Friday, April 02, 2004

Kang Mandor

Sebagai pelahap music yang menurut sebagian teman Indonesiaku adalah ‘music aneh – tak biasa’, Vancouver adalah tempat ideal untuk berburu CD. Virgin Record di downtown adalah tempat favouritku menghabiskan waktu, selain Chapter bookstore. Disitulah biasanya aku mendapatkan koleksi world music Putumayo production.

Suatu hari, aku terkejut mendapati World Music Sample CD yang kubeli memperdengarkan music Banyumasan, yang riuh rendah seperti musik reog.

Bukan itu saja, Idjah Khadidjah dengan lagunya ‘Tonggeret’ termasuk satu dari sekian wanita pemusik/penyanyi terkenal dunia yang terpilih dalam CD World Diva collection. Aku penasaran, seperti apa sih lagu si Idjah yang masuk dalam CD ini. Sayang CD itu terlalu mahal. $65 senilai hampir Rp 400 ribu, wah terimakasih. Kutunggu saja sepulang ke Indonesia, akan kucari lagu ‘Tonggeret’ di toko musik.

Ada lagi CD dari Putumayo yang kubeli, judulnya Music from the Tea Lands, termasuk di dalamnya dua orang pemusik yang tidak populer di Indonesia: Hila Hambala dan Ujang Suryana. Siapa pernah dengar? Aku saja baru kali ini tahu ada pemusik Indonesia dengan nama itu. Ah itu biasa, di Indonesia kita belum terlalu appresiatif dengan musik bermutu. Biar suara sember kalau cakep, bisa nge-top.

Hila adalah pemusik dari Lampung, dan Ujang sudah pasti dari Jawa Barat. Lagu Hila judulnya: “Anggopanku” (bahasa Lampung) – yang artinya “perasaanku”. Sedangkan musik nya Kang Ujang yang tuna netra ini judulnya Kang Mandor.

Mendengarkan kedua musik ini, “Anggopanku” dan “Kang Mandor”, membuat bulu kudukku merinding, merindukan sawah, pegunungan, berpacaran malam minggu di bawah pohon nangka dan bulan purnama, apalagi ditemani bunyi jangkrik. Ini obatku kalau kangen Indonesia. Oh Kang Mandor…Kang Mandor…

No comments: