenernya juga bukan instan lah).
Sebut saja namanya Gadis. Dia bekerja di sebuah bank swasta. Pekerjaan sehari-harinya termasuk memindahkan uang dari satu tempat ke tempat lain dan membuat laporannya. Di akhir hari, dia harus memastikan bahwa laporan neraca dan keuangannya seimbang. Uang yang keluar harus seimbang dengan yang masuk. Tidak ada document yang terselip, tidak ada uang yang hilang. Sejauh ini, dia melakukannya dengan baik. Gampang banget, yang penting jujur, pikirnya. Sampai suatuketika…uang sejumlah 30 juta raib dari mejanya. Tak ada bukti uang keluar. Tak ada dokument yang mendukung, tak ada sisa sisa bau 30 juta itu di sekitar ruang kerjanya.
“Ya ampun, kemana ya? Perasaan udah aku cek di mana mana, dan aku enggak korup deh. Wah apa kata orang nih, apalagi boss ku! Pasti aku di tuding tidak becus kerja dan enggak bisa di percaya. Sebaiknya aku tunda laporan dulu deh siapa tahu ada jalan keluar beberapa hari lagi …” pikir Gadis ini bingung, dan kesal.
Begitulah. Beberapa hari si Gadis murung dan muram. Belum juga ketahuan kemana lari nya uang itu. Tergoda juga dia untuk nomboki dari kantong nya sendiri. Dia berhitung hitung, dengan bantuan tokek di dinding, to..kek…ganti, to…kek… enggak, to..kek… ganti. Tapi, uang sekian banyak memangnya segampang mencabut bulu ketiak. Cabut bulu saja, kalau tak hati hati sakit lah…apalagi cabut duit dari rekening bank untuk nomboki kehilangan, bisa sakit lah hati ini…
Setelah dua hari tanpa jalan keluar, akhirnya dia menyerah, dan berpikir untuk mencari jalan keluar instan yang dipikirnya paling gampang dan aman. Dia pergi menemui seorang pintar, yang dianggap bisa membaca dan melihat diluar batas baca buku dan lihat lihat belanjaan…Dia pergi ke Ki Dukun, bukan Dik Dukun seperti Ponari.
Tentu saja, mana ada dukun yang katanya tidak punya kemampuan supra natural. Kalo begitu bukan dukun namanya. Baiklah, Ki Dukun bisa membantu memberitahu kemana perginya uang itu. Kalau dicuri, dia akan memberi tahu siapa sang pencuri nya. Hanya saja, dia tidak bisa mengucapkannya langsung dari mulutnya sendiri. Jadi Si Gadis harus membawa seorang wanita tua ke tempat prakteknya Ki Dukun. Melalui perantaranya, sang wanita tua akan bisa melihat apa yang terjadi sekali longok ke dalam tempayan butut berisi air di ruang praktek yang rada suram dan seram itu.
Si Gadis sangat optimis dia akan bisa menemukan, atau setidaknya tahu apa yang terjadi dengan uangnya lewat kesaktian sang Dukun. Dan uang 30 juta sebagai motivasi, jelas membuatnya hilang akal sehat. Dengan bujuk rayu, dia sanggup membawa neneknya yang sudah mulai rabun untuk pergi ke tempat si Aki. Sialnya, seberapapun sang nenek berusaha melongok ke dalam tempayan berisi air itu, dia tak mampu melihat apapun selain riak riak air dan dasar tempayan yang berdaki itu. Yah, apalagi dengan matanya yang rabun senja begitu…
Aki Dukun dengan yakinnya menyatakan bahwa si nenek tak bisa melihat apa yang terjadi di air disebabkan karena kurang bersihnya hati si nenek. (Kurang ajar juga ya sang Aki, menghina nenek-nenek..). Si Gadis hanya bisa pasrah dan mendongkol neneknya dihina sedemikian rupa. Maklum, dia masih membutuhkan dukun itu.
Akhirnya sang Dukun meminta seorang anak kecil yang secara kebetulan tiba tiba ada disana, seperti sudah di rencanakan saja. Tak seorangpun tahu siapa anak kecil itu. Mungkin dia bagian dari rencana rahasia sang dukun. Akhirnya si anak kecil ini pun melongok ke dalam tempayan dan mulai bercerita:
“aku lihat bapak bapak, sebaya dengan mbak. Pakai baju biru. Sedang jongkok dekat meja dan kursi, kayaknya di kantor deh. Dia sedang pegang duit…”.
Kembalilah si Gadis dari sarang dukun dengan keyakinan penuh bahwa seseorang di kantornya telah mencuri uang yang raib itu. Dan ciri-ciri yang diberikan sepertinya cocok dengan seorang teman kerja di kantor yang sudah lama tak di sukainya, sebut saja namanya Djoko. Jangan-jangan… Tapi tentu saja tak mudah menuduh tanpa dasar.
Ah memang mulut ini tak ada resletingnya, jadi gampang sekali terbuka. Tanpa buang waktu dia ceritakan kecurigaannya kepada teman baiknya di kantor. “Tapi jangan cerita cerita lagi lho” pesan sponsornya kepada temannya itu. Nah! Siapa bilang rahasia itu rahasia? Dengan cepat berita menyebar bahwa Djoko telah menilap uang 30 juta dari meja Gadis. Dengan cepat pula Djoko mendapatkan berita burung itu.
Sebagai seorang cowok yang gentleman di hampirinya Gadis untuk meminta dan memberi penjelasan perihal berita burung pencurian uang, dimana dirinya di tuduh sebagai biang keladi nya. Percekcokan pun tak bisa terhindarkan. Entah siapa yang betul dan yang salah. Ditengah seru serunya perdebatan mulut itu, masuklah sang Boss dengan gagah perkasa ke ruang kerja Gadis.
“Ada apa ini…?” tanyanya.
“Ah enggak Pak, biasa …” keduanya sungkan dan enggan menjawab dengan baik dan benar. Dengan serempak mereka mengendorkan urat marah di wajah.
“Oh ya sudah. Gadis, saya cuma mau kembalikan document ini. Bukti expenditure perusahaan sejumlah 30 juta rupiah yang lupa kamu bawa, tertinggal di meja saya beberapa hari lalu. Kamu sih ‘slordig’…” katanya dengan santai ngeloyor dari ruangan.
“HAH?” Gadis melongo, lega, kesal dan malu tidak mampu bicara apapun. Dalam hatinya dia memaki, dasar dukun sontoloyo…
Kapokkah Gadis pergi ke dukun untuk mendapatkan jawaban instan dari masalahnya? Enggak tuh! Kalo butuh ya pergi lagi dong, pantang menyerah, siapa tahu dukunnya waktu itu memang lagi pusing banyak pikiran. Siapa tahu lain kali manjur?! ***
Jimat Keramat Manusia Modern
Tulisan juga dimuat di http://community.kompas.com/read/artikel/2414
Tak perlu melibatkan jin, setan dan kuburan. Tak perlu dukun berdupa, apalagi pergi bertapa. Tak sampai membuat bulu kuduk meremang. Dan tak ada keharusan berpantang. Tak perlu fatma ulama untuk menyatakannya bebas dari cap sebagai berhala… Jimat ini di tanggung hebat, keramat. Tempat para dukunnya pun indah, nyaman dan adem (maklum ber-ac). Dilayani pula oleh gadis gadis cantik yang ramah. Hanya saja, tak ada uang, jimat tak sayang..
Tergantung isi dompet, jimat ini akan memberikan kesaktian dan kehebatan yang berbeda beda. Kesaktian itu berupa kemampuan untuk menerima dan mengirim pesan, bicara jarak jauh, membuat photo, penunjuk jalan, bermain main dengan dunia maya, belanja, mencari cinta, bermain game, dan musik, dan banyak lagi. Kalau jimat biasa konon tak bisa bertuah bila bepergian menyebrangi lautan, maka jimat yang ini ditanggung bertuah dengan variasi level kebertuahannya, tergantung kesaktian dari dukun yang mengeluarkan jimat tersebut.
Dukun dan Kita
Jika jimat jaman baheula punya nama nama gagah dan seram untuk memberi sugesti kehebatannya, jimat yang ini punya banyak variasi nama, tapi biasanya fancy, dan kadang dengan kode kode angka dan singkatan tertentu yang susah diingat saking banyaknya. Biang jimat kita bisa bernama BBB, PDA, HP. Keturunannya bisa bernama aneh aneh yang susah di ingat seperti N781, W680i, R300 (ini sih contoh ngacak dan ngasal aja, karena saya tidak bermaksud mengiklankan produk jimat tersebut)
Para dukun produser jimat ini wah kaya raya dari penjualan jimat dan sesajennya, sementara orang kaya dan miskin membantu mereka bertambah kaya…sesajennya sendiri bisa bermacam macam. Bisa berupa pulsa, kartu, sms, dlsb. Sebagai ganjarannya, kita biasanya menerima berita (ring tone, cerita, tips) atau iming-iming menjadi kaya. Sekarang banyak pula perang terbuka antara para dukun untuk membuktikan diri, siapa yang paling sakti. Lihat saja di TV, majalah, Koran dan di billboard di jalan jalan.
Tua muda, besar kecil, kaya miskin, pekerja dan pengangguran, banyak orang yang terkesima dan tersihir oleh jimat abad 21 ini. Para dukun produsen jimat jimat ini pun sekarang ini mampu menyesuaikan produksinya dengan kebutuhan konsumen berbagai level. Tergantung tingkat kesaktian jimat, harga bisa disesuaikan. Banyaknya variasi produk dan kesaktian tidak membuat kita pusing kepala. Dengan senang hati kita mempelajarinya. Bahkan secara mendadak pula kita mampu menguasai bahasa bahasa baru yang keren yang sebelumnya tak pernah ada di kamus bahasa setempat. 3G, GSM, CDMA, SMS, Roaming, dan kata kata ajaib lainnya.
Dimana saja, Kapan saja (bukan Coca Cola)
Dimanapun kita berada, jimat tak lepas dari tangan. Dia bisa saja berada di kantong, di dompet, di tas, di pinggang, di dada, dan ditenteng. Tiada hari tanpanya. Tak ada satu tempat pun yang Selamat dari jarahan jangkauan jimat. Film dan hiburan musik live dengan biduanita (maksudnya penyanyi lho) yang cantik tidak mampu mengalahkan pesona jimat ini. Di rapat-rapat yang membosankan, dia menjadi pelipur lara. Dan dimanapun, dia bisa membantu mengurangi rasa kurang percaya diri kita. Bahkan di rumah ibadah, kita tak canggung canggung membawanya, membiarkannya bersuara, memanggil, mengganggu kekhidmatan doa. Dia bisa menjadi alasan utama kita untuk berpaling dari obrolan dengan teman dan keluarga. Setia setiap saat lebih dari Rexona, dia akan mengikuti kita, bahkan di tempat yang paling personal seperti WC. Berapa banyak dari kita yang bahkan melakukan percakapan melalui jimat ini pada saat saat monumental di WC? Tak peduli bunyi prett, plung dan serrr yang mungkin mengiringi percakapan…
Jangan lagi bertanya kapan jimat ini bisa digunakan. Dia tak tahu diri dan tak kenal waktu. Situasi apapun memungkinkan kita untuk bermesra dengannya. Tak ada kode etik yang membatasinya. Barangkali Cuma waktu take off dan landing pesawat saja kita terpaksa tak menggunakannya, karena alasan keamanan. Itupun masih banyak dari kita yang mencuri curi kesempatan. Di beberapa negara maju, sudah ada larangan yang berimplikasi hukum, misalnya larangan berkendara sembari bercengkrama dengan jimatnya. Atau seperti di Jepang, suara jimat di larang di tempat tempat umum yang padat seperti kereta api cepat.
Dandanan Jimat
Sebagai benda keramat, tentu saja kita harus memeliharanya sedemikian rupa sehingga tuahnya tetap mujarab, dan bisa meningkatkan gengsi dan rasa percaya diri kita sebagai empunya. Banyak sekali asesoris dan pelindung yang bisa di gunakan untuk mempercantik penampilan dari jimat kita. Salah satunya adalah kondom. Bukan hanya yang berhasrat seksual saja saat ini yang memasang kondom sebagai pelindung. Jimat ini pun perlu di lindungi dengan kondom attraktif berwarna warni yang akan melindungi dari garukan, gesekan dan goresan. Bahannya yang di buat dari sejenis karet silicon mungkin yang membuatnya di sebut kondom. Pertama kali saya mendengar nya, saya agak kaget kok saru banget ya. Di masa lalu, kata kondom selalu berkonotasi saru dan tabu. Boleh sih, tapi menyebutnya malu malu. Sekarang? Dengan bebasnya, kita bilang “Mas ada kondom yang mungil enggak, yang pas buat jimat buatan dukun Anu…”. Hmm apalagi ya nama menarik untuk produk inovatif asesori jimat? Jangan-jangan… ‘Ah jorok kamu!’
Cinta mati
Sebagai pengguna jimat, kita biasanya sangat responsive terhadap kebutuhan dan tuntutan jimat kita. Telinga kita bisa sangat tajam dan intuitive. Bunyi sekecil apapun darinya, bisa terdeteksi dan bisa menyebabkan penggunanya kehilangan kendali atas situasi. Misalnya pada saat ngobrol dengan rekan kerja, atau bahkan keluarga, tiba tiba sang jimat menuntut perhatian. Hilanglah tata krama jaman baheula. Bukannya meneruskan perbincangan, kita biasanya memutuskan untuk memberi perhatian kepada jimat. Padahal mungkin tuntutannya tidak punya urgensi waktu dan kedaruratan.
Salah satu contoh rada ekstrim, ini kejadian sebenarnya, waktu saya periksa gigi di salah satu rumah sakit terkenal di bilangan Sudirman, sang dokter gigi berhenti mengutak atik gigi saya, begitu dia mendengar suara jimatnya berbunyi. Beberapa saat, dia asyik dengan jimatnya tanpa mempedulikan saya. Pikirnya mungkin lebih baik berkutat dengan jimat, dari pada mendorong dorong jigong (di gigi saya…)
Sebegitu responsive nya kita terhadap tuntutan jimat, tidak peduli sedang berkendara, menyeberang jalan, atau di situasi yang tidak seharusnya, kita tak cemas akan nasib keselamatan kita. Kita sudah teken kontrak cinta mati dengan jimat kita. Buktinya kita tak peduli keselamatan sendiri!
Mengheningkan cipta
Coba perhatikan. Baik di ruang meeting, di tempat umum, bis pesawat, mall, maupun di lift dan terkadang sedang menyeberang jalan, lihatlah khidmatnya kita, para pengguna jimat ini apabila sedang merapalkan pesan pesan panjang dan pendek yang di terima dan dikirim melalui jimat. Dengan gaya bak para pendoa yang serius, dengan kedua tangan di rapatkan, jimat di telapak tangan, kepala di tundukkan… Wah kalah deh kekhusukan nya dibandingkan sedang mengamini doa yang di pimpin pak kyai.
Dahsyatnya kesaktian jimat ini
Begitu dahsyatnya pengaruh dan kesaktian jimat ini, sehingga apapun bisa dilakukan dengan perantaranya. Misalnya mengirim pesan pendek ke pacar, teman dan musuh. Menceraikan dan memutuskan tali cinta. Bahkan juga mampu mengekspos skandal cinta para pesohor negeri. Merubah hidup banyak manusia melalui sms bisnis dan voting idol idol-an. Mengkantrol tingkat percaya diri. Dan membuat stress. Penipuan pun marak menggunakan jimat ini.
Tumbal
Barang siapa tak memiliki jimat di jaman ini, ada baiknya pindah ke gua atau bertapa di puncak gunung sana. Kalaupun memaksa hidup berbaur di antara para pengguna, non-pengguna jimat ini akan merasakan akibatnya. Menderita batin dan penurunan rasa percaya diri. Di kucilkan dari komunitas, dilecehkan keberadaannya, dan di pertanyakan keabsahannya, apalagi bila berurusan dengan bisnis.
Bila satu saat jimat ini tertinggal atau hilang, runyamlah hidup kita. Biasanya ini menimbulkan dampak psikologis yang tidak sedikit. Stress. Gelisah. Menyesal. Terkenang-kenang. Belum pula dampak materi karena kehilangan, bahkan bisa rugi lebih banyak lagi, karir tamat, rumah tangga kiamat, kala semua rahasia nama, photo dengan WIL/PIL, password, nomer rekening bank, dan banyak lagi jatuh ke tangan orang tak bertanggung jawab.
Kecintaan kita nampaknya lebih lebih kepada jimat daripada kepada orang terdekat kita. Buktinya, dia lah yang selalu menjadi perhatian utama. Kesadaran kita akan kehadiran jimat ini sudah pada tingkat akut dan parah. Tak ada lagi yang bisa menyembuhkannya. Jimat dengan intensitas keakraban seperti ini pada akhirnya akan menuntut tumbal. Keluarga kita. Sahabat kita. Diri kita sendiri. Dan keselamatan kita.
Nah, seperti apa jimat Anda? Apakah Anda sang Tuan? Atau sang Budak dari Jimat tersebut? Cuma Anda yang tahu jawabannya. Apa? Anda bertanya bagaimana dengan saya? Haduh tobat tobaaatt! Rasanya gak pengen punya jimat, tapi apa boleh buat…***
Tak perlu melibatkan jin, setan dan kuburan. Tak perlu dukun berdupa, apalagi pergi bertapa. Tak sampai membuat bulu kuduk meremang. Dan tak ada keharusan berpantang. Tak perlu fatma ulama untuk menyatakannya bebas dari cap sebagai berhala… Jimat ini di tanggung hebat, keramat. Tempat para dukunnya pun indah, nyaman dan adem (maklum ber-ac). Dilayani pula oleh gadis gadis cantik yang ramah. Hanya saja, tak ada uang, jimat tak sayang..
Tergantung isi dompet, jimat ini akan memberikan kesaktian dan kehebatan yang berbeda beda. Kesaktian itu berupa kemampuan untuk menerima dan mengirim pesan, bicara jarak jauh, membuat photo, penunjuk jalan, bermain main dengan dunia maya, belanja, mencari cinta, bermain game, dan musik, dan banyak lagi. Kalau jimat biasa konon tak bisa bertuah bila bepergian menyebrangi lautan, maka jimat yang ini ditanggung bertuah dengan variasi level kebertuahannya, tergantung kesaktian dari dukun yang mengeluarkan jimat tersebut.
Dukun dan Kita
Jika jimat jaman baheula punya nama nama gagah dan seram untuk memberi sugesti kehebatannya, jimat yang ini punya banyak variasi nama, tapi biasanya fancy, dan kadang dengan kode kode angka dan singkatan tertentu yang susah diingat saking banyaknya. Biang jimat kita bisa bernama BBB, PDA, HP. Keturunannya bisa bernama aneh aneh yang susah di ingat seperti N781, W680i, R300 (ini sih contoh ngacak dan ngasal aja, karena saya tidak bermaksud mengiklankan produk jimat tersebut)
Para dukun produser jimat ini wah kaya raya dari penjualan jimat dan sesajennya, sementara orang kaya dan miskin membantu mereka bertambah kaya…sesajennya sendiri bisa bermacam macam. Bisa berupa pulsa, kartu, sms, dlsb. Sebagai ganjarannya, kita biasanya menerima berita (ring tone, cerita, tips) atau iming-iming menjadi kaya. Sekarang banyak pula perang terbuka antara para dukun untuk membuktikan diri, siapa yang paling sakti. Lihat saja di TV, majalah, Koran dan di billboard di jalan jalan.
Tua muda, besar kecil, kaya miskin, pekerja dan pengangguran, banyak orang yang terkesima dan tersihir oleh jimat abad 21 ini. Para dukun produsen jimat jimat ini pun sekarang ini mampu menyesuaikan produksinya dengan kebutuhan konsumen berbagai level. Tergantung tingkat kesaktian jimat, harga bisa disesuaikan. Banyaknya variasi produk dan kesaktian tidak membuat kita pusing kepala. Dengan senang hati kita mempelajarinya. Bahkan secara mendadak pula kita mampu menguasai bahasa bahasa baru yang keren yang sebelumnya tak pernah ada di kamus bahasa setempat. 3G, GSM, CDMA, SMS, Roaming, dan kata kata ajaib lainnya.
Dimana saja, Kapan saja (bukan Coca Cola)
Dimanapun kita berada, jimat tak lepas dari tangan. Dia bisa saja berada di kantong, di dompet, di tas, di pinggang, di dada, dan ditenteng. Tiada hari tanpanya. Tak ada satu tempat pun yang Selamat dari jarahan jangkauan jimat. Film dan hiburan musik live dengan biduanita (maksudnya penyanyi lho) yang cantik tidak mampu mengalahkan pesona jimat ini. Di rapat-rapat yang membosankan, dia menjadi pelipur lara. Dan dimanapun, dia bisa membantu mengurangi rasa kurang percaya diri kita. Bahkan di rumah ibadah, kita tak canggung canggung membawanya, membiarkannya bersuara, memanggil, mengganggu kekhidmatan doa. Dia bisa menjadi alasan utama kita untuk berpaling dari obrolan dengan teman dan keluarga. Setia setiap saat lebih dari Rexona, dia akan mengikuti kita, bahkan di tempat yang paling personal seperti WC. Berapa banyak dari kita yang bahkan melakukan percakapan melalui jimat ini pada saat saat monumental di WC? Tak peduli bunyi prett, plung dan serrr yang mungkin mengiringi percakapan…
Jangan lagi bertanya kapan jimat ini bisa digunakan. Dia tak tahu diri dan tak kenal waktu. Situasi apapun memungkinkan kita untuk bermesra dengannya. Tak ada kode etik yang membatasinya. Barangkali Cuma waktu take off dan landing pesawat saja kita terpaksa tak menggunakannya, karena alasan keamanan. Itupun masih banyak dari kita yang mencuri curi kesempatan. Di beberapa negara maju, sudah ada larangan yang berimplikasi hukum, misalnya larangan berkendara sembari bercengkrama dengan jimatnya. Atau seperti di Jepang, suara jimat di larang di tempat tempat umum yang padat seperti kereta api cepat.
Dandanan Jimat
Sebagai benda keramat, tentu saja kita harus memeliharanya sedemikian rupa sehingga tuahnya tetap mujarab, dan bisa meningkatkan gengsi dan rasa percaya diri kita sebagai empunya. Banyak sekali asesoris dan pelindung yang bisa di gunakan untuk mempercantik penampilan dari jimat kita. Salah satunya adalah kondom. Bukan hanya yang berhasrat seksual saja saat ini yang memasang kondom sebagai pelindung. Jimat ini pun perlu di lindungi dengan kondom attraktif berwarna warni yang akan melindungi dari garukan, gesekan dan goresan. Bahannya yang di buat dari sejenis karet silicon mungkin yang membuatnya di sebut kondom. Pertama kali saya mendengar nya, saya agak kaget kok saru banget ya. Di masa lalu, kata kondom selalu berkonotasi saru dan tabu. Boleh sih, tapi menyebutnya malu malu. Sekarang? Dengan bebasnya, kita bilang “Mas ada kondom yang mungil enggak, yang pas buat jimat buatan dukun Anu…”. Hmm apalagi ya nama menarik untuk produk inovatif asesori jimat? Jangan-jangan… ‘Ah jorok kamu!’
Cinta mati
Sebagai pengguna jimat, kita biasanya sangat responsive terhadap kebutuhan dan tuntutan jimat kita. Telinga kita bisa sangat tajam dan intuitive. Bunyi sekecil apapun darinya, bisa terdeteksi dan bisa menyebabkan penggunanya kehilangan kendali atas situasi. Misalnya pada saat ngobrol dengan rekan kerja, atau bahkan keluarga, tiba tiba sang jimat menuntut perhatian. Hilanglah tata krama jaman baheula. Bukannya meneruskan perbincangan, kita biasanya memutuskan untuk memberi perhatian kepada jimat. Padahal mungkin tuntutannya tidak punya urgensi waktu dan kedaruratan.
Salah satu contoh rada ekstrim, ini kejadian sebenarnya, waktu saya periksa gigi di salah satu rumah sakit terkenal di bilangan Sudirman, sang dokter gigi berhenti mengutak atik gigi saya, begitu dia mendengar suara jimatnya berbunyi. Beberapa saat, dia asyik dengan jimatnya tanpa mempedulikan saya. Pikirnya mungkin lebih baik berkutat dengan jimat, dari pada mendorong dorong jigong (di gigi saya…)
Sebegitu responsive nya kita terhadap tuntutan jimat, tidak peduli sedang berkendara, menyeberang jalan, atau di situasi yang tidak seharusnya, kita tak cemas akan nasib keselamatan kita. Kita sudah teken kontrak cinta mati dengan jimat kita. Buktinya kita tak peduli keselamatan sendiri!
Mengheningkan cipta
Coba perhatikan. Baik di ruang meeting, di tempat umum, bis pesawat, mall, maupun di lift dan terkadang sedang menyeberang jalan, lihatlah khidmatnya kita, para pengguna jimat ini apabila sedang merapalkan pesan pesan panjang dan pendek yang di terima dan dikirim melalui jimat. Dengan gaya bak para pendoa yang serius, dengan kedua tangan di rapatkan, jimat di telapak tangan, kepala di tundukkan… Wah kalah deh kekhusukan nya dibandingkan sedang mengamini doa yang di pimpin pak kyai.
Dahsyatnya kesaktian jimat ini
Begitu dahsyatnya pengaruh dan kesaktian jimat ini, sehingga apapun bisa dilakukan dengan perantaranya. Misalnya mengirim pesan pendek ke pacar, teman dan musuh. Menceraikan dan memutuskan tali cinta. Bahkan juga mampu mengekspos skandal cinta para pesohor negeri. Merubah hidup banyak manusia melalui sms bisnis dan voting idol idol-an. Mengkantrol tingkat percaya diri. Dan membuat stress. Penipuan pun marak menggunakan jimat ini.
Tumbal
Barang siapa tak memiliki jimat di jaman ini, ada baiknya pindah ke gua atau bertapa di puncak gunung sana. Kalaupun memaksa hidup berbaur di antara para pengguna, non-pengguna jimat ini akan merasakan akibatnya. Menderita batin dan penurunan rasa percaya diri. Di kucilkan dari komunitas, dilecehkan keberadaannya, dan di pertanyakan keabsahannya, apalagi bila berurusan dengan bisnis.
Bila satu saat jimat ini tertinggal atau hilang, runyamlah hidup kita. Biasanya ini menimbulkan dampak psikologis yang tidak sedikit. Stress. Gelisah. Menyesal. Terkenang-kenang. Belum pula dampak materi karena kehilangan, bahkan bisa rugi lebih banyak lagi, karir tamat, rumah tangga kiamat, kala semua rahasia nama, photo dengan WIL/PIL, password, nomer rekening bank, dan banyak lagi jatuh ke tangan orang tak bertanggung jawab.
Kecintaan kita nampaknya lebih lebih kepada jimat daripada kepada orang terdekat kita. Buktinya, dia lah yang selalu menjadi perhatian utama. Kesadaran kita akan kehadiran jimat ini sudah pada tingkat akut dan parah. Tak ada lagi yang bisa menyembuhkannya. Jimat dengan intensitas keakraban seperti ini pada akhirnya akan menuntut tumbal. Keluarga kita. Sahabat kita. Diri kita sendiri. Dan keselamatan kita.
Nah, seperti apa jimat Anda? Apakah Anda sang Tuan? Atau sang Budak dari Jimat tersebut? Cuma Anda yang tahu jawabannya. Apa? Anda bertanya bagaimana dengan saya? Haduh tobat tobaaatt! Rasanya gak pengen punya jimat, tapi apa boleh buat…***
Kisah Sang Pemburu Senyuman
Tulisan yang sama, bisa dilihat disini:
http://community.kompas.com/read/artikel/2582
Berapa banyak dari Anda yang tiba tiba hatinya ber bunga bunga dan hidungnya kembang kempis, hanya karena seseorang – apalagi bila orang itu cantik atau ganteng – tersenyum ke arah Anda. Tidak, Anda tidak sedang ge-er. Ini normal kok. Tapi yang tidak normal adalah bahwa senyum gratis dan tanpa pretensi itu sekarang sudah jadi barang langka. Apalagi di Jakarta ini. Inilah salah satu perburuan saya yang belum berakhir. Mencari senyum yang hilang dari wajah para penduduk Jakarta…
Bangsa kita konon terkenal ke seluruh dunia karena senyum yang hangat. Bahkan salah satu iklan yang saya lihat di salah satu majalah ngetop di Amerika Utara menjual senyum Indonesia, kira kira bunyinya begini: “Going Alaska? Experience the warm smile of Indonesian with Holland Cruise Ship”. Hah? Ngapain juga menikmati senyum hangat Indonesia di Alaska? Walaupun iklan ini rada enggak nyambung, tapi bangga juga dong sebagai bangsa..
Dahsyatnya senyuman!
Banyak para Jakartans –termasuk saya, mungkin- sudah berubah menjadi zombie. Manusia tanpa senyum. Mungkin karena menjamurnya kejahatan. Mungkin asap knalpot dan macetnya jalan yang menyebabkan. Mungkin juga perlombaan terlalu berat untuk mengejar hidup, dan kebahagiaan. Padahal apa nikmatnya hidup ini tanpa senyum? Padahal asesoris wajah yang paling hebat dan paling murah ya itu, SENYUM! Padahal tak bisa di pungkiri, biarpun tanpa hasil riset, sudah terbukti bahwa senyum bisa mencairkan hati sekeras batu. Padahal berdasarkan riset, orang yang suka tersenyum, lebih bahagia dan punya kesempatan lebih besar untuk sukses dalam hidupnya. Tapi kenapa banyak orang masih sayang untuk membaginya?
Senyum itu kan reaksi normal dari stimuli tertentu, sama halnya dengan bahasa non verbal lainnya. Dan coba deh perhatikan, mana ada satu kultur di manapun di dunia yang punya bahasa tubuh berbeda untuk mengungkapkan makna senyum. Senyum punya bahasa universal! Membuka mulut, menarik bibir kearah bawah, memperlihatkan gigi, tak peduli jika ompong atau berjigong… Senyum secara teknis adalah ungkapan ekspresi wajah yang di bentuk melalui pelekukan otot dekat kedua garis sisi mulut kita atau keduanya garis mulut dan otot dekat kelopak luar mata..
Senyum Tulus
Menurut pakar syaraf Perancis jaman baheula, Duchenne, senyum yang melibatkan otot wajah dekat bibir, dan otot wajah dekat mata, lah yang bisa di sebut sebagai senyum asli dan tulus. Jadi kalau ingin tahu apakah senyum itu tulus atau tidak, lihatlah kontraksi otot di sisi luar mata, ada atau tidak? Tapi hati hati, jangan sampai Anda mengirim sinyal yang keliru waktu memelototi wajah di depan Anda.
Senyum, terutama yang tulus punya potensi tular yang sangat besar. Ketika melihat seseorang tersenyum, akan membuat kita merasa senang luar biasa dan membalas senyum itu juga. Otak kita pada saat yang sama akan mengeluarkan endorphin yang sangat penting sebagai pengontrol rasa sakit, dan dapat memberi perasaan senang, damai dan bahagia. Pernahkan Anda lihat seseorang menjadi marah karena diberi senyum tulus dan bahagia? Orang gila, barangkali ya.
Senyum 5 Watt
Ada juga senyum yang tanggung, diantara tulus dan palsu. Yang seperti ini sudah lewat dari momen senyum palsu, tapi belum sampai ke senyum tulus. Saya menyebutnya senyum 5 watt, tak terlalu berseri seri, tapi punya potensi ke arah senyum bahagia beneran,. Biasanya kita melancarkan senyum 5 watt ini pada saat kita malu atau sedang malu-maluin. Tak apalah, senyum 5 watt pun jadi.
Saya punya seorang teman yang senyum tidak yakin kearah seorang cowok di seberang meja di sebuah restaurant. Tak lama sesudah itu, mereka sudah telpon telponan. Sekarang mereka sudah menjadi suami istri yang bahagia. Tapi harap maklum, adegan dan hasil dari senyum Anda bisa bervariasi, dan hasil akhir tidak di tanggung.
Senyum Formal
Senyum yang cuma melibatkan otot dekat kedua sisi garis mulut kita bisa di bilang senyum formal yang tingkat ketulusannya mungkin tak bisa di andalkan. Biasanya sih, kita bisa mendapatkan senyum seperti ini dari para marketer, salesman, hotel, bank, senyum ‘Garuda’, dan orang orang yang baru bertemu.
Tapi ada juga yang paling tak bisa diandalkan makna ketulusannya yaitu senyum hangat (hangat tahi ayam) bapak bapak dan ibu ibu para calon petinggi negeri yang bertebaran di spanduk, poster dan tempelan stiker di sepanjang jalan, di TV, koran dan majalah di Indonesia Raya saat ini. Saya sampai pusing sendiri. Tengok sana senyum, tengok sini senyum. Semua senyum itu seolah memanggil manggil. Ayolah pilihlah saya… Tunggu saja, kalau tak menang, modal terbuang, senyum hangat (tahi ayam) itu bisa berubah, hilang hangatnya tinggal tahi nya. Uasem Tenan!!
Percobaan Senyum
Menjadi orang Indonesia, saya punya kebanggaan tersendiri karena kayanya negeri ini dengan beragam dan berbagai macam hal. Apapun bisa ditemukan, dari yang paling bagus sampai yang paling hancur. Namun satu hal, masih susah buat saya menemukan senyum tulus dari seseorang yang tidak saya kenal. (Memang saya gila juga sih, untuk apa mengharap senyum dari seorang asing?). Dalam pencarian senyum itulah, saya membuat eksperimen perburuan senyum di airport, tempat yang paling sering saya kunjungi selain mall, beberapa tahun terakhir ini. Tempat ini kaya sekali akan latar belakang demography dan psychograpy. Berbagai orang dari latar belakang yang berbagai pula, tumplek blek bersatu. Disinilah saya bereksperimen memburu senyuman dan melontarkan senyuman kepada orang orang tak dikenal yang saya temui. Dan inilah hasil akhirnya:
- Tanpa Senyum atau senyum curiga:
Bila saya coba tersenyum ramah duluan kepada para satuan pengaman di bagian scanning X-ray. Mungkin pikir mereka buat apa sih senyum senyum, pasti ada yang coba ditutu- tutupi dengan senyum itu. Sialnya, jika saya memulai dengan senyum, pasti saya akan ditanya, dan kadang diminta membongkar tas saya, meskipun tak ada sesuatupun yang mencurigakan di dalamnya. Belajar dari seringnya mengalami ini, sayapun akhirnya selalu pasang tampang netral atau senyum formal angkuh bila menghadapi mereka. Ajaibnya, bongkar membongkar tak terjadi lagi.
- Senyum ge-er :
Ini biasanya terjadi jika target sasaran senyum saya mengira saya naksir mereka. Hati hati jika melakukan ini, bisa bisa merepotkan Anda, karena jika target merasa senang, biasanya akan terjadi gangguan berupa obrolan lebih jauh, atau mengajak berkenalan.
- Boro-boro senyum:
Jangan harap mendapatkan senyum dari para petugas di bagian pengecapan passport sebelum berangkat atau di ketibaan. Kalaupun kita senyum, bisa bisa mereka merasa dilecehkan. Jangan coba coba menyapa lebih dulu, apalagi mengajak mereka ngobrol. Bisa makin curiga. Dan bersiap siap saja untuk sakit hati karena dicueki. Maklum, jaga image dengan cara pasang muka kencang, sepertinya masih diperlukan. Jujur sih, sesekali ada juga yang mengendorkan mukanya dan mengganjar para penumpang dengan senyum tanggung mereka.
- Senyum otomatis:
Ini bisa didapat dari para petugas di konter konter penerbangan. Ya, lumayan lah daripada tak ada senyum sama sekali kan?
- Senyum gombal:
Ini biasanya datang dari para penjaja liar yang menawarkan parfum, tas, baju dan makanan, dan transport. Mereka akan memberikan senyum gombal nya yang manis kepada calon penumpang, penunggu dan penggembira di airport, sampai kita menolak jaja-an mereka, senyum gombal itu akan berubah menjadi masam!
- Senyum menyeringai seolah menemukan mangsa:
Dalam beberapa kali experimen saya, ini salah satu senyum menyebalkan yang saya temui. Biasanya datang dari para penjaja servis transport tak terdaftar, atau para lelaki berpakaian petugas, entah petugas apa. Para transporter ini tak kenal kata tidak yang diucapkan dengan disertai senyum manis dan sopan. Sekali lagi, ini salah saya juga, memberikan senyum ramah kepada mereka. Di beberapa kesempatan, senyum itu dianggap senyum naïve dari seorang TKW. Beberapa petugas bahkan mendekati saya dengan memasang tampang wibawa, dan mungkin bermaksud memeras, berujar dengan galaknya: “TKW ya! Sini dulu!” Haduh! Mentang mentang tampang saya yang kampungan ini dan dandanan yang seadanya. Tobaaat deh!
