“Ah gak mau shalat tarawih di masjid A, bacaannya panjang panjang, bosen!” kata anakku. Komentar seperti ini sering saya dengar dilontarkan anak anak ketika mereka shalat tarawih berjamaah di masjid.
Kenapa para imam shalat cenderung melantunkan ayat suci yang panjang panjang saat memimpin shalat tarawih berjamaah? Ini hipotesis saya:
- Sebagai imam ada kesan harus mampu membaca ayat yang panjang dan yang tak terlalu dikenal orang banyak
- Semakin sulit dan panjang bacaan, semakin hebat kesannya di mata orang dewasa
- Bosan membaca ayat ayat pendek yang orang sudah sering dengar
- Berlatih mengulang ayat ayat yang panjang supaya tidak lupa
- Anggapan bahwa semakin panjang bacaan –semoga- pahala semakin banyak
Nah untuk para imam shalat yang biasa berpanjang panjang, saya punya permintaan:
1. Ukurlah lamanya shalat dan ceramah dari kacamata banyak orang, bukan dari kacamata pribadi saja. Keafdolan dan kekhusukan ibadah tidak berbanding lurus dengan waktu. Ini sangat subjektif, dan diri sendiri tak bisa dijadikan ukuran untuk orang lain.
2. Lihatlah sekeliling Anda setiap kali Anda akan memulai memimpin shalat dan pertimbangkan profil jamaah Anda sebelum memutuskan bacaan yang Anda pilih.
a. malaikat malaikat kecil (baca: anak-anak) yang sedang berlatih mencintai masjid dan shalat tarawih. Bacaan panjang akan membosankan untuk anak anak, ini adalah hal yang wajar. Bantulah memberikan pengalaman berada di masjid, shalat tarawih, dan mendengarkan ceramah sebagai pengalaman menyenangkan dan indah. Anda bertanggung jawab secara moril untuk itu.
b. Jamaah ibu ibu muda yang meninggalkan bayi bayinya di rumah. Beri mereka kesempatan beribadah yang tenang dan indah, dan pada saat yang sama tidak menahan hak waktu dari para bayi untuk berada dalam pelukan ibunya kembali.
c. Jamaah para manula yang sangat ingin merasakan khidmatnya beribadah berjamaah di masjid. Fisik mereka mungkin sudah tak terlalu kuat untuk berlama lama berdiri atau rukuk, tetapi mereka tak mau terlihat berbeda dari jamaah lain, dengan shalat duduk. Beri mereka kesempatan menikmati ibadah shalat dengan khidmat, tanpa diganggu oleh kelelahan fisik yang semestinya bisa dihindari
d. Orang sakit diantara jamaah yang berdiri di belakang Anda. Mungkin sedang pusing, sakit gigi, rematik, galau, stress dll. Jangan bilang orang sakit semestinya di rumah saja. Bantulah mereka menyembuhkan diri lewat keikutsertaan mereka beribadah bersama. Jangan siksa fisik mereka secara tidak perlu, dengan berlama lama berdiri dan ruku’ padahal bacaan sudah semestinya selesai.
e. Orang yang kebelet – mesti harus cepat cepat menunaikan hajat tetapi tak ingin meninggalkan. Bantulah mereka menyempurnakan dan menyelesaikan shalat mereka, sebelum harus berlari ‘ngibrit’ ke toilet!
Para imam shalat dan penceramah yang dimuliakan Allah, sudah bukan level nya lagi bagi Anda untuk berhitung hitung pahala. Yang pantas hitung hitungan itu pedagang atau guru matematika. Lakukan pekerjaan Anda dengan ikhlas dan mempertimbangkan kepentingan dan keadaan orang lain. Selamat menjadi imam yang hebat!
No comments:
Post a Comment