(ini surat lawas yang saya tulis ketika AA Gym menikah lagi. Mungkin surat ini sudah basi, tapi polemic mengenai poligami masih selalu hot buat di perbincangkan di Indonesia raya tercinta ini, yang notabene penduduknya yang lelaki kebanyakan muslim, baik yang ktp atau yang beneran. Isi surat ini membawa semangat poligami boleh saja asalkan meniru jejak sejati nabi Muhammad. Kayak apa tuh? Nah baca aja surat dibawah ini…)
Aa Gym yang beruntung dan di rahmati Allah,
Betapa beruntungnya Aa, mempunyai istri dua orang yang cantik-cantik dan shalehah, mempunyai tujuh anak normal yang sedang tumbuh, cerdas, dan kasep-kasep. Bahkan sekarang tambah anak lagi secara instan. Pasti anak-anak Aa senang mendapat kakak dan adik tambahan. Aa juga punya juta’an jama’ah lelaki dan perempuan yang memuja dan mengidolakan Aa. Aa punya rejeki yang terus mengalir melalui bisnis halal yang berkembang pesat. Aa menjadi orang terkenal di seluruh jagat nusantara. Subhanallah, alangkah besar ni’mat dan kasih sayang Allah pada Aa.
Wah apalagi sekarang ini, Aa tambah ngetop. Tidak ada seharipun tanpa nama Aa di media radio, tv, koran, majalah, sms, milist, website, obrolan santai, bahkan disela sela percakapan dan pertengkaran suami istri. Dan apalagi di benak lelaki-lelaki yang mengidolakan Aa. Lelaki-lelaki yang kaya raya maupun lelaki yang penghasilannya cuma pas-pasan untuk merokok.
Saya mengirim surat terbuka ini melalui milis dengan harapan semoga tiba di tangan Aa dengan selamat. Pertama-tama ucapan yang paling pantas adalah selamat menempuh hidup baru bersama istri kedua. Dan yang kedua atas nama orang banyak, saya berterima kasih melihat dan membayangkan kebaikan dan keuntungan dari teladan Aa menikah lagi. Aa memang jempolan dalam ber bisnis, dan baik hati juga bisa mendongkrak penghasilan dan keuntungan banyak pihak, hanya dengan menikah lagi. Lihatlah:
- TV, radio, infotainment, sms, website, koran, mendapatkan keuntungan tambahan dengan peminat cukup tinggi terhadap berita tentang Aa
- Para penulis mendapat rejeki honor tulisan mereka mengenai Aa, dan mengenai poligami dalam Islam. Bahkan Jakarta Post pun yang pelanggannya kebanyakan orang bisnis dan orang asing menurunkan satu editorial tentang Aa dan poligami.
- Salon salon dan toko kecantikan yang kebanjiran ibu ibu yang berusaha meng-upgrade wajah dan tubuh agar suami nya tetap tertarik pada mereka
- Para lelaki mendapatkan satu alasan valid baru untuk meyakinkan para istri mereka tentang pentingnya untuk sang istri mempunyai seorang rival di rumah tangga.
- Rumah sakit terutama para psikolog dan psikiater, dan penasihat perkawinan mendapat rejeki tambahan dari para perempuan yang stress masalah ini.
Tetapi sayangnya Aa, ada juga yang merasa tidak beruntung dengan keputusan Aa menikah lagi:
- Ibu-ibu pengagum Aa kebanyakan stress dan menangis Bombay karena kecewa pada Aa.
- Para gadis patah hati karena mereka tidak terpilih sebagai istri kedua Aa. Sembari mereka harap-harap cemas, kapan ya, Aa memilih istri berikutnya.
- Para perempuan secara umum dilanda rasa cemas yang berkepanjangan karena takut suaminya akan kawin lagi. Meskipun tidak semua suami suka nyelonong.
Ibu saya saja sekarang ini sudah mulai was-was. Dia jadi sering bertengkar dengan Ayah saya karena khawatir Ayah saya akan kawin lagi. Padahal keduanya sudah berusia 65-an tahun. Lagipula, siapa yang mau lagi dengan Ayah saya, sudah tua dan bukan orang kaya.
Adik saya yang gendut karena sudah melahirkan 6 orang anak, mulai gelisah. Dia mendadak ikut akupuntur kecantikan, dan membeli alat olahraga penyusut perut. Dia khawatir suaminya melirik perempuan lain.
Dan tetangga kerja saya di kantor yang orang lelaki muslim Amerika, dia juga bingung istrinya jadi was-was. Saya mencuri dengar dia (karena kantornya persis disebelah saya) bertelpon dengan speaker dengan istrinya yang nampaknya adalah orang Indonesia, tinggal di Houston sana. Istrinya yang was-was menginterogasi sang suami. “bener, kamu enggak kemana-mana?” (diulangi beberapa kali) Bener! Kata si suami. “Syukur alhamdulillah…inget lho, kamu ada keluarga, istri dan anak-anakmu yang menunggu dengan setia disini… “ kata sang istri.
- Teman-teman saya jadi lebih senang debat kusir mengenai Aa daripada mendengarkan ceramah saya di jam makan siang tentang seks dan trik di ranjang untuk menyenangkan diri dan suami. Padahal menurut saya, topik ini lebih menarik lho Aa, dari pada bergunjing soal Aa, benar tidak?
Kalau saya sih, peduli amat. Aa bukan saudara, bukan kakak, bukan ayah, bukan siapa-siapa saya. Biar saja Aa mau apa itu hak Aa sendiri, betul begitu?
Cuma saya heran kenapa sih hanya gara-gara seorang Aa, terjadi gelombang rasa tak percaya pada suami, pacar dan lelaki. Kata mereka, “kalau lelaki sekalem, seagung Aa bisa membagi hati, bagaimana dengan suami saya?”
Beruntunglah saya bukan pengagum Aa dan tak pernah mengidolakan Aa, jadi saya tak sakit hati seperti ibu-ibu lain. Lelaki yang saya kagumi dan idolakan adalah Muhammad Rasulullah, yang dalam kehidupannya, membatasi poligami sampai empat saja, di jaman dimana beristri tak terbatas sudah menjadi budaya. Muhammad yang menikahi janda Khadijah yang lebih tua usia (40 tahun) sementara Muhammad sendiri masih perjaka ting-ting 25 tahun. Muhammad yang setia monogami sampai wafatnya Khadijah setelah 28 tahun pernikahan bahagia, meski Khadijah tidak memberikan seorang putra pun.
Saya mengidolakan rasul Muhammad yang menduda setahun baru menikah lagi, itupun dengan seorang nenek bernama Saudah bint Zam’ah berusia 65 tahun (bahkan menurut sebagian sumber, usia 72 tahun). Muhammad menikahi nenek tersebut untuk melindungi sang nenek dari keluarganya yang memusuhi karena berislamnya. Muhammad yang menikahi perempuan dan janda terlantar untuk melindungi kehormatan mereka. Untuk jadi catatan, menjadi janda pada masa itu sangat berat. Bahkan pada masa sekarang saja menjadi janda bukan perkara gampang, dan banyak perempuan memilih hidup menderita asalkan bersuami.
Saya mengagungkan Muhammad yang tidak setuju dan marah waktu mengetahui anaknya Fatimah az Zahra akan dimadu. Beliau bahkan menyatakan nya secara terbuka dalam pidatonya. Sampai tiga kali disebutkan: “Aku tak ijinkan!” “Menantuku boleh kawin lagi asal putriku diceraikan...!” Kalau Ali bin Abi Thalib yang adalah menantu Muhammad, orang terdekatnya, salah satu orang pertama yang mengakui kenabian Muhammad, tidak diijinkan, apa artinya? Silakan A’a tebak sendiri. A’a pasti lebih jago dari saya.
Aa yang sedang berbahagia,
Agak susah bicara mengacu qur’an di surat saya ini, karena pasti akan jadi debat kusir, mengingat penafsiran yang berbeda-beda. Aa orang yang pintar agama dan pandai berlogika, jadi bisa saja saya mati langkah dalam mengemukakan keberatan saya akan poligami. Almarhum cendekia dan ulama besar Buya Hamka saja sangat berhati-hati mengemukakan pendapatnya mengenai poligami. Beliau hanya bisa bilang bahwa dia tidak menganut poligami karena pedih luka yang masih diingatnya ketika sang Ayah berpoligami.
Muhammad Abduh saja, seorang sosiolog, cendekia Mesir yang terhormat dianggap seorang liberal karena penafsirannya terhadap bunyi surat Annisa mengenai poligami itu sebenarnya adalah anti poligami. Siapa pula saya, seorang perempuan biasa yang menolak poligami, tentu tak perlu digubris oleh A'a. Pasti lebih banyak ahli tafsir yang notabene lelaki berada di sisi yang sama dengan Aa, pro poligami. Selain sebagai perempuan, yang bisa jadi dianggap pendapatnya biasa, ilmu saya baru sedalam ember, Aa. Bahkan embernya pun sering bocor...
Saya cuma mau minta tolong sama Aa. Bilang, Aa, bilang pada lelaki-lelaki yang hendak menuruti jejak Aa seenaknya, bilang begini:
“Hallauw... Bapak-Bapak yang dirahmati Allah. Kalau mau berpoligami turutilah jejak Muhammad Rasulullah, jangan jejak saya. Saya kan manusia biasa... apalagi kalau Bapak belum sampai ilmunya, dan belum mengerti bagaimana... untuk amannya, ikuti jejak poligami mulia Muhammad secara utuh, yaitu:
1. Menikahlah dahulu selama 28 tahun dengan istri pertama, atau tunggu sampai istri sudah meninggal, barulah cari istri kedua...pastikan istri lebih tua paling tidak,15 tahun, seperti sewaktu Muhammad berusia 25 menikah dengan Khadijah yang berusia 40.
2. Mendudalah dulu selama setahun, seperti halnya Muhammad menduda dan berkabung selama setahun untuk Khadijah.
3. Istri kedua haruslah janda berusia 65 atau lebih tahun dengan kondisi yang sama seperti Saudah, dengan keluarga berbeda iman, dan suami yang gugur di medan perang.
4. Setelah itu silakan mencari istri ke tiga dan ke empat dengan kriteria persis seperti istri-istri Muhammad.
5. Dan bersikap adillah sebagaimana halnya Muhammad.
Gimana, Bapak Bapak, bisa?
Kalau hal itu tidak terpenuhi, jangan mengira poligami kalian itu adalah mengikuti jejak Rasul Muhammad. Nanti beliau menangis dari atas sana karena banyak lelaki yang menjual nama Nya dan ayat suci Allah untuk menjustifikasi keinginan yang semata-mata pribadi sifatnya. Kalo memang tak tahan mau poligami juga, tolong jangan bawa-bawa nama agama dan Muhammad sebagai pembenaran ya Bapak-Bapak... Bilang saja, saya kebelet, ngebet, pengen punya istri baru ...”
Saya jamin Aa,
Para lelaki pengagum dan jama’ah Aa pasti akan berpikir seratus kali untuk ber poligami mengikuti jejak junjungan kita Muhammadullah Muhammad SAW. Paling-paling mereka akan berpoligami mengikuti jejak Aa. Atau mengikuti hawa napsu saja...
Yang terakhir Aa,
Para perempuan yang secara tidak langsung mengalami kerugian psikologis dan tekanan batin maupun kerugian materi untuk membeli alat kecantikan, sa’at ini tak tahu harus mengadu kemana. Bisakah A’a membantu jalan keluar? Mungkin memberikan ceramah tentang rasa percaya diri?