Sejak rangkaian eksperimen di airport itu, saya tidak sembarangan lagi menebarkan pesona senyum saya di sembarang tempat, meskipun saya selalu terngiang ngiang kata kata mutiara yang entah milik siapa: Today, give a stranger one of your smiles. It might be the only sunshine he sees all day. ***
http://community.kompas.com/read/artikel/2582
Berapa banyak dari Anda yang tiba tiba hatinya ber bunga bunga dan hidungnya kembang kempis, hanya karena seseorang – apalagi bila orang itu cantik atau ganteng – tersenyum ke arah Anda. Tidak, Anda tidak sedang ge-er. Ini normal kok. Tapi yang tidak normal adalah bahwa senyum gratis dan tanpa pretensi itu sekarang sudah jadi barang langka. Apalagi di Jakarta ini. Inilah salah satu perburuan saya yang belum berakhir. Mencari senyum yang hilang dari wajah para penduduk Jakarta…
Bangsa kita konon terkenal ke seluruh dunia karena senyum yang hangat. Bahkan salah satu iklan yang saya lihat di salah satu majalah ngetop di Amerika Utara menjual senyum Indonesia, kira kira bunyinya begini: “Going Alaska? Experience the warm smile of Indonesian with Holland Cruise Ship”. Hah? Ngapain juga menikmati senyum hangat Indonesia di Alaska? Walaupun iklan ini rada enggak nyambung, tapi bangga juga dong sebagai bangsa..
Dahsyatnya senyuman!
Banyak para Jakartans –termasuk saya, mungkin- sudah berubah menjadi zombie. Manusia tanpa senyum. Mungkin karena menjamurnya kejahatan. Mungkin asap knalpot dan macetnya jalan yang menyebabkan. Mungkin juga perlombaan terlalu berat untuk mengejar hidup, dan kebahagiaan. Padahal apa nikmatnya hidup ini tanpa senyum? Padahal asesoris wajah yang paling hebat dan paling murah ya itu, SENYUM! Padahal tak bisa di pungkiri, biarpun tanpa hasil riset, sudah terbukti bahwa senyum bisa mencairkan hati sekeras batu. Padahal berdasarkan riset, orang yang suka tersenyum, lebih bahagia dan punya kesempatan lebih besar untuk sukses dalam hidupnya. Tapi kenapa banyak orang masih sayang untuk membaginya?
Senyum itu kan reaksi normal dari stimuli tertentu, sama halnya dengan bahasa non verbal lainnya. Dan coba deh perhatikan, mana ada satu kultur di manapun di dunia yang punya bahasa tubuh berbeda untuk mengungkapkan makna senyum. Senyum punya bahasa universal! Membuka mulut, menarik bibir kearah bawah, memperlihatkan gigi, tak peduli jika ompong atau berjigong… Senyum secara teknis adalah ungkapan ekspresi wajah yang di bentuk melalui pelekukan otot dekat kedua garis sisi mulut kita atau keduanya garis mulut dan otot dekat kelopak luar mata..
Senyum Tulus
Menurut pakar syaraf Perancis jaman baheula, Duchenne, senyum yang melibatkan otot wajah dekat bibir, dan otot wajah dekat mata, lah yang bisa di sebut sebagai senyum asli dan tulus. Jadi kalau ingin tahu apakah senyum itu tulus atau tidak, lihatlah kontraksi otot di sisi luar mata, ada atau tidak? Tapi hati hati, jangan sampai Anda mengirim sinyal yang keliru waktu memelototi wajah di depan Anda.
Senyum, terutama yang tulus punya potensi tular yang sangat besar. Ketika melihat seseorang tersenyum, akan membuat kita merasa senang luar biasa dan membalas senyum itu juga. Otak kita pada saat yang sama akan mengeluarkan endorphin yang sangat penting sebagai pengontrol rasa sakit, dan dapat memberi perasaan senang, damai dan bahagia. Pernahkan Anda lihat seseorang menjadi marah karena diberi senyum tulus dan bahagia? Orang gila, barangkali ya.
Senyum 5 Watt
Ada juga senyum yang tanggung, diantara tulus dan palsu. Yang seperti ini sudah lewat dari momen senyum palsu, tapi belum sampai ke senyum tulus. Saya menyebutnya senyum 5 watt, tak terlalu berseri seri, tapi punya potensi ke arah senyum bahagia beneran,. Biasanya kita melancarkan senyum 5 watt ini pada saat kita malu atau sedang malu-maluin. Tak apalah, senyum 5 watt pun jadi.
Saya punya seorang teman yang senyum tidak yakin kearah seorang cowok di seberang meja di sebuah restaurant. Tak lama sesudah itu, mereka sudah telpon telponan. Sekarang mereka sudah menjadi suami istri yang bahagia. Tapi harap maklum, adegan dan hasil dari senyum Anda bisa bervariasi, dan hasil akhir tidak di tanggung.
Senyum Formal
Senyum yang cuma melibatkan otot dekat kedua sisi garis mulut kita bisa di bilang senyum formal yang tingkat ketulusannya mungkin tak bisa di andalkan. Biasanya sih, kita bisa mendapatkan senyum seperti ini dari para marketer, salesman, hotel, bank, senyum ‘Garuda’, dan orang orang yang baru bertemu.
Tapi ada juga yang paling tak bisa diandalkan makna ketulusannya yaitu senyum hangat (hangat tahi ayam) bapak bapak dan ibu ibu para calon petinggi negeri yang bertebaran di spanduk, poster dan tempelan stiker di sepanjang jalan, di TV, koran dan majalah di Indonesia Raya saat ini. Saya sampai pusing sendiri. Tengok sana senyum, tengok sini senyum. Semua senyum itu seolah memanggil manggil. Ayolah pilihlah saya… Tunggu saja, kalau tak menang, modal terbuang, senyum hangat (tahi ayam) itu bisa berubah, hilang hangatnya tinggal tahi nya. Uasem Tenan!!
Percobaan Senyum
Menjadi orang Indonesia, saya punya kebanggaan tersendiri karena kayanya negeri ini dengan beragam dan berbagai macam hal. Apapun bisa ditemukan, dari yang paling bagus sampai yang paling hancur. Namun satu hal, masih susah buat saya menemukan senyum tulus dari seseorang yang tidak saya kenal. (Memang saya gila juga sih, untuk apa mengharap senyum dari seorang asing?). Dalam pencarian senyum itulah, saya membuat eksperimen perburuan senyum di airport, tempat yang paling sering saya kunjungi selain mall, beberapa tahun terakhir ini. Tempat ini kaya sekali akan latar belakang demography dan psychograpy. Berbagai orang dari latar belakang yang berbagai pula, tumplek blek bersatu. Disinilah saya bereksperimen memburu senyuman dan melontarkan senyuman kepada orang orang tak dikenal yang saya temui. Dan inilah hasil akhirnya:
- Tanpa Senyum atau senyum curiga:
Bila saya coba tersenyum ramah duluan kepada para satuan pengaman di bagian scanning X-ray. Mungkin pikir mereka buat apa sih senyum senyum, pasti ada yang coba ditutu- tutupi dengan senyum itu. Sialnya, jika saya memulai dengan senyum, pasti saya akan ditanya, dan kadang diminta membongkar tas saya, meskipun tak ada sesuatupun yang mencurigakan di dalamnya. Belajar dari seringnya mengalami ini, sayapun akhirnya selalu pasang tampang netral atau senyum formal angkuh bila menghadapi mereka. Ajaibnya, bongkar membongkar tak terjadi lagi.
- Senyum ge-er :
Ini biasanya terjadi jika target sasaran senyum saya mengira saya naksir mereka. Hati hati jika melakukan ini, bisa bisa merepotkan Anda, karena jika target merasa senang, biasanya akan terjadi gangguan berupa obrolan lebih jauh, atau mengajak berkenalan.
- Boro-boro senyum:
Jangan harap mendapatkan senyum dari para petugas di bagian pengecapan passport sebelum berangkat atau di ketibaan. Kalaupun kita senyum, bisa bisa mereka merasa dilecehkan. Jangan coba coba menyapa lebih dulu, apalagi mengajak mereka ngobrol. Bisa makin curiga. Dan bersiap siap saja untuk sakit hati karena dicueki. Maklum, jaga image dengan cara pasang muka kencang, sepertinya masih diperlukan. Jujur sih, sesekali ada juga yang mengendorkan mukanya dan mengganjar para penumpang dengan senyum tanggung mereka.
- Senyum otomatis:
Ini bisa didapat dari para petugas di konter konter penerbangan. Ya, lumayan lah daripada tak ada senyum sama sekali kan?
- Senyum gombal:
Ini biasanya datang dari para penjaja liar yang menawarkan parfum, tas, baju dan makanan, dan transport. Mereka akan memberikan senyum gombal nya yang manis kepada calon penumpang, penunggu dan penggembira di airport, sampai kita menolak jaja-an mereka, senyum gombal itu akan berubah menjadi masam!
- Senyum menyeringai seolah menemukan mangsa:
Dalam beberapa kali experimen saya, ini salah satu senyum menyebalkan yang saya temui. Biasanya datang dari para penjaja servis transport tak terdaftar, atau para lelaki berpakaian petugas, entah petugas apa. Para transporter ini tak kenal kata tidak yang diucapkan dengan disertai senyum manis dan sopan. Sekali lagi, ini salah saya juga, memberikan senyum ramah kepada mereka. Di beberapa kesempatan, senyum itu dianggap senyum naïve dari seorang TKW. Beberapa petugas bahkan mendekati saya dengan memasang tampang wibawa, dan mungkin bermaksud memeras, berujar dengan galaknya: “TKW ya! Sini dulu!” Haduh! Mentang mentang tampang saya yang kampungan ini dan dandanan yang seadanya. Tobaaat deh!
Sejak rangkaian eksperimen di airport itu, saya tidak sembarangan lagi menebarkan pesona senyum saya di sembarang tempat, meskipun saya selalu terngiang ngiang kata kata mutiara yang entah milik siapa: Today, give a stranger one of your smiles. It might be the only sunshine he sees all day. ***
Kendali Tombol Panik
http://community.kompas.com/read/artikel/2699
Saya meloncat terbangun dengan dada berdegup kencang. Bingung. Ada dimana saya? Tak sepotongpun pakaian melekat di tubuh. Saya merasa sendiri, tapi suara yang cukup keras itu membangunkan saya. Pikiran saya yang masih bingung karena terbangun kaget, mereka reka, kenapa ada suara cowok? Berbahasa India pula. Perasaan sih saya belum pernah ke India? Perasaan waktu berangkat tidur tadi saya sendirian? Tak lama sang lelaki berbahasa Mandarin terdengar. Lho kok?
Kebingungan saya baru berakhir setelah terdengar pengumuman berbahasa Inggris. Barulah saya sadari suara itu berasal dari public announcement meminta para tamu hotel di Singapore ini untuk bersiap siap evakuasi karena kemungkinan ada api. Saya lari ke pintu di lantai 16 itu, tanpa apa-apa saking paniknya, beruntunglah belum sempat menjebretkan pintu dan terkunci diluar. Bayangkan kalau itu terjadi hiiyyy malunya! Saya kembali masuk kamar, sempat lari serabutan mencari baju dan dompet. Sial!
Beginilah nasibnya kalau hobi tidur telanjang, dan kurang perhatian pada tips tips keselamatan. Padahal saya adalah praktisi dan peminat masalah masalah keselamatan. Jika api dan evakuasi benar benar terjadi, mungkin waktu kritis yang terpakai untuk mencari baju, dan memakainya tidak akan menyelamatkan saya. Semenjak itu, saya berjanji, jika tidur dihotel sendirian, jangan sampai mencopot semua pakaian. Jika terjadi apa apa yang membutuhkan evakuasi, akan lebih sulit melakukannya.
Apakah Yang Paling Berharga?
Apakah yang pertama terlintas di kepala kita jika kita dihadapkan pada situasi sulit atau bencana yang memerlukan evakuasi diri? Jarang rasanya kita langsung berpikir ‘aku harus selamatkan diri’. Lebih sering yang pertama terpikir, ‘ya ampun, gimana nasib keluargaku, pacarku, binatang piaraanku, kalau aku mati…’ ‘Waduh, dompetku ketinggalan…’ ‘wah sebelum menyelamatkan diri, aku harus menyelamatkan harta benda’. Biasanya kalau pikiran pikiran seperti ini ditindaklanjuti, kita semakin lupa pada keselamatan diri.
Ini mengingatkan saya pada kebakaran sebuah gedung bank terkemuka di bilangan Thamrin, Jakarta bertahun lalu. Diceritakan ada seorang karyawan yang sebenarnya sudah selamat berada di pelataran gedung dalam proses evakuasi. Sayangnya, dia tiba tiba teringat dompet dan tas nya yang tertinggal di ruang kerjanya, dan dengan gagah berani kembali ke atas, untuk mengambil dompet tersebut. Damailah jiwanya, sang karyawan bukannya kembali ke tempat berkumpul di halaman gedung, tetapi kembali ke Yang Maha Kuasa.
Tips Mengurangi Rasa Panik
Selain lupa diri, dan lebih memikirkan orang lain atau harta benda yang mesti diselamatkan dalam keadaan emergency, ada kondisi yang lebih parah lagi. Ini terjadi bila kita menjadi panik dan terpaku, tak mampu berpikir apalagi bertindak cepat dan logis. Hal ini dipengaruhi oleh kinerja bagian otak kita yang berhubungan dengan emosi – amygdale – mengendalikan bermacam macam emosi, dimana panik adalah salah satu manifestasinya (jangan ada yang protes ya, saya bukan ahli otak nih – pembaca yang lebih ahli silakan menambahkan).
Menurut penelitian dari berbagai sumber, pada saat bagian dari amygdale kita terpicu dan aktif, hanya memerlukan 6 detik saja untuk bebas berkeliaran, dan mengejawantah dalam tindakan. Enam detik kritis tadi bisa saja merugikan kita, bila kita tak mampu mengendalikannya. Dalam hal menghadapi bencana, kuncinya adalah mengendalikan picuan amygdale, meredam rasa panik yang timbul. Panik terjadi karena ketidak-siapan mental. Bukan hal yang mudah untuk menguranginya, kecuali kalau kita terbiasa dengan latihan latihan. Apakah bentuk latihan itu?
1. Afirmasi terhadap diri sendiri.
Sering seringlah mengatakan pada diri sendiri dengan sepenuh hati, ‘nyawa dan akal sehat adalah harta paling berharga, tak ada apapun yang menggantikannya.’ Tentu keluarga dan cinta, sangat berharga, tapi kalau tak ada nyawa, bagaimana kita bisa menikmatinya. Kalau tak ada nyawa dan akal sehat, bagaimana kita bisa mempertahankan keluarga dan cinta? Hal utama adalah yang pertama, yang selanjutnya akan lebih mudah mengikuti. Bila afirmasi terhadap diri sendiri ini sudah mendarah daging, akan sangat mudah melepaskan apa yang menjadi tak penting dalam hidup kita, bila diperlukan.
2. Jadilah sutradara, dimana kita dan keluarga kita merupakan pemain utama!
Kita bisa mengajak otak untuk memikirkan scenario bencana atau insiden yang paling mungkin terjadi dalam keluarga, bekerja, sewaktu bepergian, ataupun di situasi situasi tertentu. Tulislah scenario itu bila perlu, dan rincilah bagaimana cara terbaik seharusnya menghadapi situasi tersebut. Ini bisa menjadi bagian yang paling sulit, karena biasanya keluarga kita dan kawan kawan kita sendiri yang resistan. Bisa juga kita dianggap berlebihan, dan paranoid. Sewaktu saya melakukan mental drill terhadap keluarga ibu dan bapak saya, tentang bagaimana keluar dari rumah bila ada kebakaran. Ibu saya bilang: “Ah, umur itu di tangan Tuhan, kalo aku harus mati, ya mati aja. Kalo harus lari, ya lari aja lewat pintu. Tua tua gini-gini aku juga masih sekuat kebo…” lha iya, tapi kalo daerah pintunya udah penuh api, gimana hayo!
3. Berlatih memainkan imajinasi mental untuk menghadapi bencana.
Kita bisa menggunakan scenario yang sudah kita susun dan praktekkan bersama di poin ke 2. Ada pepatah alah bisa karena biasa. Membiasakan diri berlatih memainkan imajinasi mental akan mengurangi tingkat kepanikan karena secara mental kita sudah menyiapkan diri. Misalnya dalam kasus saya di halaman atas tadi, saya seharusnya sudah bisa membayangkan, bila harus evakuasi, kemana saya akan pergi? Dimanakah arah emergency exit? Kanan? Kiri? Berapa langkahkah pintu emergency kamar hotel saya? Apakah saya akan berjalan atau merangkak, bila banyak kepulan asap?
4. Seringlah bertanya sendiri: Bagaimana Kalau?
Inilah permainan antisipasi dan improvisasi yang bisa jadi sangat mengasyikkan, bila kita sudah terbiasa. Manfaat lain bisa di dapat, karena latihan ini seperti mengasah kepekaan dan kesiapan kita menghadapi sesuatu yang tidak terduga dalam hidup kita. Contoh kecil saat kita akan memasang lampu, dan saking malesnya kita menyeret saja kursi seadanya, bukannya mengambil tangga yang letaknya di bagian belakang rumah. Toh kursinya cukup tinggi. Bila ini yang terjadi, berhentilah sejenak, dan tanya diri: ‘bagaimana kalau saya terpeleset, soalnya dengan kursi ini saya akan harus berjinjit.’ Jawablah juga dengan jujur, misalnya: ‘mungkin tak apa apa, kaki saya kuat kok. Tapi mungkin saja terpeleset, dan kepala saya terbentur, atau kaki saya patah. Ongkos dokter lebih mahal dari pada waktu dan usaha saya mengambil tangga yang lebih aman…’ Silakan menciptakan contoh contoh lainnya…
5. Jadilah pemerhati yang teliti:
Kalau kita sudah terbiasa dengan poin 1-4, pasti akan sangat mudah menjadi pemerhati yang teliti terhadap situasi di sekitar kita, dan mainkan mental imaging jika kita ada di tengah tengah situasi itu. Contoh yang paling gampang: berapa banyak dari kita yang mengecek lokasi exit emergency pada saat kita berkunjung ke gedung tinggi, kantor atau mall? Hayo, tunjuk tangan! Pasti banyak. Apalagi perempuan seperti saya yang hobby window shopping, alih alih mengecek lokasi exit, -emangnya kita pegawai maintenance disana apa – yang pertama kita cek adalah tulisan SALE gede-gede, dan display manekin dan barang barang yang cantik… wuiss, sudahlah ileran duluan, boro boro ingat exit…
6. Pelajarilah hal hal teknis mengenai potensi bahaya, dan bagaimana menanggulanginya.
Nah, jika mental kita sudah siap, dan pikiran kita sudah terbuka akan pentingnya berprinsip keselamatan adalah yang hal utama, inilah saatnya membelajari hal hal yang keras. Hardwarenya. Soalnya, percuma juga tahu hal hal teknis, bila pikiran kita dan mental kita tidak siap. Serangan panik bisa datang kapan saja…Siapkan apa apa yang perlu diketahui di rumah, misalnya cara aman untuk membongkar barang listrik, cara menggunakan fire extinguisher, bahan bahan makanan atau kimiawi yang membuat kita alergi, dan lain lainnya.
Kalau kita sudah melakukan apa yang perlu dari semua poin diatas, dijamin deh serangan panik dalam keadaan emergency bisa dikurangi. Saya akhiri dengan sebuah cerita yang pernah saya baca, sayang sumbernya lupa – jika ada pembaca yang tahu, silakan di KOLOM KOMENTAR
Di sebuah warehouse luas untuk menyimpan bahan makanan yang berpendingin dan bersuhu sangat rendah, seorang pegawai yang tengah memeriksa stok makanan, terkunci di dalamnya. Sayangnya tak ada media baginya untuk menghubungi dunia luar memberitahu bahwa dia terkunci disana. Satu-satunya kesempatan adalah menunggu sampai keesokan hari. Siapa yang bisa menunggu sampai esok hari di tempat seperti kulkas raksasa begitu? Ketika ditemukan, si pegawai sudah tak bernyawa, tubuhnya meringkuk seperti menahan kedinginan. Ironisnya, pada hari dimana dia terkunci, pendingin di ruang tersebut bermasalah, dan suhunya tidak dingin seperti di kulkas. Nah lho! Mungkinkah, karena panik dan merasa tak ada harapan, si pegawai menutup semua kemungkinan harapan dari benaknya, dan membiarkan nyawanya melayang tanpa melawan?
Begitulah otopsi menyebutkan sebab kematian. Entahlah, but never underestimate the power of mind, my friends…
Saya meloncat terbangun dengan dada berdegup kencang. Bingung. Ada dimana saya? Tak sepotongpun pakaian melekat di tubuh. Saya merasa sendiri, tapi suara yang cukup keras itu membangunkan saya. Pikiran saya yang masih bingung karena terbangun kaget, mereka reka, kenapa ada suara cowok? Berbahasa India pula. Perasaan sih saya belum pernah ke India? Perasaan waktu berangkat tidur tadi saya sendirian? Tak lama sang lelaki berbahasa Mandarin terdengar. Lho kok?
Kebingungan saya baru berakhir setelah terdengar pengumuman berbahasa Inggris. Barulah saya sadari suara itu berasal dari public announcement meminta para tamu hotel di Singapore ini untuk bersiap siap evakuasi karena kemungkinan ada api. Saya lari ke pintu di lantai 16 itu, tanpa apa-apa saking paniknya, beruntunglah belum sempat menjebretkan pintu dan terkunci diluar. Bayangkan kalau itu terjadi hiiyyy malunya! Saya kembali masuk kamar, sempat lari serabutan mencari baju dan dompet. Sial!
Beginilah nasibnya kalau hobi tidur telanjang, dan kurang perhatian pada tips tips keselamatan. Padahal saya adalah praktisi dan peminat masalah masalah keselamatan. Jika api dan evakuasi benar benar terjadi, mungkin waktu kritis yang terpakai untuk mencari baju, dan memakainya tidak akan menyelamatkan saya. Semenjak itu, saya berjanji, jika tidur dihotel sendirian, jangan sampai mencopot semua pakaian. Jika terjadi apa apa yang membutuhkan evakuasi, akan lebih sulit melakukannya.
Apakah Yang Paling Berharga?
Apakah yang pertama terlintas di kepala kita jika kita dihadapkan pada situasi sulit atau bencana yang memerlukan evakuasi diri? Jarang rasanya kita langsung berpikir ‘aku harus selamatkan diri’. Lebih sering yang pertama terpikir, ‘ya ampun, gimana nasib keluargaku, pacarku, binatang piaraanku, kalau aku mati…’ ‘Waduh, dompetku ketinggalan…’ ‘wah sebelum menyelamatkan diri, aku harus menyelamatkan harta benda’. Biasanya kalau pikiran pikiran seperti ini ditindaklanjuti, kita semakin lupa pada keselamatan diri.
Ini mengingatkan saya pada kebakaran sebuah gedung bank terkemuka di bilangan Thamrin, Jakarta bertahun lalu. Diceritakan ada seorang karyawan yang sebenarnya sudah selamat berada di pelataran gedung dalam proses evakuasi. Sayangnya, dia tiba tiba teringat dompet dan tas nya yang tertinggal di ruang kerjanya, dan dengan gagah berani kembali ke atas, untuk mengambil dompet tersebut. Damailah jiwanya, sang karyawan bukannya kembali ke tempat berkumpul di halaman gedung, tetapi kembali ke Yang Maha Kuasa.
Tips Mengurangi Rasa Panik
Selain lupa diri, dan lebih memikirkan orang lain atau harta benda yang mesti diselamatkan dalam keadaan emergency, ada kondisi yang lebih parah lagi. Ini terjadi bila kita menjadi panik dan terpaku, tak mampu berpikir apalagi bertindak cepat dan logis. Hal ini dipengaruhi oleh kinerja bagian otak kita yang berhubungan dengan emosi – amygdale – mengendalikan bermacam macam emosi, dimana panik adalah salah satu manifestasinya (jangan ada yang protes ya, saya bukan ahli otak nih – pembaca yang lebih ahli silakan menambahkan).
Menurut penelitian dari berbagai sumber, pada saat bagian dari amygdale kita terpicu dan aktif, hanya memerlukan 6 detik saja untuk bebas berkeliaran, dan mengejawantah dalam tindakan. Enam detik kritis tadi bisa saja merugikan kita, bila kita tak mampu mengendalikannya. Dalam hal menghadapi bencana, kuncinya adalah mengendalikan picuan amygdale, meredam rasa panik yang timbul. Panik terjadi karena ketidak-siapan mental. Bukan hal yang mudah untuk menguranginya, kecuali kalau kita terbiasa dengan latihan latihan. Apakah bentuk latihan itu?
1. Afirmasi terhadap diri sendiri.
Sering seringlah mengatakan pada diri sendiri dengan sepenuh hati, ‘nyawa dan akal sehat adalah harta paling berharga, tak ada apapun yang menggantikannya.’ Tentu keluarga dan cinta, sangat berharga, tapi kalau tak ada nyawa, bagaimana kita bisa menikmatinya. Kalau tak ada nyawa dan akal sehat, bagaimana kita bisa mempertahankan keluarga dan cinta? Hal utama adalah yang pertama, yang selanjutnya akan lebih mudah mengikuti. Bila afirmasi terhadap diri sendiri ini sudah mendarah daging, akan sangat mudah melepaskan apa yang menjadi tak penting dalam hidup kita, bila diperlukan.
2. Jadilah sutradara, dimana kita dan keluarga kita merupakan pemain utama!
Kita bisa mengajak otak untuk memikirkan scenario bencana atau insiden yang paling mungkin terjadi dalam keluarga, bekerja, sewaktu bepergian, ataupun di situasi situasi tertentu. Tulislah scenario itu bila perlu, dan rincilah bagaimana cara terbaik seharusnya menghadapi situasi tersebut. Ini bisa menjadi bagian yang paling sulit, karena biasanya keluarga kita dan kawan kawan kita sendiri yang resistan. Bisa juga kita dianggap berlebihan, dan paranoid. Sewaktu saya melakukan mental drill terhadap keluarga ibu dan bapak saya, tentang bagaimana keluar dari rumah bila ada kebakaran. Ibu saya bilang: “Ah, umur itu di tangan Tuhan, kalo aku harus mati, ya mati aja. Kalo harus lari, ya lari aja lewat pintu. Tua tua gini-gini aku juga masih sekuat kebo…” lha iya, tapi kalo daerah pintunya udah penuh api, gimana hayo!
3. Berlatih memainkan imajinasi mental untuk menghadapi bencana.
Kita bisa menggunakan scenario yang sudah kita susun dan praktekkan bersama di poin ke 2. Ada pepatah alah bisa karena biasa. Membiasakan diri berlatih memainkan imajinasi mental akan mengurangi tingkat kepanikan karena secara mental kita sudah menyiapkan diri. Misalnya dalam kasus saya di halaman atas tadi, saya seharusnya sudah bisa membayangkan, bila harus evakuasi, kemana saya akan pergi? Dimanakah arah emergency exit? Kanan? Kiri? Berapa langkahkah pintu emergency kamar hotel saya? Apakah saya akan berjalan atau merangkak, bila banyak kepulan asap?
4. Seringlah bertanya sendiri: Bagaimana Kalau?
Inilah permainan antisipasi dan improvisasi yang bisa jadi sangat mengasyikkan, bila kita sudah terbiasa. Manfaat lain bisa di dapat, karena latihan ini seperti mengasah kepekaan dan kesiapan kita menghadapi sesuatu yang tidak terduga dalam hidup kita. Contoh kecil saat kita akan memasang lampu, dan saking malesnya kita menyeret saja kursi seadanya, bukannya mengambil tangga yang letaknya di bagian belakang rumah. Toh kursinya cukup tinggi. Bila ini yang terjadi, berhentilah sejenak, dan tanya diri: ‘bagaimana kalau saya terpeleset, soalnya dengan kursi ini saya akan harus berjinjit.’ Jawablah juga dengan jujur, misalnya: ‘mungkin tak apa apa, kaki saya kuat kok. Tapi mungkin saja terpeleset, dan kepala saya terbentur, atau kaki saya patah. Ongkos dokter lebih mahal dari pada waktu dan usaha saya mengambil tangga yang lebih aman…’ Silakan menciptakan contoh contoh lainnya…
5. Jadilah pemerhati yang teliti:
Kalau kita sudah terbiasa dengan poin 1-4, pasti akan sangat mudah menjadi pemerhati yang teliti terhadap situasi di sekitar kita, dan mainkan mental imaging jika kita ada di tengah tengah situasi itu. Contoh yang paling gampang: berapa banyak dari kita yang mengecek lokasi exit emergency pada saat kita berkunjung ke gedung tinggi, kantor atau mall? Hayo, tunjuk tangan! Pasti banyak. Apalagi perempuan seperti saya yang hobby window shopping, alih alih mengecek lokasi exit, -emangnya kita pegawai maintenance disana apa – yang pertama kita cek adalah tulisan SALE gede-gede, dan display manekin dan barang barang yang cantik… wuiss, sudahlah ileran duluan, boro boro ingat exit…
6. Pelajarilah hal hal teknis mengenai potensi bahaya, dan bagaimana menanggulanginya.
Nah, jika mental kita sudah siap, dan pikiran kita sudah terbuka akan pentingnya berprinsip keselamatan adalah yang hal utama, inilah saatnya membelajari hal hal yang keras. Hardwarenya. Soalnya, percuma juga tahu hal hal teknis, bila pikiran kita dan mental kita tidak siap. Serangan panik bisa datang kapan saja…Siapkan apa apa yang perlu diketahui di rumah, misalnya cara aman untuk membongkar barang listrik, cara menggunakan fire extinguisher, bahan bahan makanan atau kimiawi yang membuat kita alergi, dan lain lainnya.
Kalau kita sudah melakukan apa yang perlu dari semua poin diatas, dijamin deh serangan panik dalam keadaan emergency bisa dikurangi. Saya akhiri dengan sebuah cerita yang pernah saya baca, sayang sumbernya lupa – jika ada pembaca yang tahu, silakan di KOLOM KOMENTAR
Di sebuah warehouse luas untuk menyimpan bahan makanan yang berpendingin dan bersuhu sangat rendah, seorang pegawai yang tengah memeriksa stok makanan, terkunci di dalamnya. Sayangnya tak ada media baginya untuk menghubungi dunia luar memberitahu bahwa dia terkunci disana. Satu-satunya kesempatan adalah menunggu sampai keesokan hari. Siapa yang bisa menunggu sampai esok hari di tempat seperti kulkas raksasa begitu? Ketika ditemukan, si pegawai sudah tak bernyawa, tubuhnya meringkuk seperti menahan kedinginan. Ironisnya, pada hari dimana dia terkunci, pendingin di ruang tersebut bermasalah, dan suhunya tidak dingin seperti di kulkas. Nah lho! Mungkinkah, karena panik dan merasa tak ada harapan, si pegawai menutup semua kemungkinan harapan dari benaknya, dan membiarkan nyawanya melayang tanpa melawan?
Begitulah otopsi menyebutkan sebab kematian. Entahlah, but never underestimate the power of mind, my friends…
Curahan Hati Si Emas Bening
http://community.kompas.com/read/artikel/2574
Kecil disayang. Besar ditendang. Butuh disayang, tak butuh dibuang. Itulah nasibku. Seperti Si Abang dalam lagu penyanyi kondang Lusi AB Three. “Ada uang Abang Sayang. Tak Ada Uang Abang Kutendang.” Bedanya, aku bukan abang-abang. Dan aku tak ada uang. Tapi aku bernilai lebih dari pada sekedar uang. Setiap bulan ibu dan bapak rumah tangga pasti membeliku lewat PAM.
Untuk para pebisnis, akulah si Emas Cair Bening. Hargaku lebih mahal dari bensin. Sebotol 500 ml diriku bisa berharga 2 ribu perak sampai puluhan ribu, tergantung namaku Agua, Aqua, Avian atau Perrier. Juga tergantung di mana aku ditemukan, di tangan para pedagang kaki lima atau di restoran dan hotel mewah.
Para ahli kesehatan menyebutku mu’jizat. Aku di puja puja semua orang. Aku ada di 99% tubuh manusia. Lebih dari 2/3 permukaan bumi diliputi aku, meskipun sebagian besarnya tak dapat digunakan manusia, karena kotor, payau, atau beracun. Aku sebagai si Bersih, cuma ada sekian persen saja di perut ibu bumi.
Di restoran, kantor, rumah, bahkan di jalanan, aku sudah menjadi Indonesian Idol. Setiap pagi semua orang mencari ku untuk di minum.. Aku juga membantu orang mandi, berwudhu, membasuh bagian terpenting badan mereka, dan membersihkan gigi dari jengkol dan sambal terasi sisa makan siang mereka. Di rumah-rumah, aku juga menjadi favorit, kalau aku bersih, kecil dan tidak membahayakan. Anak anak suka bermain denganku. Apalagi orang dewasa…
Kata pakar data statistik di negeri makmur sohor Amerika, Setiap hari nya, menurut data AWWA (American Water Works Association), setiap rumah tangga sederhana saja menghabiskan air bersih sebanyak 69.3 galon. Dan angka ini adalah potret penggunaan sederhana seperti mandi, mencuci baju dan piring, toilet, minum, siram pot tanaman (bukan taman/kebun), kebocoran keran air, memasak dan kebutuhan minor lainnya. Mungkin jika di Indonesia, angka ini lebih kecil. Tapi tetap saja signifikan.
Menurut Circle of Blue, organisasi yang peduli terhadap krisis air, dan UNESCO, badan dunia yang mengurus sains, edukasi dan budaya, dari 100% air di permukaan bumi, hanya 2,5% nya merupakan air bersih. Itupun hanya 0.3% dari 2,5 % tadi yang dapat diakses dan dinikmati oleh manusia.
Yang menarik, dari semua penggunaan dasar tadi, konsumsi diriku, air, terbanyak adalah untuk toilet, sebanyak 27%. Yang kedua terbanyak adalah untuk mencuci baju. Bahkan banyaknya konsumsi air untuk mandi hampir sebanding dengan banyaknya air terbuang karena kebocoran keran dan pipa.
Mungkin diantara Anda pembaca akan berkilah. “Jaka Sembung ketemu suku Asmat. Infonya enggak nyambung-nyambung amat…” Itu kan statistik Amrik apa hubungannya sama penggunaan domestik air di Indonesia? Yah maklumlah, susah cari data kongkrit statistik penggunaan air bersih rumah tangga di Indonesia.
Sebagai ilustrasi, kiranya cukuplah gambaran penggunaan diriku itu di sebuah rumah tangga. Yang jelas, hidupku lebih sering terombang ambing. Kadang di suka kadang di benci.
Sebagai ilustrasi, bila semua air di muka bumi ini bisa di masukkan dalam 100 buah gelas, maka hanya sepertiga dari segelas air saja yang bisa diakses dan digunakan oleh manusia. Herannya, dengan langkanya aku si bersih, orang masih saja mensia-siakan aku.
Kata manusia, yang konon mahluk Tuhan yang tercipta, yang paling pintar di seluruh jagat, aku penyebab banyak kejadian seperti banjir, jalan macet, atap bocor, bisnis surut . Banyak manusia menyalahkan ku karena menyebabkan banyak dari mereka kehilangan bisnis, harta berharga, tempat tinggal, dan kenyamanan. Apalagi datangku dalam bentuk hujan dan bah sering datang tak diundang. Hah, siapa bilang tak diundang?
Mahluk Tuhan yang mengaku paling pintar itu sebenarnya idiot! Tapi sok dan narsis abisss -meminjam istilah anak muda sekarang. Mereka sebenarnya sering mengundangku sebagai Si Kotor secara diam diam, tanpa mereka sadari. Kelakuan mereka itu lho! Pelan-pelan, sebenarnya mereka sedang melakukan usaha bunuh diri kolektif. Mereka menutup banyak permukaan bumi dengan bedak semen dan gedung yang sama sekali berbeda dengan bedak Revlon, memaksaku si Air Bersih untuk bergabung dengan air laut. Mereka membuang sampah tanpa rasa bersalah. Dan melakukan banyak perusakan lingkungan, termasuk memakai aku si Bersih secara jor-joran.
Ya. Aku disia-siakan, seperti istri yang disia-siakan suami berhubung ada WIL (Wanita Idaman Lain). Mentang-mentang nilaiku sebagai komoditi tak seindah berlian. Lihat saja sebagian orang masih melakukan praktek-praktek cuek. Mencuci tangan dan wajah dan bagian tubuh rahasia, dan alat-alat makan mereka seperti sedang mencuci kerbau dekil berlumpur yang memerlukan bertangki tangki air. Membiarkan aku mengalir merana sia-sia dari keran pada saat mereka nongkrong melamun sambil menunggu keluarnya ampas makan siang, menyikat gigi sambil ngobrol dengan temannya, atau sambil memencet jerawatnya dan bersenandung.