Saya tunggu jawaban Aa. Tapi jangan lamar saya ya Aa, saya janda beranak satu, dan tidak muda lagi..
***
Aa Gym yang beruntung dan di rahmati Allah,
Betapa beruntungnya Aa, mempunyai istri dua orang yang cantik-cantik dan shalehah, mempunyai tujuh anak normal yang sedang tumbuh, cerdas, dan kasep-kasep. Bahkan sekarang tambah anak lagi secara instan. Pasti anak-anak Aa senang mendapat kakak dan adik tambahan. Aa juga punya juta’an jama’ah lelaki dan perempuan yang memuja dan mengidolakan Aa. Aa punya rejeki yang terus mengalir melalui bisnis halal yang berkembang pesat. Aa menjadi orang terkenal di seluruh jagat nusantara. Subhanallah, alangkah besar ni’mat dan kasih sayang Allah pada Aa.
Wah apalagi sekarang ini, Aa tambah ngetop. Tidak ada seharipun tanpa nama Aa di media radio, tv, koran, majalah, sms, milist, website, obrolan santai, bahkan disela sela percakapan dan pertengkaran suami istri. Dan apalagi di benak lelaki-lelaki yang mengidolakan Aa. Lelaki-lelaki yang kaya raya maupun lelaki yang penghasilannya cuma pas-pasan untuk merokok.
Saya mengirim surat terbuka ini melalui milis dengan harapan semoga tiba di tangan Aa dengan selamat. Pertama-tama ucapan yang paling pantas adalah selamat menempuh hidup baru bersama istri kedua. Dan yang kedua atas nama orang banyak, saya berterima kasih melihat dan membayangkan kebaikan dan keuntungan dari teladan Aa menikah lagi. Aa memang jempolan dalam ber bisnis, dan baik hati juga bisa mendongkrak penghasilan dan keuntungan banyak pihak, hanya dengan menikah lagi. Lihatlah:
- TV, radio, infotainment, sms, website, koran, mendapatkan keuntungan tambahan dengan peminat cukup tinggi terhadap berita tentang Aa
- Para penulis mendapat rejeki honor tulisan mereka mengenai Aa, dan mengenai poligami dalam Islam. Bahkan Jakarta Post pun yang pelanggannya kebanyakan orang bisnis dan orang asing menurunkan satu editorial tentang Aa dan poligami.
- Salon salon dan toko kecantikan yang kebanjiran ibu ibu yang berusaha meng-upgrade wajah dan tubuh agar suami nya tetap tertarik pada mereka
- Para lelaki mendapatkan satu alasan valid baru untuk meyakinkan para istri mereka tentang pentingnya untuk sang istri mempunyai seorang rival di rumah tangga.
- Rumah sakit terutama para psikolog dan psikiater, dan penasihat perkawinan mendapat rejeki tambahan dari para perempuan yang stress masalah ini.
Tetapi sayangnya Aa, ada juga yang merasa tidak beruntung dengan keputusan Aa menikah lagi:
- Ibu-ibu pengagum Aa kebanyakan stress dan menangis Bombay karena kecewa pada Aa.
- Para gadis patah hati karena mereka tidak terpilih sebagai istri kedua Aa. Sembari mereka harap-harap cemas, kapan ya, Aa memilih istri berikutnya.
- Para perempuan secara umum dilanda rasa cemas yang berkepanjangan karena takut suaminya akan kawin lagi. Meskipun tidak semua suami suka nyelonong.
Ibu saya saja sekarang ini sudah mulai was-was. Dia jadi sering bertengkar dengan Ayah saya karena khawatir Ayah saya akan kawin lagi. Padahal keduanya sudah berusia 65-an tahun. Lagipula, siapa yang mau lagi dengan Ayah saya, sudah tua dan bukan orang kaya.