Kalau saja aku bisa bicara, aku pasti akan menjerit. STOP! Gunakan aku sewajarnya! Aku tahu ada diantara kalian para manusia akan berkilah. Ah rese’ deh lo! Duit-duit gue, air-air gue, hidup-hidup gue …
Tapi bayangkan kalau jutaan manusia berpola pikir dan berperilaku egois seperti ini, dari setetes bisa jadi se-ember. Dari se-ember bisa se-kolam… Perlahan, aku akan bernasib seperti badak Sumatra yang sebentar lagi akan tinggal nama. Kalau sudah begitu, musnah jugalah manusia…
Setiap orang bisa membantu menyelamatkanku, mencegahku untuk menjadi komoditi langka menyaingi langkanya orang jujur di republik ini, demi kelangsungan hidup mereka sendiri. Jurus sakti 13 untuk prinsip hemat air: dari setetes jadi se-ember
1. Hormati keberadaanku. Habiskan aku pada saat kau minum, baik di gelas maupun di tempat minum. Bila tidak mudah menghabiskan, buanglah di tempat yang bisa memanfaatkan sisa air tersebut, misalnya untuk menyiram tanaman.
2. Tempatkan aku di ember pada saat kau berwudhu atau mencuci tangan dan wajah, supaya sisa ku tidak kemana-mana. Aku masih bisa digunakan kok, misalnya untuk menyiram tanaman. Memang sih tak praktis, tapi bisa membantu menghemat penggunaanku dan menurunkan biaya tagihan PAM.
3. Gunakan air sisa bilasan terakhir cucian rumah tangga untuk mencuci bagian teras atau carport yang kotor.
4. Buat penadang air hujan yang bisa di pakai kembali untuk menyiram tanaman atau membersihkan barang-barang
5. Gunakan aku sewajarnya. Berhentilah membuatku mengalir sia-sia. Buka kran air hanya pada saat kau memerlukannya, dan tutup keran dengan seksama sehingga tak ada air menetes sia-sia.
6. Pastikan semua kran bebas bocor. Kran yang bocor menimbulkan tiga masalah. Air terbuang sia-sia. Rekening tagihan PAM melonjak, dan Anda rugi membayar sesuatu yang tidak anda gunakan.
7. Buatlah lubang biofor atau sumur serapan air di halaman rumah. Ini akan membantu keberlangsungan keberadaanku untuk mu.
8. Hindari menyiram toilet berlebihan bilamana tak diperlukan. Kalau sisa makan sudah tak terlihat, jangan menjadi paranoid dan terus menyiramkan aku. Aku akan terbuang sia-sia.
9. Mandikan tanaman dengan sisa bilasan terakhir cucian yang tidak mengandung bahan kimia. Usahakan memandikan tanaman pagi hari sebelum panas terik, supaya hemat air, karena tidak cepat menguap ke udara panas, tetapi menyerap ke tumbuhan dan akar.
10. Usahakan mengurangi waktu atau jatah air mandi Anda. Mandi dengan air banyak dan intensitas waktu lebih, tidak selalu berbanding lurus dengan hasil bersih.
11. Jangan membiarkan aku mengalir dari keran waktu Anda sikat gigi, cuci muka ataupun bercukur. Bukalah keran hanya waktu Anda siap menggunakannya. Keran air yang terbuka selama 1 menit akan membuang percuma 4 galon air, sama nilainya dengan membuang uang sebesar rp. 40.000 jika 1 galon aqua berharga rp. 10.000. Tidak percaya? Coba saja sendiri, eh jangan dong, itu namanya konyol!
12. Biarkan aku tinggal di sekitarmu. Jangan tutup semua permukaan ibu bumi dengan blok blok semen. Jika masih ada tanah, aku masih bisa bersembunyi di sana dan memberikanmu kehidupan.
13. Buatlah inspeksi rumah Anda, dimana semua anggota keluarga terlibat mencari adanya kerusakan dan kebocoran yang mengakibatkan penghamburan sumber daya sia-sia. Gantilah segera jika kran dan pipa di rumah Anda bocor. Betulkan yang rusak untuk mencegah kerugian lebih besar, jangan tunggu tanggal gajian. Kalau perlu, ngutang dan nge-bon dulu di toko tetanggga.
Ajaklah keluarga Anda, tetangga Anda, teman-teman Anda untuk lebih menghargai aku dan mepraktekkan gaya hidup trendy hebat hemat bersahabat dengan alam.
Kecil disayang. Besar ditendang. Butuh disayang, tak butuh dibuang. Itulah nasibku. Seperti Si Abang dalam lagu penyanyi kondang Lusi AB Three. “Ada uang Abang Sayang. Tak Ada Uang Abang Kutendang.” Bedanya, aku bukan abang-abang. Dan aku tak ada uang. Tapi aku bernilai lebih dari pada sekedar uang. Setiap bulan ibu dan bapak rumah tangga pasti membeliku lewat PAM.
Untuk para pebisnis, akulah si Emas Cair Bening. Hargaku lebih mahal dari bensin. Sebotol 500 ml diriku bisa berharga 2 ribu perak sampai puluhan ribu, tergantung namaku Agua, Aqua, Avian atau Perrier. Juga tergantung di mana aku ditemukan, di tangan para pedagang kaki lima atau di restoran dan hotel mewah.
Para ahli kesehatan menyebutku mu’jizat. Aku di puja puja semua orang. Aku ada di 99% tubuh manusia. Lebih dari 2/3 permukaan bumi diliputi aku, meskipun sebagian besarnya tak dapat digunakan manusia, karena kotor, payau, atau beracun. Aku sebagai si Bersih, cuma ada sekian persen saja di perut ibu bumi.
Di restoran, kantor, rumah, bahkan di jalanan, aku sudah menjadi Indonesian Idol. Setiap pagi semua orang mencari ku untuk di minum.. Aku juga membantu orang mandi, berwudhu, membasuh bagian terpenting badan mereka, dan membersihkan gigi dari jengkol dan sambal terasi sisa makan siang mereka. Di rumah-rumah, aku juga menjadi favorit, kalau aku bersih, kecil dan tidak membahayakan. Anak anak suka bermain denganku. Apalagi orang dewasa…
Kata pakar data statistik di negeri makmur sohor Amerika, Setiap hari nya, menurut data AWWA (American Water Works Association), setiap rumah tangga sederhana saja menghabiskan air bersih sebanyak 69.3 galon. Dan angka ini adalah potret penggunaan sederhana seperti mandi, mencuci baju dan piring, toilet, minum, siram pot tanaman (bukan taman/kebun), kebocoran keran air, memasak dan kebutuhan minor lainnya. Mungkin jika di Indonesia, angka ini lebih kecil. Tapi tetap saja signifikan.
Menurut Circle of Blue, organisasi yang peduli terhadap krisis air, dan UNESCO, badan dunia yang mengurus sains, edukasi dan budaya, dari 100% air di permukaan bumi, hanya 2,5% nya merupakan air bersih. Itupun hanya 0.3% dari 2,5 % tadi yang dapat diakses dan dinikmati oleh manusia.
Yang menarik, dari semua penggunaan dasar tadi, konsumsi diriku, air, terbanyak adalah untuk toilet, sebanyak 27%. Yang kedua terbanyak adalah untuk mencuci baju. Bahkan banyaknya konsumsi air untuk mandi hampir sebanding dengan banyaknya air terbuang karena kebocoran keran dan pipa.
Mungkin diantara Anda pembaca akan berkilah. “Jaka Sembung ketemu suku Asmat. Infonya enggak nyambung-nyambung amat…” Itu kan statistik Amrik apa hubungannya sama penggunaan domestik air di Indonesia? Yah maklumlah, susah cari data kongkrit statistik penggunaan air bersih rumah tangga di Indonesia.
Sebagai ilustrasi, kiranya cukuplah gambaran penggunaan diriku itu di sebuah rumah tangga. Yang jelas, hidupku lebih sering terombang ambing. Kadang di suka kadang di benci.
Sebagai ilustrasi, bila semua air di muka bumi ini bisa di masukkan dalam 100 buah gelas, maka hanya sepertiga dari segelas air saja yang bisa diakses dan digunakan oleh manusia. Herannya, dengan langkanya aku si bersih, orang masih saja mensia-siakan aku.
Kata manusia, yang konon mahluk Tuhan yang tercipta, yang paling pintar di seluruh jagat, aku penyebab banyak kejadian seperti banjir, jalan macet, atap bocor, bisnis surut . Banyak manusia menyalahkan ku karena menyebabkan banyak dari mereka kehilangan bisnis, harta berharga, tempat tinggal, dan kenyamanan. Apalagi datangku dalam bentuk hujan dan bah sering datang tak diundang. Hah, siapa bilang tak diundang?
Mahluk Tuhan yang mengaku paling pintar itu sebenarnya idiot! Tapi sok dan narsis abisss -meminjam istilah anak muda sekarang. Mereka sebenarnya sering mengundangku sebagai Si Kotor secara diam diam, tanpa mereka sadari. Kelakuan mereka itu lho! Pelan-pelan, sebenarnya mereka sedang melakukan usaha bunuh diri kolektif. Mereka menutup banyak permukaan bumi dengan bedak semen dan gedung yang sama sekali berbeda dengan bedak Revlon, memaksaku si Air Bersih untuk bergabung dengan air laut. Mereka membuang sampah tanpa rasa bersalah. Dan melakukan banyak perusakan lingkungan, termasuk memakai aku si Bersih secara jor-joran.
Ya. Aku disia-siakan, seperti istri yang disia-siakan suami berhubung ada WIL (Wanita Idaman Lain). Mentang-mentang nilaiku sebagai komoditi tak seindah berlian. Lihat saja sebagian orang masih melakukan praktek-praktek cuek. Mencuci tangan dan wajah dan bagian tubuh rahasia, dan alat-alat makan mereka seperti sedang mencuci kerbau dekil berlumpur yang memerlukan bertangki tangki air. Membiarkan aku mengalir merana sia-sia dari keran pada saat mereka nongkrong melamun sambil menunggu keluarnya ampas makan siang, menyikat gigi sambil ngobrol dengan temannya, atau sambil memencet jerawatnya dan bersenandung.
Kalau saja aku bisa bicara, aku pasti akan menjerit. STOP! Gunakan aku sewajarnya! Aku tahu ada diantara kalian para manusia akan berkilah. Ah rese’ deh lo! Duit-duit gue, air-air gue, hidup-hidup gue …
Tapi bayangkan kalau jutaan manusia berpola pikir dan berperilaku egois seperti ini, dari setetes bisa jadi se-ember. Dari se-ember bisa se-kolam… Perlahan, aku akan bernasib seperti badak Sumatra yang sebentar lagi akan tinggal nama. Kalau sudah begitu, musnah jugalah manusia…
Setiap orang bisa membantu menyelamatkanku, mencegahku untuk menjadi komoditi langka menyaingi langkanya orang jujur di republik ini, demi kelangsungan hidup mereka sendiri. Jurus sakti 13 untuk prinsip hemat air: dari setetes jadi se-ember
1. Hormati keberadaanku. Habiskan aku pada saat kau minum, baik di gelas maupun di tempat minum. Bila tidak mudah menghabiskan, buanglah di tempat yang bisa memanfaatkan sisa air tersebut, misalnya untuk menyiram tanaman.
2. Tempatkan aku di ember pada saat kau berwudhu atau mencuci tangan dan wajah, supaya sisa ku tidak kemana-mana. Aku masih bisa digunakan kok, misalnya untuk menyiram tanaman. Memang sih tak praktis, tapi bisa membantu menghemat penggunaanku dan menurunkan biaya tagihan PAM.
3. Gunakan air sisa bilasan terakhir cucian rumah tangga untuk mencuci bagian teras atau carport yang kotor.
4. Buat penadang air hujan yang bisa di pakai kembali untuk menyiram tanaman atau membersihkan barang-barang
5. Gunakan aku sewajarnya. Berhentilah membuatku mengalir sia-sia. Buka kran air hanya pada saat kau memerlukannya, dan tutup keran dengan seksama sehingga tak ada air menetes sia-sia.
6. Pastikan semua kran bebas bocor. Kran yang bocor menimbulkan tiga masalah. Air terbuang sia-sia. Rekening tagihan PAM melonjak, dan Anda rugi membayar sesuatu yang tidak anda gunakan.
7. Buatlah lubang biofor atau sumur serapan air di halaman rumah. Ini akan membantu keberlangsungan keberadaanku untuk mu.
8. Hindari menyiram toilet berlebihan bilamana tak diperlukan. Kalau sisa makan sudah tak terlihat, jangan menjadi paranoid dan terus menyiramkan aku. Aku akan terbuang sia-sia.
9. Mandikan tanaman dengan sisa bilasan terakhir cucian yang tidak mengandung bahan kimia. Usahakan memandikan tanaman pagi hari sebelum panas terik, supaya hemat air, karena tidak cepat menguap ke udara panas, tetapi menyerap ke tumbuhan dan akar.
10. Usahakan mengurangi waktu atau jatah air mandi Anda. Mandi dengan air banyak dan intensitas waktu lebih, tidak selalu berbanding lurus dengan hasil bersih.
11. Jangan membiarkan aku mengalir dari keran waktu Anda sikat gigi, cuci muka ataupun bercukur. Bukalah keran hanya waktu Anda siap menggunakannya. Keran air yang terbuka selama 1 menit akan membuang percuma 4 galon air, sama nilainya dengan membuang uang sebesar rp. 40.000 jika 1 galon aqua berharga rp. 10.000. Tidak percaya? Coba saja sendiri, eh jangan dong, itu namanya konyol!
12. Biarkan aku tinggal di sekitarmu. Jangan tutup semua permukaan ibu bumi dengan blok blok semen. Jika masih ada tanah, aku masih bisa bersembunyi di sana dan memberikanmu kehidupan.
13. Buatlah inspeksi rumah Anda, dimana semua anggota keluarga terlibat mencari adanya kerusakan dan kebocoran yang mengakibatkan penghamburan sumber daya sia-sia. Gantilah segera jika kran dan pipa di rumah Anda bocor. Betulkan yang rusak untuk mencegah kerugian lebih besar, jangan tunggu tanggal gajian. Kalau perlu, ngutang dan nge-bon dulu di toko tetanggga.
Ajaklah keluarga Anda, tetangga Anda, teman-teman Anda untuk lebih menghargai aku dan mepraktekkan gaya hidup trendy hebat hemat bersahabat dengan alam.
Penumpang dari Neraka
Tulisan yang sama dimuat di:
http://community.kompas.com/read/artikel/2289
Pesawat baru saja mendarat. Lampu Tanda gambar kencangkan sabuk pengaman kursi di atas masih menyala. Suasana sepi, kecuali bunyi pesawat yang perlahan mereda. Tiba tiba suara kapten yang empuk terdengar: “Cabin Crew…” rupanya memanggil semua anggota kabin (pramugara dan pramugari ) pesawat untuk mempersiapkan penumpang keluar pesawat. Lampu bergambar tali pengaman masih menyala beberapa saat lagi. Tapi entah salah dengar, entah para penumpang pesawat merasa merekalah para pramugara dan pramugari, mereka serentak berdiri, tanpa mempedulikan sebenarnya belum waktunya untuk melepaskan sabuk pengaman dan berdiri…
Kelakuan sembrono seperti ini bukan satu satunya yang terjadi menjelang naik pesawat, di pesawat, maupun ketika turun. Banyak hal norak yang dilakukan para penumpang tanpa mengindahkan keselamatan, ketertiban dan etika publik.
Bepergian dengan pesawat masih di anggap sebagai kemewahan. Siapa yang bisa menikmati kemewahan? Orang orang yang secara materi mampu, yang tentu saja seharusnya juga mampu membayar untuk menjadi terdidik. Tetapi kebanyakan dari sikap mereka di pesawat, tidak mencerminkan intelektual, etika dan pertimbangan keselamatan.
Antri dong!
Mari kita mulai dengan antrian masuk. Sebelum masuk pesawat, biasanya terdengarlah suara merdu pengumuman yang meminta para penumpang dengan nomer duduk tertentu untuk masuk pesawat terlebih dahulu. Tentu saja ada alasannya. Para penumpang bisnis tentu karena mereka membayar lebih. Para penumpang dengan nomer duduk besar biasanya terletak paling belakang dekat ekor pesawat. Logis kan, kalau mereka di panggil duluan? Yang repotnya, penumpang bernomor kecil juga ngotot ikut masuk, tak peduli dan mendadak linglung dengan bunyi pengumuman. Yang terjadi adalah kemacetan yang tak perlu dimana penumpang yang akan ke kursi belakang mesti menunggu penumpang garis tengah atau depan bebenah peralatan lenong mereka. Efficiency waktu terganggu secara tidak perlu.
Hand phone
Kecintaan kita pada satu barang itu memang rada rada mengerikan. Kelakuan kita sebagai penumpang pesawat bisa sangat keterlaluan dalam hal handphone, pda, blackberry dan semua gadget yang berhubungan dengan komunikasi. Jelas jelas sudah ada pengumuman “…matikan seluruh alat komunikasi Anda karena dapat mengganggu…”, eh kelihatannya para pengguna ini mendadak jadi tuli tak mengindahkan pengumuman, padahal kedengarannya pembicaraan tak penting deh. “Iya nih say, pesawatnya udah mau take off…” “Kalo ada yang cari bilangin aku lagi ke luar negeri ya!” Mana tahaaan.. kalau sudah begitu saya sering geregetan dan menghayal menjadi pramugari yang kasih announcement. Pasti saya akan bilang: “helo para penumpang, pasti ngerti dong, kalo saya bilang mati-in handphone nya, ya mati-in dong. Gak usah belagak pilon!”.
Kelakuan kita sebagai penumpang juga begitu waktu pesawat mendarat. Baru aja ban pesawat menyentuh tanah, eh udah banyak kedengeran suara tatat tutut, musik, dan klak klik orang membuka handphone dan pda nya. Maksudnya apa sih? Memangnya gatel apa ya kalau nunggu sampai keluar dari pesawat untuk menelpon?
Keselamatan
Mengakulah. Berapa banyak dari Anda yang memperhatikan pengumuman cara-cara keselamatan di pesawat? Paling banter Anda yang baru pertama kali naik pesawat. Atau para lelaki yang senang melihat peragaan keselamatan dari para pramugari cantik, tapi tak ingat apa isi peragaannya. Selebihnya mungkin akan berkata, ‘ah udah tahu kok. Ini kan bukan pertama kalinya aku naik pesawat’. Ya, memang sih, kalau Anda keseringan naik pesawat, mungkin Anda bosan dengan pengumuman yang itu lagi itu lagi. Maskapai penerbangan yang funky seperti Virgin Atlantic punya cara cara yang jitu dan tak biasa untuk membuat penumpangnya menaruh perhatian terhadap pengumuman keselamatan di awal penerbangan. Tapi kalaupun tak ada yang seperti Virgin Atlantic, nikmati saja dan sadarilah, semakin hapal Anda pada langkah langkah keselamatan di pesawat, semakin siap Anda bila situasi darurat disana terjadi dan semakin besar kemungkinan Anda Selamat. Banyak pula dari penumpang yang ajaib dan keras kepala ketika diingatkan untuk tetap di tempat, dan kencangkan sabuk pengaman bila ada turbulence. Ini disebabkan tingkat kesadaran kita terhadap keselamatan secara umum masih parah. Jangan gitu dong Friends, siapa sih yang mau jaga keselamatan kita selain kita sendiri?
Majalah
Nah ini untuk yang hobi baca, biasanya melihat banyaknya majalah yang di display di dinding sekat dekat lavatory, banyak yang lantas jadi kalap. Alih alih mengambil satu atau dua majalah, dirauplah semua majalah yang ada di display. Perkara suka atau tidak urusan belakang, jangan sampai keduluan. Tinggallah penumpang lain yang gigit jari melihat tempat majalah sudah kosong.
Masih mendingan kalau setelah baca, majalah itu di kembalikan ke tempatnya supaya penumpang lain bisa menarik manfaatnya. Saking ogah rugi nya merasa sudah bayar tiket pesawat, lebih sering majalah diam diam sudah masuk ke tas mereka, dan raib selamanya dari pesawat. Kalau di lihat sih, penumpang yang membaca Time, Business Week, Forbes, etc seharusnya penumpang yang intelek yang tidak norak norak banget sama majalah begituan, gengsi dong kalau harus ngembat, harganya kan gak seberapa gitu loh!
Toilet
Untuk penerbangan beberapa jam sih mungkin kekurang ajaran penumpang tidak terlalu kelihatan. Tapi bayangkan kalau Anda harus terbang dari Jakarta ke Seoul atau San Francisco, pasti terasa tersiksanya kalau terpaksa harus masuk ke toilet super sempit yang bau nya minta ampun karena tetangga baru saja melancarkan serangan berbau jengkol di tempat yang sama. Belum lagi kalau sisa sisa koktail kuningnya masih tertinggal disana untuk Anda membereskan nya. Hiii! Saya sering enggak ngerti apa yang ada dalam pikiran orang orang seperti ini. Apa balas dendam karena mereka sering menemukan hal yang sama? Atau sama sekali tak peduli akibat nya terhadap orang lain?
Sebagai penggemar setia toilet, saya pasti akan selalu cek dan re-cek sebelum keluar dari tempat keramat itu. Masih bau kah? Masih ada yang tercecer-cecerkah? Kalau bukan kita, siapa lagi sih yang mau memelihara kebersihan di tempat keramat itu? Tidak ada tukang bersih WC yang di bayar untuk bepergian di udara khusus untuk bersihkan WC. Dan kasihanilah para pramugari cantik itu, kalau mereka mesti bau jengkol setelah membersihkan sisa sisa perjuangan Anda di toilet…
Tetangga dari neraka
Pernah kah Anda satu pesawat, duduk dibarisan yang sama dengan seorang penumpang utusan neraka? Well, sebenernya bukan juga utusan neraka, tapi orang itu membuat kenyamanan Anda terasa seperti di neraka. (MEmangnya pernah kesana apa?). Apa sih sebenarnya ciri ciri dan contoh penumpang utusan neraka?
Mari kita mulai dengan para penumpang yang bermasalah dengan bau badan dan bau kaki. Kurang sadar diri membuat mereka pede saja dan tidak merasa bau badan atau kaki mereka merangsang penumpang lain untuk muntah, atau pusing.
Saya biasanya sedia parfum botol kecil yang handy dengan wangi halus dan bisa di selipkan di kantong atau tas tangan. Ini akan membantu setidaknya menangkis bau badan tetangga duduk saya itu. Saran saya sih, lakukan cek apakah Anda punya masalah dengan bau badan. Pakailah roll on sebelum bepergian. Paling tidak ini akan mencegah orang menutup hidung di depan Anda.
Ada juga sih yang memakai wewangian extra keras sepertinya penumpang ini baru saja tercebur di tong percobaan pabrik pewangi.. hati hatilah memilih pewangi kala bepergian apalagi di pesawat di mana kedekatan fisik antar penumpang tak bisa di hindarkan. Sadarilah banyak juga orang yang menderita reaksi alergi terhadap wewangian tertentu.
Asyik Masyuk
Duduk di dekat pasangan yang punya gelagat akan berasyik masyuk juga tak enak, apalagi kalau Anda sendirian dan penerbangan waktu lama. Tak ada teman berbagi haha hihi sebagai balasan terhadap pasangan yang pamer kemesraan di samping Anda.
Saya pernah mendapatkan tempat duduk bersama pasangan muda di penerbangan Vancouver – Singapore. Sepanjang perjalanan saya Cuma bisa menelan air liur mendengarkan bunyi clepat clepot dan desah desah tak karuan. Entah apa yang terjadi dengan gerakan gerakan tak karuan di balik selimut itu. Yang jelas saya jadi gerah, meskipun temperature pesawat cukup dingin.
Jadi jika Anda bepergian berpasangan dan berniat bermesraan di pesawat, tolonglah sedikit berperasaan dengan tetangga satu barisan. Atau Anda secara tak sengaja akan menciptakan neraka pada tetangga duduk itu, Anda yang senang senang sementara dia menderita.
Ada juga tetangga penumpang yang rada norak dan membunyikan ipod atau MP3 nya dengan suara keras, meskipun ini jarang terjadi. Dalam salah satu penerbangan panjang dari Moskow ke Singapore, seorang penumpang anak muda mengeluarkan portable dvd player dan mulai memasangnya. Anehnya, bukan memakai earphone, dia membiarkan suara film koboy ala Rusia yang seru itu berdentam dentam sehingga penumpang di radius 3 barisan pun mendengarnya.
Sayang tidak ada satupun yang bergerak untuk mengingatkannya. Masuk akal juga karena sebagian besar penumpang lain di radius tersebut terlena dalam tidur mereka. Tapi tidak dengan saya. Suara itu terlalu mengganggu, tapi saya terlalu sungkan menegurnya, khawatir dia akan meninju saya. Ini memberi kesempatan saya untuk sedikit ngelaba ke salah satu pramugara ganteng di pesawat dan meminta dia menegur penumpang norak itu. Jangan sungkan meminta tolong pramugara dan ri bila Anda menemukan penumpang dari neraka, biarkan mereka dengan keahliannya mengkomunikasikan masalah ini.
Pikir punya pikir, kasihan sekali para pramugara dan pramugari menghadapi banyaknya ulah para penumpang dari neraka. Coba deh introspeksi diri, apakah Anda salah satunya?
http://community.kompas.com/read/artikel/2289
Pesawat baru saja mendarat. Lampu Tanda gambar kencangkan sabuk pengaman kursi di atas masih menyala. Suasana sepi, kecuali bunyi pesawat yang perlahan mereda. Tiba tiba suara kapten yang empuk terdengar: “Cabin Crew…” rupanya memanggil semua anggota kabin (pramugara dan pramugari ) pesawat untuk mempersiapkan penumpang keluar pesawat. Lampu bergambar tali pengaman masih menyala beberapa saat lagi. Tapi entah salah dengar, entah para penumpang pesawat merasa merekalah para pramugara dan pramugari, mereka serentak berdiri, tanpa mempedulikan sebenarnya belum waktunya untuk melepaskan sabuk pengaman dan berdiri…
Kelakuan sembrono seperti ini bukan satu satunya yang terjadi menjelang naik pesawat, di pesawat, maupun ketika turun. Banyak hal norak yang dilakukan para penumpang tanpa mengindahkan keselamatan, ketertiban dan etika publik.
Bepergian dengan pesawat masih di anggap sebagai kemewahan. Siapa yang bisa menikmati kemewahan? Orang orang yang secara materi mampu, yang tentu saja seharusnya juga mampu membayar untuk menjadi terdidik. Tetapi kebanyakan dari sikap mereka di pesawat, tidak mencerminkan intelektual, etika dan pertimbangan keselamatan.
Antri dong!
Mari kita mulai dengan antrian masuk. Sebelum masuk pesawat, biasanya terdengarlah suara merdu pengumuman yang meminta para penumpang dengan nomer duduk tertentu untuk masuk pesawat terlebih dahulu. Tentu saja ada alasannya. Para penumpang bisnis tentu karena mereka membayar lebih. Para penumpang dengan nomer duduk besar biasanya terletak paling belakang dekat ekor pesawat. Logis kan, kalau mereka di panggil duluan? Yang repotnya, penumpang bernomor kecil juga ngotot ikut masuk, tak peduli dan mendadak linglung dengan bunyi pengumuman. Yang terjadi adalah kemacetan yang tak perlu dimana penumpang yang akan ke kursi belakang mesti menunggu penumpang garis tengah atau depan bebenah peralatan lenong mereka. Efficiency waktu terganggu secara tidak perlu.
Hand phone
Kecintaan kita pada satu barang itu memang rada rada mengerikan. Kelakuan kita sebagai penumpang pesawat bisa sangat keterlaluan dalam hal handphone, pda, blackberry dan semua gadget yang berhubungan dengan komunikasi. Jelas jelas sudah ada pengumuman “…matikan seluruh alat komunikasi Anda karena dapat mengganggu…”, eh kelihatannya para pengguna ini mendadak jadi tuli tak mengindahkan pengumuman, padahal kedengarannya pembicaraan tak penting deh. “Iya nih say, pesawatnya udah mau take off…” “Kalo ada yang cari bilangin aku lagi ke luar negeri ya!” Mana tahaaan.. kalau sudah begitu saya sering geregetan dan menghayal menjadi pramugari yang kasih announcement. Pasti saya akan bilang: “helo para penumpang, pasti ngerti dong, kalo saya bilang mati-in handphone nya, ya mati-in dong. Gak usah belagak pilon!”.
Kelakuan kita sebagai penumpang juga begitu waktu pesawat mendarat. Baru aja ban pesawat menyentuh tanah, eh udah banyak kedengeran suara tatat tutut, musik, dan klak klik orang membuka handphone dan pda nya. Maksudnya apa sih? Memangnya gatel apa ya kalau nunggu sampai keluar dari pesawat untuk menelpon?
Keselamatan
Mengakulah. Berapa banyak dari Anda yang memperhatikan pengumuman cara-cara keselamatan di pesawat? Paling banter Anda yang baru pertama kali naik pesawat. Atau para lelaki yang senang melihat peragaan keselamatan dari para pramugari cantik, tapi tak ingat apa isi peragaannya. Selebihnya mungkin akan berkata, ‘ah udah tahu kok. Ini kan bukan pertama kalinya aku naik pesawat’. Ya, memang sih, kalau Anda keseringan naik pesawat, mungkin Anda bosan dengan pengumuman yang itu lagi itu lagi. Maskapai penerbangan yang funky seperti Virgin Atlantic punya cara cara yang jitu dan tak biasa untuk membuat penumpangnya menaruh perhatian terhadap pengumuman keselamatan di awal penerbangan. Tapi kalaupun tak ada yang seperti Virgin Atlantic, nikmati saja dan sadarilah, semakin hapal Anda pada langkah langkah keselamatan di pesawat, semakin siap Anda bila situasi darurat disana terjadi dan semakin besar kemungkinan Anda Selamat. Banyak pula dari penumpang yang ajaib dan keras kepala ketika diingatkan untuk tetap di tempat, dan kencangkan sabuk pengaman bila ada turbulence. Ini disebabkan tingkat kesadaran kita terhadap keselamatan secara umum masih parah. Jangan gitu dong Friends, siapa sih yang mau jaga keselamatan kita selain kita sendiri?
Majalah
Nah ini untuk yang hobi baca, biasanya melihat banyaknya majalah yang di display di dinding sekat dekat lavatory, banyak yang lantas jadi kalap. Alih alih mengambil satu atau dua majalah, dirauplah semua majalah yang ada di display. Perkara suka atau tidak urusan belakang, jangan sampai keduluan. Tinggallah penumpang lain yang gigit jari melihat tempat majalah sudah kosong.
Masih mendingan kalau setelah baca, majalah itu di kembalikan ke tempatnya supaya penumpang lain bisa menarik manfaatnya. Saking ogah rugi nya merasa sudah bayar tiket pesawat, lebih sering majalah diam diam sudah masuk ke tas mereka, dan raib selamanya dari pesawat. Kalau di lihat sih, penumpang yang membaca Time, Business Week, Forbes, etc seharusnya penumpang yang intelek yang tidak norak norak banget sama majalah begituan, gengsi dong kalau harus ngembat, harganya kan gak seberapa gitu loh!
Toilet
Untuk penerbangan beberapa jam sih mungkin kekurang ajaran penumpang tidak terlalu kelihatan. Tapi bayangkan kalau Anda harus terbang dari Jakarta ke Seoul atau San Francisco, pasti terasa tersiksanya kalau terpaksa harus masuk ke toilet super sempit yang bau nya minta ampun karena tetangga baru saja melancarkan serangan berbau jengkol di tempat yang sama. Belum lagi kalau sisa sisa koktail kuningnya masih tertinggal disana untuk Anda membereskan nya. Hiii! Saya sering enggak ngerti apa yang ada dalam pikiran orang orang seperti ini. Apa balas dendam karena mereka sering menemukan hal yang sama? Atau sama sekali tak peduli akibat nya terhadap orang lain?
Sebagai penggemar setia toilet, saya pasti akan selalu cek dan re-cek sebelum keluar dari tempat keramat itu. Masih bau kah? Masih ada yang tercecer-cecerkah? Kalau bukan kita, siapa lagi sih yang mau memelihara kebersihan di tempat keramat itu? Tidak ada tukang bersih WC yang di bayar untuk bepergian di udara khusus untuk bersihkan WC. Dan kasihanilah para pramugari cantik itu, kalau mereka mesti bau jengkol setelah membersihkan sisa sisa perjuangan Anda di toilet…
Tetangga dari neraka
Pernah kah Anda satu pesawat, duduk dibarisan yang sama dengan seorang penumpang utusan neraka? Well, sebenernya bukan juga utusan neraka, tapi orang itu membuat kenyamanan Anda terasa seperti di neraka. (MEmangnya pernah kesana apa?). Apa sih sebenarnya ciri ciri dan contoh penumpang utusan neraka?
Mari kita mulai dengan para penumpang yang bermasalah dengan bau badan dan bau kaki. Kurang sadar diri membuat mereka pede saja dan tidak merasa bau badan atau kaki mereka merangsang penumpang lain untuk muntah, atau pusing.
Saya biasanya sedia parfum botol kecil yang handy dengan wangi halus dan bisa di selipkan di kantong atau tas tangan. Ini akan membantu setidaknya menangkis bau badan tetangga duduk saya itu. Saran saya sih, lakukan cek apakah Anda punya masalah dengan bau badan. Pakailah roll on sebelum bepergian. Paling tidak ini akan mencegah orang menutup hidung di depan Anda.
Ada juga sih yang memakai wewangian extra keras sepertinya penumpang ini baru saja tercebur di tong percobaan pabrik pewangi.. hati hatilah memilih pewangi kala bepergian apalagi di pesawat di mana kedekatan fisik antar penumpang tak bisa di hindarkan. Sadarilah banyak juga orang yang menderita reaksi alergi terhadap wewangian tertentu.
Asyik Masyuk
Duduk di dekat pasangan yang punya gelagat akan berasyik masyuk juga tak enak, apalagi kalau Anda sendirian dan penerbangan waktu lama. Tak ada teman berbagi haha hihi sebagai balasan terhadap pasangan yang pamer kemesraan di samping Anda.
Saya pernah mendapatkan tempat duduk bersama pasangan muda di penerbangan Vancouver – Singapore. Sepanjang perjalanan saya Cuma bisa menelan air liur mendengarkan bunyi clepat clepot dan desah desah tak karuan. Entah apa yang terjadi dengan gerakan gerakan tak karuan di balik selimut itu. Yang jelas saya jadi gerah, meskipun temperature pesawat cukup dingin.
Jadi jika Anda bepergian berpasangan dan berniat bermesraan di pesawat, tolonglah sedikit berperasaan dengan tetangga satu barisan. Atau Anda secara tak sengaja akan menciptakan neraka pada tetangga duduk itu, Anda yang senang senang sementara dia menderita.
Ada juga tetangga penumpang yang rada norak dan membunyikan ipod atau MP3 nya dengan suara keras, meskipun ini jarang terjadi. Dalam salah satu penerbangan panjang dari Moskow ke Singapore, seorang penumpang anak muda mengeluarkan portable dvd player dan mulai memasangnya. Anehnya, bukan memakai earphone, dia membiarkan suara film koboy ala Rusia yang seru itu berdentam dentam sehingga penumpang di radius 3 barisan pun mendengarnya.
Sayang tidak ada satupun yang bergerak untuk mengingatkannya. Masuk akal juga karena sebagian besar penumpang lain di radius tersebut terlena dalam tidur mereka. Tapi tidak dengan saya. Suara itu terlalu mengganggu, tapi saya terlalu sungkan menegurnya, khawatir dia akan meninju saya. Ini memberi kesempatan saya untuk sedikit ngelaba ke salah satu pramugara ganteng di pesawat dan meminta dia menegur penumpang norak itu. Jangan sungkan meminta tolong pramugara dan ri bila Anda menemukan penumpang dari neraka, biarkan mereka dengan keahliannya mengkomunikasikan masalah ini.
Pikir punya pikir, kasihan sekali para pramugara dan pramugari menghadapi banyaknya ulah para penumpang dari neraka. Coba deh introspeksi diri, apakah Anda salah satunya?
Jakarta Sang Nomer Dua
Tulisan tentang Jakarta terpilih sebagai kota nomer 2 terburuk untuk para expat, bisa juga di baca disini http://www.koki-kolomkita.com/baca/artikel/3/367/jakarta_sang_nomor_dua_
Jakarta is number two..” begitu Colin, teman se-klub saya di Toastmasters memulai pidatonya di klub kami malam itu. Sebagai orang Jakarta dan sebagai seorang yang suka berimajinasi ngawur, saya langsung ke-ge-er-an. Saya pikir, Colin akan bilang bahwa Jakarta adalah cintanya yang kedua setelah negaranya. Banyak teman saya yang non-Indonesia begitu sih, jatuh cinta berat dengan Jakarta. Ternyata Jakarta nomer 2 yang dimaksudnya lebih heboh. Masuk ranking secara international! Menurut sebuah lembaga riset sumber daya di New York, Jakarta dinobatkan dalam peringkat kedua di dunia sebagai kota …yang terburuk buat para ekpat untuk tinggal dan hidup. Hidup Jakarta!!