Adik saya yang gendut karena sudah melahirkan 6 orang anak, mulai gelisah. Dia mendadak ikut akupuntur kecantikan, dan membeli alat olahraga penyusut perut. Dia khawatir suaminya melirik perempuan lain.
Dan tetangga kerja saya di kantor yang orang lelaki muslim Amerika, dia juga bingung istrinya jadi was-was. Saya mencuri dengar dia (karena kantornya persis disebelah saya) bertelpon dengan speaker dengan istrinya yang nampaknya adalah orang Indonesia, tinggal di Houston sana. Istrinya yang was-was menginterogasi sang suami. “bener, kamu enggak kemana-mana?” (diulangi beberapa kali) Bener! Kata si suami. “Syukur alhamdulillah…inget lho, kamu ada keluarga, istri dan anak-anakmu yang menunggu dengan setia disini… “ kata sang istri.
- Teman-teman saya jadi lebih senang debat kusir mengenai Aa daripada mendengarkan ceramah saya di jam makan siang tentang seks dan trik di ranjang untuk menyenangkan diri dan suami. Padahal menurut saya, topik ini lebih menarik lho Aa, dari pada bergunjing soal Aa, benar tidak?
Kalau saya sih, peduli amat. Aa bukan saudara, bukan kakak, bukan ayah, bukan siapa-siapa saya. Biar saja Aa mau apa itu hak Aa sendiri, betul begitu?
Cuma saya heran kenapa sih hanya gara-gara seorang Aa, terjadi gelombang rasa tak percaya pada suami, pacar dan lelaki. Kata mereka, “kalau lelaki sekalem, seagung Aa bisa membagi hati, bagaimana dengan suami saya?”
Beruntunglah saya bukan pengagum Aa dan tak pernah mengidolakan Aa, jadi saya tak sakit hati seperti ibu-ibu lain. Lelaki yang saya kagumi dan idolakan adalah Muhammad Rasulullah, yang dalam kehidupannya, membatasi poligami sampai empat saja, di jaman dimana beristri tak terbatas sudah menjadi budaya. Muhammad yang menikahi janda Khadijah yang lebih tua usia (40 tahun) sementara Muhammad sendiri masih perjaka ting-ting 25 tahun. Muhammad yang setia monogami sampai wafatnya Khadijah setelah 28 tahun pernikahan bahagia, meski Khadijah tidak memberikan seorang putra pun.
Saya mengidolakan rasul Muhammad yang menduda setahun baru menikah lagi, itupun dengan seorang nenek bernama Saudah bint Zam’ah berusia 65 tahun (bahkan menurut sebagian sumber, usia 72 tahun). Muhammad menikahi nenek tersebut untuk melindungi sang nenek dari keluarganya yang memusuhi karena berislamnya. Muhammad yang menikahi perempuan dan janda terlantar untuk melindungi kehormatan mereka. Untuk jadi catatan, menjadi janda pada masa itu sangat berat. Bahkan pada masa sekarang saja menjadi janda bukan perkara gampang, dan banyak perempuan memilih hidup menderita asalkan bersuami.
Saya mengagungkan Muhammad yang tidak setuju dan marah waktu mengetahui anaknya Fatimah az Zahra akan dimadu. Beliau bahkan menyatakan nya secara terbuka dalam pidatonya. Sampai tiga kali disebutkan: “Aku tak ijinkan!” “Menantuku boleh kawin lagi asal putriku diceraikan...!” Kalau Ali bin Abi Thalib yang adalah menantu Muhammad, orang terdekatnya, salah satu orang pertama yang mengakui kenabian Muhammad, tidak diijinkan, apa artinya? Silakan A’a tebak sendiri. A’a pasti lebih jago dari saya.