“Ya, hidup Jakarta!...” teman saya masih berujar: “Saya enggak ngerti dasar apa yang dipakai oleh lembaga ini sampai sampai Jakarta yang cool ini sejajar dengan Lagos (nomer 1), dan Riyadh, Kazakstan dan Mumbay (dari urutan ke 3 sampai ke 5). Buat saya yang pernah hidup dan tinggal di banyak kota dunia, menempatkan Jakarta sebagai kota terburuk untuk para expat untuk tinggal, menggelikan sekali.”
Colin yang pernah menetap di beberapa kota besar seperti New York, London, Sydney, Hongkong, Seoul, dan Denver, tidak sedang bicara manis. Saya yakin dia tulus, dan mengerti betul, jika statement Jakarta nomer 2 terburuk itu ridikyules. Walaupun didaulat sebagai nomer 2, yang terjelek, pasti tak ada yang bisa membantah kenyataan bahwa, Jakarta superior dalam hal-hal berikut ini:
Transportasi umum
Coba sebutkan dimana ada kota metropolitan di dunia yang punya sistim transportasi umum yang secanggih Jakarta, kebanyakan dikelola secara swadaya pula. Mau apa juga ada. Dari roda dua sampai roda banyak. Dari yang pakai otot untuk menggerakkannya sampai yang pake otak saja. Dari yang ukuran kurus seperti sepeda kumbang nya pak Omar Bakri di daerah kota sana, sampai yang bomber gedenya seperti busway. Dari yang halus bunyinya seperti beca (maklum Cuma bunyi napas berat ah..ahhh.. abang becaknya) sampai yang berisik minta ampun seperti bajaj ada! Ojek sepeda, motor, beca, busway, bis bis yang sanggup acrobat miring sana miring sini, omprengan, taxi.. tinggal pilih sesuai selera dan kocek.
Mau naik yang mewah, adem dan pelayanan prima ada silverbird dan taxi lainnya. Mau coba rasanya olahraga pilates dan bergesekan tubuh sembari merasakan bau bauan yang natural dari badan, bisa bergelantungan di bis kota yang penuh sesak. Mau lihat pertunjukan sulap gratis? ada di bis dimana copet beraksi.
Mau menikmati romantika Jakarta dengan para actor bermain live? Tinggal naik kereta api kelas ekonomi yang Cuma seribu lima ratus perak karcisnya. Di kereta itu kita bisa lihat segala rupa orang, bisa sembari shopping, belanja jepitan rambut, lem tikus, celana dalam, kalkulator, buah-buahan, buku, kondomnya handphone, gunting kuku, pensil. Seringkali dihibur pula dengan para musisi jalanan dari yang bersuara cempreng serak sember sampai grup musik yang serius menggotong bass dan sound systemnya atau bisa juga menikmati pertunjukan fashion show dari para waria yang bergerombol menaiki kereta.
Dua puluh empat jam dengan transportasi public yang gampang dicari, kita bisa pergi dari satu tempat ke tempat lain di Jakarta. Bayangkan bahkan tinggal di kota kota besar seperti New York pun tidak ada kemudahan dan kemurahan transport yang setara dengan Jakarta…
Cuaca yang konsisten dan menyenangkan
Ok. Saya tidak sedang bicara tentang udara ya, ini beda. Udara sih, memang tercemar, seperti banyak kota metropolitan di Asia. Tapi perkara cuaca, dibandingkan banyak kota besar lainnya, Jakarta sangat friendly. Bepergian setiap saat di segala cuaca sangat memungkinkan. Bisa ketebak, kalau tak hujan ya panas. Hujannya pun keseringan hujan romantis, jarang yang disertai angin kencang, tidak super dingin dan terus menerus seperti di London atau Vancouver.
Banyak orang dari Asia yang baru baru tinggal di negara empat musim mengalami syndrome musim dingin, yang bawaannya gloomy melulu karena jarang lihat matahari. Apalagi kalau tinggal di tempat dimana musim dinginnya langganan berat salju. Masak mesti hibernate selama musim dingin, enggak kemana mana? Teman saya Colin ini cerita, sewaktu di Denver, keseringannya dia merasa bosan dirumah, tapi mau bepergian juga susah, hiburan luar kurang. Tapi untuk doing nothing itu enggak enak juga. Jadilah dia bisa bolak balik ke gym sehari tiga kali, kayak minum obat cacing.
Di cuaca seperti Jakarta, kita enggak perlu pusing sama urusan fashion seperti di negara 4 musim, tiap 3 bulan mesti ganti model. Bagi para perempuan yang mau berpakaian seksi di tempat umum, enggak harus setahun sekali tunggu musim panas. Pokoke Jakarta pancen oye!
Hub yang Strategis
Mau lihat pantai pelabuhan yang masih bergaya tempo dulu? Kurang dari dua jam sudah dapat Sunda Kelapa. Mau pantai pantai lain yang bisa di jangkau dalam waktu dua tiga jam berikut paket resortnya? Ada marina Ancol, kepulauan seribu, Anyer, dan banyak lagi.
Mau lihat gunung? Ah gampang, pergi aja ke gedung pencakar langit dengan kaca menghadap Bogor. Walaupun dengan susah payah, pasti kelihatan juga. Tapi kalau mau pergi ke gunungnya pun, bisa ke arah puncak, ke arah Bandung, kea rah Banten. Pilih pilih aja sendiri deh. Pendeknya, enaknya hidup di Jakarta itu ya bisa ke luar kota dengan gampang dan dekat jaraknya.
Toleransi Agama dan Budaya
Mungkin banyak pembaca yang gak setuju sama saya , tapi yang saya ungkapkan ini pandangan dari beberapa teman non-Indonesia termasuk Colin ini. Kalo yang ini sih memang khasnya Indonesia. Mau beragama apa aja, silakan, asal jangan mengganggu orang. Hari libur keagamaan menjadi libur nasional yang bisa dinikmati oleh penggembira beragama apa saja. Kebanyakan penduduk Indonesia, dan Jakarta tentunya punya tingkat toleransi yang jauh lebih tinggi daripada bahkan dibandingkan penduduk Negara adidaya yang menurut pendapat mereka sendiri lebih sulit mentoleransi agama, ras dan budaya yang berbeda. Contoh kecil saja, komunitas waria, di Jakarta, diterima apa adanya oleh masyarakat, sementara nun jauh disana di kota kota yang sudah jauh lebih maju, masih saja terdengar berita mereka di-bully karena menjadi diri mereka sendiri.
Swalayan Dunia Hiburan
Mau hiburan receh seperti pengamen dipinggir jalan sampai hiburan kelas tinggi yang butuh kocek ratusan ribu atau jutaan rupiah, sambil merem (melek) bisa dinikmati. Mau belanja? Dari tali beha sampai sekrup pesawat ada. Dari pasar becek dan bau sampai mall mewah yang suka bikin kita minder kalau lihat harga harganya, ada. Tempat tempat itu buka sampai jauh malam. Bahkan dunia dugem ada yang buka sampai subuh!
Mau nonton? Bioskop dari yang paket tambahan gratis binatang bangsat di kursinya, sampai yang bisa sembari tiduran dilengkapi pelayanan butler, Cuma Jakarta yang punya. Teman saya yang berasal dari Jerman sampai ternganga sewaktu saya ajak ke bioskop mewah Jakarta. Saya juga ternganga sewaktu nonton di salah satu bioskop di downtown Vancouver. Lho kok, kursinya kecil banget sih, dibanding kursi normal bioskop Jakarta.
Enggak punya duit tapi pingin nonton? Gampang! Pergi aja ke Mall Ambassador, atau Ratu Plaza atau Glodok. Dengan minimal uang 7-ribu sudah bisa dapat satu filem bajakan, dari filem horror sampai porno, komplit! Bule-bule saja sering keluyuran cari filem disana!
Hiburan lain? Wah pasti kolom ini tak muat membahas banyaknya jenis hiburan di Jakarta. Bagi saya, tak ada yang bisa mengalahkan dinamika Jakarta sebagai kota metropolitan. Jakarta kota segala ada. Hidup Jakarta! ***
Jakarta is number two..” begitu Colin, teman se-klub saya di Toastmasters memulai pidatonya di klub kami malam itu. Sebagai orang Jakarta dan sebagai seorang yang suka berimajinasi ngawur, saya langsung ke-ge-er-an. Saya pikir, Colin akan bilang bahwa Jakarta adalah cintanya yang kedua setelah negaranya. Banyak teman saya yang non-Indonesia begitu sih, jatuh cinta berat dengan Jakarta. Ternyata Jakarta nomer 2 yang dimaksudnya lebih heboh. Masuk ranking secara international! Menurut sebuah lembaga riset sumber daya di New York, Jakarta dinobatkan dalam peringkat kedua di dunia sebagai kota …yang terburuk buat para ekpat untuk tinggal dan hidup. Hidup Jakarta!!
“Ya, hidup Jakarta!...” teman saya masih berujar: “Saya enggak ngerti dasar apa yang dipakai oleh lembaga ini sampai sampai Jakarta yang cool ini sejajar dengan Lagos (nomer 1), dan Riyadh, Kazakstan dan Mumbay (dari urutan ke 3 sampai ke 5). Buat saya yang pernah hidup dan tinggal di banyak kota dunia, menempatkan Jakarta sebagai kota terburuk untuk para expat untuk tinggal, menggelikan sekali.”
Colin yang pernah menetap di beberapa kota besar seperti New York, London, Sydney, Hongkong, Seoul, dan Denver, tidak sedang bicara manis. Saya yakin dia tulus, dan mengerti betul, jika statement Jakarta nomer 2 terburuk itu ridikyules. Walaupun didaulat sebagai nomer 2, yang terjelek, pasti tak ada yang bisa membantah kenyataan bahwa, Jakarta superior dalam hal-hal berikut ini:
Transportasi umum
Coba sebutkan dimana ada kota metropolitan di dunia yang punya sistim transportasi umum yang secanggih Jakarta, kebanyakan dikelola secara swadaya pula. Mau apa juga ada. Dari roda dua sampai roda banyak. Dari yang pakai otot untuk menggerakkannya sampai yang pake otak saja. Dari yang ukuran kurus seperti sepeda kumbang nya pak Omar Bakri di daerah kota sana, sampai yang bomber gedenya seperti busway. Dari yang halus bunyinya seperti beca (maklum Cuma bunyi napas berat ah..ahhh.. abang becaknya) sampai yang berisik minta ampun seperti bajaj ada! Ojek sepeda, motor, beca, busway, bis bis yang sanggup acrobat miring sana miring sini, omprengan, taxi.. tinggal pilih sesuai selera dan kocek.
Mau naik yang mewah, adem dan pelayanan prima ada silverbird dan taxi lainnya. Mau coba rasanya olahraga pilates dan bergesekan tubuh sembari merasakan bau bauan yang natural dari badan, bisa bergelantungan di bis kota yang penuh sesak. Mau lihat pertunjukan sulap gratis? ada di bis dimana copet beraksi.
Mau menikmati romantika Jakarta dengan para actor bermain live? Tinggal naik kereta api kelas ekonomi yang Cuma seribu lima ratus perak karcisnya. Di kereta itu kita bisa lihat segala rupa orang, bisa sembari shopping, belanja jepitan rambut, lem tikus, celana dalam, kalkulator, buah-buahan, buku, kondomnya handphone, gunting kuku, pensil. Seringkali dihibur pula dengan para musisi jalanan dari yang bersuara cempreng serak sember sampai grup musik yang serius menggotong bass dan sound systemnya atau bisa juga menikmati pertunjukan fashion show dari para waria yang bergerombol menaiki kereta.
Dua puluh empat jam dengan transportasi public yang gampang dicari, kita bisa pergi dari satu tempat ke tempat lain di Jakarta. Bayangkan bahkan tinggal di kota kota besar seperti New York pun tidak ada kemudahan dan kemurahan transport yang setara dengan Jakarta…
Cuaca yang konsisten dan menyenangkan
Ok. Saya tidak sedang bicara tentang udara ya, ini beda. Udara sih, memang tercemar, seperti banyak kota metropolitan di Asia. Tapi perkara cuaca, dibandingkan banyak kota besar lainnya, Jakarta sangat friendly. Bepergian setiap saat di segala cuaca sangat memungkinkan. Bisa ketebak, kalau tak hujan ya panas. Hujannya pun keseringan hujan romantis, jarang yang disertai angin kencang, tidak super dingin dan terus menerus seperti di London atau Vancouver.
Banyak orang dari Asia yang baru baru tinggal di negara empat musim mengalami syndrome musim dingin, yang bawaannya gloomy melulu karena jarang lihat matahari. Apalagi kalau tinggal di tempat dimana musim dinginnya langganan berat salju. Masak mesti hibernate selama musim dingin, enggak kemana mana? Teman saya Colin ini cerita, sewaktu di Denver, keseringannya dia merasa bosan dirumah, tapi mau bepergian juga susah, hiburan luar kurang. Tapi untuk doing nothing itu enggak enak juga. Jadilah dia bisa bolak balik ke gym sehari tiga kali, kayak minum obat cacing.
Di cuaca seperti Jakarta, kita enggak perlu pusing sama urusan fashion seperti di negara 4 musim, tiap 3 bulan mesti ganti model. Bagi para perempuan yang mau berpakaian seksi di tempat umum, enggak harus setahun sekali tunggu musim panas. Pokoke Jakarta pancen oye!
Hub yang Strategis
Mau lihat pantai pelabuhan yang masih bergaya tempo dulu? Kurang dari dua jam sudah dapat Sunda Kelapa. Mau pantai pantai lain yang bisa di jangkau dalam waktu dua tiga jam berikut paket resortnya? Ada marina Ancol, kepulauan seribu, Anyer, dan banyak lagi.
Mau lihat gunung? Ah gampang, pergi aja ke gedung pencakar langit dengan kaca menghadap Bogor. Walaupun dengan susah payah, pasti kelihatan juga. Tapi kalau mau pergi ke gunungnya pun, bisa ke arah puncak, ke arah Bandung, kea rah Banten. Pilih pilih aja sendiri deh. Pendeknya, enaknya hidup di Jakarta itu ya bisa ke luar kota dengan gampang dan dekat jaraknya.
Toleransi Agama dan Budaya
Mungkin banyak pembaca yang gak setuju sama saya , tapi yang saya ungkapkan ini pandangan dari beberapa teman non-Indonesia termasuk Colin ini. Kalo yang ini sih memang khasnya Indonesia. Mau beragama apa aja, silakan, asal jangan mengganggu orang. Hari libur keagamaan menjadi libur nasional yang bisa dinikmati oleh penggembira beragama apa saja. Kebanyakan penduduk Indonesia, dan Jakarta tentunya punya tingkat toleransi yang jauh lebih tinggi daripada bahkan dibandingkan penduduk Negara adidaya yang menurut pendapat mereka sendiri lebih sulit mentoleransi agama, ras dan budaya yang berbeda. Contoh kecil saja, komunitas waria, di Jakarta, diterima apa adanya oleh masyarakat, sementara nun jauh disana di kota kota yang sudah jauh lebih maju, masih saja terdengar berita mereka di-bully karena menjadi diri mereka sendiri.
Swalayan Dunia Hiburan
Mau hiburan receh seperti pengamen dipinggir jalan sampai hiburan kelas tinggi yang butuh kocek ratusan ribu atau jutaan rupiah, sambil merem (melek) bisa dinikmati. Mau belanja? Dari tali beha sampai sekrup pesawat ada. Dari pasar becek dan bau sampai mall mewah yang suka bikin kita minder kalau lihat harga harganya, ada. Tempat tempat itu buka sampai jauh malam. Bahkan dunia dugem ada yang buka sampai subuh!
Mau nonton? Bioskop dari yang paket tambahan gratis binatang bangsat di kursinya, sampai yang bisa sembari tiduran dilengkapi pelayanan butler, Cuma Jakarta yang punya. Teman saya yang berasal dari Jerman sampai ternganga sewaktu saya ajak ke bioskop mewah Jakarta. Saya juga ternganga sewaktu nonton di salah satu bioskop di downtown Vancouver. Lho kok, kursinya kecil banget sih, dibanding kursi normal bioskop Jakarta.
Enggak punya duit tapi pingin nonton? Gampang! Pergi aja ke Mall Ambassador, atau Ratu Plaza atau Glodok. Dengan minimal uang 7-ribu sudah bisa dapat satu filem bajakan, dari filem horror sampai porno, komplit! Bule-bule saja sering keluyuran cari filem disana!
Hiburan lain? Wah pasti kolom ini tak muat membahas banyaknya jenis hiburan di Jakarta. Bagi saya, tak ada yang bisa mengalahkan dinamika Jakarta sebagai kota metropolitan. Jakarta kota segala ada. Hidup Jakarta! ***
Ngobrolin Toilet
Tulisan tentang toilet dan kita ini bisa juga dibaca di
http://www.koki-kolomkita.com/baca/artikel/26/700/ngobrolin_toilett
Menurut hasil riset di beberapa situs internet terpercaya, rata rata orang di dunia menghabiskan 3 tahun dalam hidupnya melakukan bisnis ini, besar dan kecil, di suatu tempat yang sangat pribadi. Bisnis dan kegiatan ini juga sangat pribadi hingga biasanya kita tidak mau berbagi dengan orang lain, betapapun dekatnya hubungan kita dengan orang lain itu. Sayangnya seringkali bisnis ini memang benar benar kotor dalam arti sebenarnya.
Dalam disiplin manajemen waktu, bisnis ini biasanya berada di kwadrant 1, penting dan mendesak, sekarang ya sekarang, tak bisa ditunda lagi. Penundaan akan berakibat fatal, gawat dan memalukan… Saya sedang bicara tentang bisnis Toilet. Siapa yang tak kenal dan tak sayang yang satu ini? Sebagai salah satu tempat yang paling penting bagi hidup kita, seberapa besar kita memberi perhatian kepadanya, terutama di ruang publik? Karena pentingnya bisnis ini, marilah melakukan perbincangan T, Toilet dan membahas bagaimana kegiatan toilet ini bisa berlangsung nyaman dan sukses, terutama saat kita di ruang publik.. Inilah beberapa tips yang bisa kita lakukan:
1. Gunakan waktu T ini semaksimal dan se-spesial mungkin.
Jika Anda seperti saya, pengguna aktif dari toilet, pasti Anda menghabiskan lebih dari hanya 3 tahun saja dari hidup Anda berurusan dengan toilet. Menggunakan waktu sebanyak itu hanya untuk satu kegiatan saja, bukan tindakan yang pintar. Mari kita nyambi, multi-tasking, melakukan banyak hal di saat yang sama. Lagipula secara biologis, kita memang di disain untuk multi-tasking. Bawalah buku, laptop, buku catatan, handphone, MP3, apa saja yang bisa membuat waktu kita berlalu secara efisien disana. Saya sendiri sering harus membawa buku bacaan atau buku catatan kalau kalau inspirasi mendadak datang saat saya menunaikan tugas mulia dan besar di toilet itu. Dengan catatan, jangan lakukan ini di toilet basah ataupun di mall-mall yang punya toilet kotor, basah dan sekedarnya, bisa repot. Hati hati juga dengan penggunaan handphone pada saat menunaikan tugas besar di toilet. Seringkali saya mendengar percakapan tetangga toilet, baik di kantor maupun di mall. ‘Halllooo hheee yaaa,’ (brruuuttt, serrrrr) ‘Hah, apa? Enggak kok, bukan bunyi apa apa, aku di restoran kok…’
Toilet adalah satu satunya tempat dimana kita bisa jujur dan menjadi diri sendiri, tanpa harus pikir pikir tentang ja-im jaga image. Tempat persembunyian yang tepat dari tamu tamu kantor yang tak di kehendaki, atau saat ingin menghindar dari boss dan rekan kerja. Pendek kata, toilet adalah tempat yang kaya akan inspirasi. Banyak perempuan seperti saya yang membuat toilet sebagai tempat menumpahkan gossip, tangisan dan kemarahan bila perlu. Bahkan juga melakukan hal hal terlarang seperti merokok dan ngobat. Dengan catatan, saya tak pernah melakukan keduanya, baik di toilet atau dimanapun. Toilet adalah saksi bisu yang baik hati, gunakan waktu disana se-spesial mungkin.
2. Bersiaplah, Selalu Bersiap…
Jika Anda pergi ke tempat umum seperti pusat belanja, pilihlah yang punya persediaan toilet cukup banyak, berfungsi, dan bersih, cukup air dan kertas toilet. Jangan hanya lihat dari megahnya sebuah bangunan mall. Kebanyakan mall di Jakarta punya kapasitas toilet yang menyedihkan baik secara kondisi maupun pemeliharaan. Jika tidak memasukkan faktor toilet ke dalam pertimbangan tempat berbelanja, percuma juga, Anda tak akan menikmati belanja mata dan dompet anda secara maksimal. Apalagi jika kita tanpa ba-bu lagi langsung menunaikan tugas besar, karena kwadrant 1 tadi, you gotta go when you gotta go, padahal ternyata tak ada air, dan kertas toilet habis. Hayo, mau bilang apa? Keluar dalam keadaan kotor dan bau? Hiiyyy. Jadi bersiaplah selalu dengan membawa air di botol minum, kertas tissue, dan botol pembersih tangan yang mengandung alkohol di dalam tas Anda, jika bepergian.
Jika kita bepergian jarak jauh dengan pesawat, kereta, atau bis, kenali dimana lokasi toilet berada. Dan sedikit trik mungkin akan membantu. Jika bisa, lakukan tugas toilet Anda sebelum jam makan. Latihlah tubuh dan perut Anda untuk siap beraksi pada jam jam tak biasa, dimana kebanyakan orang lain sedang tertidur atau tengah makan. Ini dapat membantu mengurangi waktu antrian karena orang biasanya akan bertugas ke toilet setelah waktu makan.
ada salah satu penerbangan panjang non-stop ke salah satu negara di Utara, saya belajar trik baru yaitu memesan makanan saji vegetarian saja. Bukannya saya senang sih, tapi biasanya makanan khusus begini akan diberikan kepada kita jauh lebih dahulu daripada makanan normal untuk para penumpang lainnya. Jadi pada saat orang baru menerima nampan makanannya, saya sudah selesai makan, siap beranjak ke kerajaan toilet itu, dan menjadi ratunya untuk waktu lama, dan nyaman buat saya. Meskipun sepanjang 20 jam perjalanan ini, saya mesti puas dengan makanan vegetarian saja hahaha.
3. Tanggung Jawab Sosial
Memimpikan toilet umum yang bersih di ruang public seperti di mall, restoran, pasar tradisional, stasion, bandara dan lainnya mungkin masih jauh panggang dari api. Utamanya hal ini disebabkan fasilitas yang tidak memadai atau rusak, kurangnya pemeliharaan, dan tanggung jawab kita sebagai pengguna.
Banyak dari toilet duduk di mall atau airport menjadi ajang kreatifitas dan ekspresi seni para penggunanya yang selain meninggalkan airseninya, juga meninggalkan seni tapak sepatu di dudukan toiletnya, toilet tissue yang bertebaran di mana mana, dan air yang bercipratan di sekelilingnya. Ini banyak ditemui di tempat publik di negeri kita, bahkan di kantor kantor pun terjadi juga.
Pengguna toilet di tempat umum banyak mengandalkan belas kasihan dari pengguna sebelumnya. Jika orang sebelumnya seniman jadi jadian yang meningggalkan berbagai ekspresi seni disana, sial-lah kita, mungkin terpaksa membersihkan sebelum digunakan kembali, atau membatalkan janji temu toiletnya.
Saya sendiri termasuk orang yang sering bernasib apes di toilet. Di beberapa toilet umum, saya terpaksa membersihkan bekas bekas perjuangan orang lain, karena saya harus menggunakannya. Awalnya saya sering menggerundel, lebih karena kekesalan dan tak habis pikir, kenapa seseorang, utamanya perempuan, sampai sebegitu tidak pedulinya, meninggalkan sisa perjuangan di toilet umum, tidak malukah? Tidak kasihankah pada pengguna berikutnya?
Suatu saat saya sedang berada di ruang bawah pusat belanja negara tetangga kita, ketika tiba tiba kebutuhan toilet datang. Tanpa melihat lihat lagi, saya duduk di salah satu toilet disana, untuk menunaikan tugas besar. Kebanyakan toilet di negara kota ini, mempunyai sensor gerakan yang sensitif, sehingga, jika kita bergerak sedikit saja ketika duduk di sana, secara otomatis, air akan mengguyur mangkok toilet, mengirim semua yang ada disitu ke dasar bumi. Itulah yang saya lakukan, bergerak gerak dan mendapat respon yang cukup bagus, air menyiram sendiri… tapi ketika saya cek dasar toilet, ya ampun macet! Ada segulungan besar kertas toilet yang menyumbat, sementara diatas kertas itu, hasil karya besar saya berenang dengan santainya. (maaf!)
Rupanya orang sebelum saya, melempar setumpukan kertas toilet ke dalam lubang toilet, dan masih bertengger disana. Air naik ke permukaan, saya harap harap cemas tidak ada banjir yang membawa hasil karya besar saya keluar dari toilet. Selama lebih dari 30 menit saya harus menyiram berkali kali dengan sia sia. Setiap kalinya saya mesti menunggu air surut, tapi kertas toilet dan hasil karya saya tetap disana.
Saya putus asa, dan tak berani meninggalkannya, khawatir orang lain yang menemukan pemandangan tak indah disana akan menyumpah serapah. Guru Meditasi saya bilang, hindari energi negative yang tidak perlu, yang bisa saja datang ke kita karena perbuatan kita kepada seseorang, baik disengaja atau tidak. Saya tak mau sumpah serapah orang akan memberikan saya energi negative yang tak perlu, jadi saya tunggui air pasang surut disana. Saya sempat hilang akal. Sampai akhirnya saya temui petugas kebersihan toilet yang baru saja kembali. Saya jelaskan masalahnya kepadanya, dan meminta maaf saya tak mampu menyelesaikan. Sambil membawa peralatan kebersihannya, dengan gagah perkasa, dia bilang, ‘Aaah, don’t worry. Chill out laaah, leave it to me ha…’ tangan nya mengelus lengan saya dengan penuh simpati, mungkin dia iba lihat keringat berkeleleran di dahi dan hidung saya turun perlahan… padahal ruang itu ber-AC.
Semoga itu kejadian sial terakhir yang saya alami dalam petualangan toilet saya. Insiden ini mengajarkan saya untuk lebih hati hati memilih toilet dan menggunakannya. Cek dan cek ulang, sebelum dan sesudah, akan menjamin berkurangnya rasa frustasi yang tak perlu. Dan jangan lupa, pada saat kita di ruang umum, kita punya tanggung jawab sosial. Bersihkan sendiri kotoran kita, dan jadilah pengguna toilet umum teladan. ***
http://www.koki-kolomkita.com/baca/artikel/26/700/ngobrolin_toilett
Menurut hasil riset di beberapa situs internet terpercaya, rata rata orang di dunia menghabiskan 3 tahun dalam hidupnya melakukan bisnis ini, besar dan kecil, di suatu tempat yang sangat pribadi. Bisnis dan kegiatan ini juga sangat pribadi hingga biasanya kita tidak mau berbagi dengan orang lain, betapapun dekatnya hubungan kita dengan orang lain itu. Sayangnya seringkali bisnis ini memang benar benar kotor dalam arti sebenarnya.
Dalam disiplin manajemen waktu, bisnis ini biasanya berada di kwadrant 1, penting dan mendesak, sekarang ya sekarang, tak bisa ditunda lagi. Penundaan akan berakibat fatal, gawat dan memalukan… Saya sedang bicara tentang bisnis Toilet. Siapa yang tak kenal dan tak sayang yang satu ini? Sebagai salah satu tempat yang paling penting bagi hidup kita, seberapa besar kita memberi perhatian kepadanya, terutama di ruang publik? Karena pentingnya bisnis ini, marilah melakukan perbincangan T, Toilet dan membahas bagaimana kegiatan toilet ini bisa berlangsung nyaman dan sukses, terutama saat kita di ruang publik.. Inilah beberapa tips yang bisa kita lakukan:
1. Gunakan waktu T ini semaksimal dan se-spesial mungkin.
Jika Anda seperti saya, pengguna aktif dari toilet, pasti Anda menghabiskan lebih dari hanya 3 tahun saja dari hidup Anda berurusan dengan toilet. Menggunakan waktu sebanyak itu hanya untuk satu kegiatan saja, bukan tindakan yang pintar. Mari kita nyambi, multi-tasking, melakukan banyak hal di saat yang sama. Lagipula secara biologis, kita memang di disain untuk multi-tasking. Bawalah buku, laptop, buku catatan, handphone, MP3, apa saja yang bisa membuat waktu kita berlalu secara efisien disana. Saya sendiri sering harus membawa buku bacaan atau buku catatan kalau kalau inspirasi mendadak datang saat saya menunaikan tugas mulia dan besar di toilet itu. Dengan catatan, jangan lakukan ini di toilet basah ataupun di mall-mall yang punya toilet kotor, basah dan sekedarnya, bisa repot. Hati hati juga dengan penggunaan handphone pada saat menunaikan tugas besar di toilet. Seringkali saya mendengar percakapan tetangga toilet, baik di kantor maupun di mall. ‘Halllooo hheee yaaa,’ (brruuuttt, serrrrr) ‘Hah, apa? Enggak kok, bukan bunyi apa apa, aku di restoran kok…’
Toilet adalah satu satunya tempat dimana kita bisa jujur dan menjadi diri sendiri, tanpa harus pikir pikir tentang ja-im jaga image. Tempat persembunyian yang tepat dari tamu tamu kantor yang tak di kehendaki, atau saat ingin menghindar dari boss dan rekan kerja. Pendek kata, toilet adalah tempat yang kaya akan inspirasi. Banyak perempuan seperti saya yang membuat toilet sebagai tempat menumpahkan gossip, tangisan dan kemarahan bila perlu. Bahkan juga melakukan hal hal terlarang seperti merokok dan ngobat. Dengan catatan, saya tak pernah melakukan keduanya, baik di toilet atau dimanapun. Toilet adalah saksi bisu yang baik hati, gunakan waktu disana se-spesial mungkin.
2. Bersiaplah, Selalu Bersiap…
Jika Anda pergi ke tempat umum seperti pusat belanja, pilihlah yang punya persediaan toilet cukup banyak, berfungsi, dan bersih, cukup air dan kertas toilet. Jangan hanya lihat dari megahnya sebuah bangunan mall. Kebanyakan mall di Jakarta punya kapasitas toilet yang menyedihkan baik secara kondisi maupun pemeliharaan. Jika tidak memasukkan faktor toilet ke dalam pertimbangan tempat berbelanja, percuma juga, Anda tak akan menikmati belanja mata dan dompet anda secara maksimal. Apalagi jika kita tanpa ba-bu lagi langsung menunaikan tugas besar, karena kwadrant 1 tadi, you gotta go when you gotta go, padahal ternyata tak ada air, dan kertas toilet habis. Hayo, mau bilang apa? Keluar dalam keadaan kotor dan bau? Hiiyyy. Jadi bersiaplah selalu dengan membawa air di botol minum, kertas tissue, dan botol pembersih tangan yang mengandung alkohol di dalam tas Anda, jika bepergian.
Jika kita bepergian jarak jauh dengan pesawat, kereta, atau bis, kenali dimana lokasi toilet berada. Dan sedikit trik mungkin akan membantu. Jika bisa, lakukan tugas toilet Anda sebelum jam makan. Latihlah tubuh dan perut Anda untuk siap beraksi pada jam jam tak biasa, dimana kebanyakan orang lain sedang tertidur atau tengah makan. Ini dapat membantu mengurangi waktu antrian karena orang biasanya akan bertugas ke toilet setelah waktu makan.
ada salah satu penerbangan panjang non-stop ke salah satu negara di Utara, saya belajar trik baru yaitu memesan makanan saji vegetarian saja. Bukannya saya senang sih, tapi biasanya makanan khusus begini akan diberikan kepada kita jauh lebih dahulu daripada makanan normal untuk para penumpang lainnya. Jadi pada saat orang baru menerima nampan makanannya, saya sudah selesai makan, siap beranjak ke kerajaan toilet itu, dan menjadi ratunya untuk waktu lama, dan nyaman buat saya. Meskipun sepanjang 20 jam perjalanan ini, saya mesti puas dengan makanan vegetarian saja hahaha.
3. Tanggung Jawab Sosial
Memimpikan toilet umum yang bersih di ruang public seperti di mall, restoran, pasar tradisional, stasion, bandara dan lainnya mungkin masih jauh panggang dari api. Utamanya hal ini disebabkan fasilitas yang tidak memadai atau rusak, kurangnya pemeliharaan, dan tanggung jawab kita sebagai pengguna.
Banyak dari toilet duduk di mall atau airport menjadi ajang kreatifitas dan ekspresi seni para penggunanya yang selain meninggalkan airseninya, juga meninggalkan seni tapak sepatu di dudukan toiletnya, toilet tissue yang bertebaran di mana mana, dan air yang bercipratan di sekelilingnya. Ini banyak ditemui di tempat publik di negeri kita, bahkan di kantor kantor pun terjadi juga.
Pengguna toilet di tempat umum banyak mengandalkan belas kasihan dari pengguna sebelumnya. Jika orang sebelumnya seniman jadi jadian yang meningggalkan berbagai ekspresi seni disana, sial-lah kita, mungkin terpaksa membersihkan sebelum digunakan kembali, atau membatalkan janji temu toiletnya.
Saya sendiri termasuk orang yang sering bernasib apes di toilet. Di beberapa toilet umum, saya terpaksa membersihkan bekas bekas perjuangan orang lain, karena saya harus menggunakannya. Awalnya saya sering menggerundel, lebih karena kekesalan dan tak habis pikir, kenapa seseorang, utamanya perempuan, sampai sebegitu tidak pedulinya, meninggalkan sisa perjuangan di toilet umum, tidak malukah? Tidak kasihankah pada pengguna berikutnya?
Suatu saat saya sedang berada di ruang bawah pusat belanja negara tetangga kita, ketika tiba tiba kebutuhan toilet datang. Tanpa melihat lihat lagi, saya duduk di salah satu toilet disana, untuk menunaikan tugas besar. Kebanyakan toilet di negara kota ini, mempunyai sensor gerakan yang sensitif, sehingga, jika kita bergerak sedikit saja ketika duduk di sana, secara otomatis, air akan mengguyur mangkok toilet, mengirim semua yang ada disitu ke dasar bumi. Itulah yang saya lakukan, bergerak gerak dan mendapat respon yang cukup bagus, air menyiram sendiri… tapi ketika saya cek dasar toilet, ya ampun macet! Ada segulungan besar kertas toilet yang menyumbat, sementara diatas kertas itu, hasil karya besar saya berenang dengan santainya. (maaf!)
Rupanya orang sebelum saya, melempar setumpukan kertas toilet ke dalam lubang toilet, dan masih bertengger disana. Air naik ke permukaan, saya harap harap cemas tidak ada banjir yang membawa hasil karya besar saya keluar dari toilet. Selama lebih dari 30 menit saya harus menyiram berkali kali dengan sia sia. Setiap kalinya saya mesti menunggu air surut, tapi kertas toilet dan hasil karya saya tetap disana.
Saya putus asa, dan tak berani meninggalkannya, khawatir orang lain yang menemukan pemandangan tak indah disana akan menyumpah serapah. Guru Meditasi saya bilang, hindari energi negative yang tidak perlu, yang bisa saja datang ke kita karena perbuatan kita kepada seseorang, baik disengaja atau tidak. Saya tak mau sumpah serapah orang akan memberikan saya energi negative yang tak perlu, jadi saya tunggui air pasang surut disana. Saya sempat hilang akal. Sampai akhirnya saya temui petugas kebersihan toilet yang baru saja kembali. Saya jelaskan masalahnya kepadanya, dan meminta maaf saya tak mampu menyelesaikan. Sambil membawa peralatan kebersihannya, dengan gagah perkasa, dia bilang, ‘Aaah, don’t worry. Chill out laaah, leave it to me ha…’ tangan nya mengelus lengan saya dengan penuh simpati, mungkin dia iba lihat keringat berkeleleran di dahi dan hidung saya turun perlahan… padahal ruang itu ber-AC.
Semoga itu kejadian sial terakhir yang saya alami dalam petualangan toilet saya. Insiden ini mengajarkan saya untuk lebih hati hati memilih toilet dan menggunakannya. Cek dan cek ulang, sebelum dan sesudah, akan menjamin berkurangnya rasa frustasi yang tak perlu. Dan jangan lupa, pada saat kita di ruang umum, kita punya tanggung jawab sosial. Bersihkan sendiri kotoran kita, dan jadilah pengguna toilet umum teladan. ***
Subscribe to:
Posts (Atom)