Aa yang sedang berbahagia,
Agak susah bicara mengacu qur’an di surat saya ini, karena pasti akan jadi debat kusir, mengingat penafsiran yang berbeda-beda. Aa orang yang pintar agama dan pandai berlogika, jadi bisa saja saya mati langkah dalam mengemukakan keberatan saya akan poligami. Almarhum cendekia dan ulama besar Buya Hamka saja sangat berhati-hati mengemukakan pendapatnya mengenai poligami. Beliau hanya bisa bilang bahwa dia tidak menganut poligami karena pedih luka yang masih diingatnya ketika sang Ayah berpoligami.
Muhammad Abduh saja, seorang sosiolog, cendekia Mesir yang terhormat dianggap seorang liberal karena penafsirannya terhadap bunyi surat Annisa mengenai poligami itu sebenarnya adalah anti poligami. Siapa pula saya, seorang perempuan biasa yang menolak poligami, tentu tak perlu digubris oleh A'a. Pasti lebih banyak ahli tafsir yang notabene lelaki berada di sisi yang sama dengan Aa, pro poligami. Selain sebagai perempuan, yang bisa jadi dianggap pendapatnya biasa, ilmu saya baru sedalam ember, Aa. Bahkan embernya pun sering bocor...
Saya cuma mau minta tolong sama Aa. Bilang, Aa, bilang pada lelaki-lelaki yang hendak menuruti jejak Aa seenaknya, bilang begini:
“Hallauw... Bapak-Bapak yang dirahmati Allah. Kalau mau berpoligami turutilah jejak Muhammad Rasulullah, jangan jejak saya. Saya kan manusia biasa... apalagi kalau Bapak belum sampai ilmunya, dan belum mengerti bagaimana... untuk amannya, ikuti jejak poligami mulia Muhammad secara utuh, yaitu:
1. Menikahlah dahulu selama 28 tahun dengan istri pertama, atau tunggu sampai istri sudah meninggal, barulah cari istri kedua...pastikan istri lebih tua paling tidak,15 tahun, seperti sewaktu Muhammad berusia 25 menikah dengan Khadijah yang berusia 40.
2. Mendudalah dulu selama setahun, seperti halnya Muhammad menduda dan berkabung selama setahun untuk Khadijah.
3. Istri kedua haruslah janda berusia 65 atau lebih tahun dengan kondisi yang sama seperti Saudah, dengan keluarga berbeda iman, dan suami yang gugur di medan perang.
4. Setelah itu silakan mencari istri ke tiga dan ke empat dengan kriteria persis seperti istri-istri Muhammad.
5. Dan bersikap adillah sebagaimana halnya Muhammad.
Gimana, Bapak Bapak, bisa?
Kalau hal itu tidak terpenuhi, jangan mengira poligami kalian itu adalah mengikuti jejak Rasul Muhammad. Nanti beliau menangis dari atas sana karena banyak lelaki yang menjual nama Nya dan ayat suci Allah untuk menjustifikasi keinginan yang semata-mata pribadi sifatnya. Kalo memang tak tahan mau poligami juga, tolong jangan bawa-bawa nama agama dan Muhammad sebagai pembenaran ya Bapak-Bapak... Bilang saja, saya kebelet, ngebet, pengen punya istri baru ...”
Saya jamin Aa,
Para lelaki pengagum dan jama’ah Aa pasti akan berpikir seratus kali untuk ber poligami mengikuti jejak junjungan kita Muhammadullah Muhammad SAW. Paling-paling mereka akan berpoligami mengikuti jejak Aa. Atau mengikuti hawa napsu saja...
Yang terakhir Aa,
Para perempuan yang secara tidak langsung mengalami kerugian psikologis dan tekanan batin maupun kerugian materi untuk membeli alat kecantikan, sa’at ini tak tahu harus mengadu kemana. Bisakah A’a membantu jalan keluar? Mungkin memberikan ceramah tentang rasa percaya diri?
Saya tunggu jawaban Aa. Tapi jangan lamar saya ya Aa, saya janda beranak satu, dan tidak muda lagi..
***